Rasa sama hanya beda bentuk, sebuah inovasi yang mempersulit diri sendiri
Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya kalau adonan yang digunakan pada pentol berbentuk bulat dan kotak ini sebenarnya sama, mereka hanya dibuat berbeda bentuk. Pertanyaan selanjutnya, fungsinya apa? Bukannya menjadi sebuah inovasi baru, justru pentol kotak adalah sebuah usaha untuk mempersulit diri sendiri.
Bayangkan, ketika para pedagang ini hanya membuat satu bentuk pentol, maka mereka hanya perlu membentuk adonan menjadi bulat sampai habis. Lain halnya, ketika memutuskan menyediakan pentol berbentuk kotak, mereka jadi harus bekerja dua kali. Sudah gitu, mereka juga masih harus mendapat kritik dari konsumen yang nggak terima dengan kehadiran pentol kotak ini.
Lebih baik pertahankan bentuk bulat dengan isi di dalamnya
Menurut saya, daripada tetap mempertahankan ide gila ini, alangkah baiknya jika para pedagang pentol bisa mempertahan bentuk asli camilan satu ini, namun dengan isian di dalamnya. Isinya bisa disesuaikan, misalnya seperti menambahkan telur puyuh atau telur ayam. Percayalah, meskipun pembeli tahu isi di dalamnya, tapi tetap ada perasaan terkejut yang menyenangkan ketika menikmatinya.
Justru perubahan kecil seperti ini yang lebih dihargai masyarakat, daripada sekadar mengubah bentuk luarnya saja. Sayangnya, pentol isi seperti ini justru yang sekarang susah ditemukan. Gimana, sih, Bang?
Intinya, saya hanya ingin menegaskan kepada para pedagang agar jangan pernah mencoba mengubah bentuk pentol menjadi kotak apa pun alasannya. Biarkan makanan satu ini menjadi apa adanya dengan bentuk bulat yang sudah diakui, bahkan menjadi budaya bagi masyarakat. Jadi, kalau para pedagang mengubah bentuk pentol, maka sama dengan mengubah budaya, lho. Nggak semua orang bisa terima, salah satunya saya.
Penulis: Dito Yudhistira Iksandy
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Rekomendasi Jajan Pentol Surabaya yang Hautjek!