Berdasarkan pengalaman kalian, apa penyebab kemacetan paling nyebelin yang pernah kalian temui di jalan?
Macet, panas, dan riuh sudah jadi pemandangan sehari-hari yang melekat erat di sepanjang jalanan Jogja. Terlebih bulan Agustus kemarin, banyaknya perayaan kemerdekaan seperti kirab di beberapa titik, bikin suasana jalan jadi terlihat lebih awut-awutan.
Ya, kegiatan kirab atau pawai di bulan Agustus biasanya memang diselenggarakan di jalan-jalan utama dan area vital, tak terkecuali di tanah kelahiran saya, Gunungkidul. Demi kesuksesan acara kirab, pihak penyelenggara menutup jalan utama dan arus lalu lintas pun dialihkan. Tak ayal, jarak yang sebenarnya bisa saya tempuh hanya dalam waktu lima menit, gara-gara adanya perhelatan akbar ini, bikin saya harus mencari jalur alternatif dan memakan waktu lebih dari 15 menit untuk sampai ke tempat tujuan.
Selain kegiatan macam kirab, ada banyak penyebab kemacetan yang cukup sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa penyebab kemacetan paling menyebalkan yang bisa bikin mati tua di jalan.
Daftar Isi
Antrean mobil pengantar sekolah menjadi penyebab kemacetan paling menyebalkan
Salah satu penyebab kemacetan paling menyebalkan yang pernah saya rasakan adalah antrean mobil pengantar sekolah anak SD. Situasi ruwet bin pelik yang biasa terjadi di waktu pagi dan jelang sore hari ini, bisa kalian lihat di sepanjang jalan menuju SD Muhammadiyah Sapen, Yogyakarta.
Ya, SD yang berdekatan dengan kampus UIN Jogja itu jadi contoh subtil betapa antrean mobil pengantar sekolah anak SD bikin para pekerja dan mahasiswa harus putar balik. Alih-alih antar jemput anak pakai motor karena ruas jalan sempit, para orang tua justru menjadikan sepanjang jalan ini seperti dealer mobil yang bikin pengguna jalan lain harus mengalah dan nrimo ing pandum.
Antar jemput anak sekolah pakai mobil tentu sah-sah saja dan nggak dilarang oleh negara. Tapi, ya, coba lihat situasi dan kondisi jalan dulu, Pak, Bu. Sudah tahu kalau jalan menuju SD Muhammadiyah Sapen kayak jalur semut, masih saja nekat pakai mobil. Mbok jemput pakai kendaraan yang ramah lingkungan gitu, Supra X 125 misalnya.
Lahir dan tumbuh besar di Gunungkidul bikin saya acap menemukan jalan macet gara-gara tempat wisata. Nggak sedikit contoh objek wisata di tanah kelahiran yang viral di media sosial dan menjadi penyebab kemacetan di jalan utama. Biasanya, fenomena ruwet ini terjadi saat akhir pekan atau libur panjang.
Saya rasa fenomena ini nggak hanya terjadi di Gunungkidul, tetapi juga di daerah lainnya. Terlebih kalau ada wisata dadakan viral di media sosial, sudah pasti nggak ada lahan parkir yang memadai sehingga kendaraan bercecer di jalanan. Tak ayal, hal ini suka bikin warga lokal harus putar balik mencari jalur alternatif.
Fenomena ini pernah terjadi beberapa tahun lalu, tepatnya saat Taman Bunga Amarilis di kawasan bukit Pathuk, Gunungkidul, viral di jagat maya. Puluhan motor dan mobil pating besasik di pinggir jalan yang akhirnya menjadi penyebab kemacetan di ruas jalan utama. Sebelum memutuskan membuka tempat wisata, saya rasa penting menyediakan lahan parkir biar kejadian ini nggak terulang.
Penutupan jalan karena acara hajatan juga berpotensi bikin macet panjang
Penyebab kemacetan paling menyebalkan selanjutnya adalah penutupan jalan karena ada acara hajatan. Entah kenapa masyarakat Indonesia hobi sekali menggelar acara hajatan di tengah jalan. Padahal saya cukup yakin tetangga sekitar pasti ada yang punya lahan buat melangsungkan acara kayak gini, lho. Kenapa nggak pinjam lahan warga saja sih daripada memaksakan diri menutup jalan utama dan bikin repot para pengendara?
Menyandang predikat sebagai bala lajon Gunungkidul-Kota Jogja, saya cukup sering menjumpai warga yang menggelar pesta hajatan di tengah jalan. Bahkan, nggak sedikit warga yang melangsungkan acara hajatan pada hari kerja. Meski “makan” setengah jalan saja, tetap saja acara hajatan ini menjadi penyebab kemacetan di jalan raya.
Sepulang dari kantor, di tengah terik matahari menyengat dan perut keroncongan, saya harus berdesak-desakan sama pengguna jalan lainnya. Parahnya lagi, saya juga dipaksa mendengarkan suara sound system keras menggelegar, beh… bikin suasana riuh nggak ketulungan.
Selain pesta hajatan, penutupan jalan juga biasa terjadi saat ada pejabat mau lewat. Ya, pengguna jalan dipaksa berhenti melihat kendaraan plat merah itu melaju kencang lengkap dengan suara sirine khas bapak-bapak kepolisian. Sungguh kegiatan yang buang-buang waktu dan bikin ngang-ngong di jalan.
Itulah beberapa penyebab kemacetan yang menyebalkan dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Yah, barangkali sudah takdir hidup di Indonesia, nggak cuma jalanan saja yang macet, tetapi juga uang milik rakyat yang tiba-tiba mandek tak sampai ke tangan warga. Ah, itu dia, itu dia.
Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Evolusi Kemacetan Jogja: Macetnya di Luar Nalar.