Kata orang bijak, kita harus bersiap untuk kematian. Karena mati datang dengan mendadak. Entah mati saat usia lanjut, atau mati ketika di puncak karir. Entah setelah menang parlay jutaan rupiah, atau boncos gara-gara NFT. Kematian bisa mendadak, tapi kita bisa bersiap. Entah secara iman atau finansial. Salah satunya dengan memiliki tabungan kematian.
Tabungan kematian bukan berarti mendoakan agar cepat mati. Justru banyak yang bilang bahwa mempersiapkan kematian itu bikin umur panjang. Terlepas dari mitos itu, tabungan kematian memang bukan hal yang buruk. Apalagi ketika hari ini urusan kematian sudah tidak murah lagi.
Apalagi jika Anda seorang perantau, tabungan kematian menjadi harga mati. Jujur saja, pendatang pasti susah mencari tanah makam. Kalaupun dapat, biasanya rentan pungli ataupun biaya tambahan. Apalagi ketika keluarga ingin memulangkan jenazah ke kampung halaman, bakal keluar biaya lagi.
Dengan memiliki tabungan kematian, minimal jenazah Anda nanti tidak terlunta-lunta. Jangan lupa, banyak kasus penundaan pemakaman karena urusan biaya. Selain itu, tabungan kematian juga menolong kerabat Anda. Minimal mereka bisa fokus mengurus jenazah Anda daripada panik mencari biaya pemakaman kesana kemari. Terakhir, ada rasa tenang tersendiri ketika memiliki tabungan kematian.
Untuk memperkirakan besaran tabungan kematian, Anda harus kembali kepada kepercayaan dan adat yang dianut. Tiap agama dan adat akan punya besar biaya yang berbeda. Saya akan berfokus pada model pemakaman dengan dikubur. Menurut saya, model pemakaman ini dipakai mayoritas penduduk Indonesia. Selain itu, pemakaman model dikubur ini juga paling ribet birokrasinya.
Biaya pertama yang harus Anda siapkan adalah biaya tanah makam. Jika Anda punya jatah makam di kampung halaman, tentu Anda tidak usah khawatir. Tapi, tidak ada salahnya untuk tetap mempersiapkan biaya tanah makam. Biasanya, biaya tanah makam di pemakaman umum terdiri atas: biaya bedah bumi (penggalian), biaya sertifikat, cor semen dinding makam (untuk pemakaman dengan peti), dan biaya tenaga sukarela.
Anda perlu cari tahu besarnya biaya tanah makam ini dari teman atau kerabat. Karena beda daerah, beda juga besar biayanya. Biayanya bisa dari 2-10 juta. Bahkan ada yang sampai belasan juta. Ini biaya di pemakaman umum ya. Beberapa pemakaman bersedia untuk “booking” lahan. Ini bisa membantu agar biaya yang keluar tidak terpengaruh inflasi.
Apabila Anda seorang perantau dan ingin dimakamkan di kampung halaman, perhatikan biaya transportasi. Terutama jika lintas pulau dan membutuhkan pesawat. Menurut detiknews, biayanya ada dalam kisaran 6 sampai 10 juta. Untuk biaya transportasi jenazah dengan mobil lebih variatif, dari gratis sampai beberapa juta. Tabungan kematian jadi krusial banget gara-gara perkara ini.
Biaya berikutnya adalah “pengemasan” jenazah. Entah dengan kafan atau peti mati. Saya sarankan, jangan beli perlengkapan ini sebelum meninggal. Sebab, ada beberapa kasus di mana kain kafan yang dibeli sebagai tabungan malah tidak layak digunakan saat si pemilik meninggal.
Ada juga biaya seputar kelengkapan pemakaman seperti busana dan simbol agama. Ini juga perlu diperhitungkan. Biaya untuk bunga tabur, air mawar, dan sejenisnya juga akan menyesuaikan agama dan kepercayaan yang dianut.
Anda juga bisa mempersiapkan dana lain seperti dana sukarela atau sumbangan ke pihak keagamaan. Tentu ini disesuaikan dengan agama masing-masing. Karena sifatnya keikhlasan, tentu juga akan berbeda setiap orang. Makanya, tabungan kematian nggak bisa dikit, kudu banyak, sebab ada dana lain yang harus dikeluarkan.
Biaya terakhir yang perlu dipikirkan adalah biaya prosesi pemakaman. Dari biaya tenda, konsumsi, sampai bus cukup menguras dompet. Beberapa kampung memiliki dana kas untuk prosesi kematian warganya. Tapi, tidak ada salahnya Anda juga memiliki tabungan untuk ini. Mungkin Anda tidak ingin ada prosesi yang mahal, tapi keluarga dan lingkungan pasti ingin memberi penghormatan terakhir yang layak. Jadi tidak ada salahnya membantu keinginan mulia mereka.
Kira-kira berapa biaya yang dikeluarkan untuk pemakaman? Berdasarkan pengalaman saya, dana yang keluar sekitar 10 juta dengan kondisi: meninggal di Kota Jogja, seluruh biaya ditanggung keluarga, total biaya makam sekitar 4 juta, ada ibadat pelepasan jenazah (Katolik), ada sewa satu bus, dan di luar biaya pengurusan jenazah di rumah sakit.
Angka 10 juta saya pikir bisa jadi anggaran paling kecil untuk tabungan kematian. Terutama untuk Anda yang tidak memiliki adat khusus saat pemakaman. Tentu Anda bisa menambahi tabungan ini setiap tahun untuk menyesuaikan inflasi.
Semoga artikel ini membuka mata Anda bahwa mati itu tidak mudah dan padat dana. Jika Anda memiliki tabungan ini, setidaknya Anda lebih PD ketika bertemu malaikat maut.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Balada Hidup di Jogja: Hidup Susah, Mati Lebih Susah