Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Pentingkah Mengejar Passion?

Rian Andini oleh Rian Andini
8 Agustus 2019
A A
passion

passion

Share on FacebookShare on Twitter

Saya agak tergelitik membaca sebuah postingan Instagram seorang penulis berinisial P diakhir A. Puthut EA. Kepala suku a.k.a CEO Mojok.co menuliskan bahwa jika ia ditawari uang seratus miliar dengan syarat dilarang menulis lagi selamanya, maka ia akan menolak uang tersebut tanpa pikir panjang.

Sebagai sesama penulis, namun dengan level yang jelas berbeda (saya berada di kisaran level remah-remah rengginang di dasar kaleng Khong Guan), akan langsung menyambut uang seratus miliar dan bersedia meninggalkan dunia menulis tanpa perlu berpikir sama sekali. Saya jadi merenung, apakah selama ini saya tidak menyukai dunia kepenulisan dan hanya mendambakan “pesta kesuksesannya” saja? 

Akhir-akhir ini generasi milenial sedang gencar-gencarnya dikejar fantasi bernama passion. Rela meninggalkan pekerjaan yang sudah stabil demi sesuatu yang disukai, walaupun belum ada jaminan pasti. Saya tak tahu apakah itu pilihan yang baik atau buruk, yang pasti ialah bekerja sesuai hobi memang impian semua orang.

Sebagai ibu rumah tangga a.k.a emak-emak, passion saya adalah menulis. Buktinya adalah saya berhasil menuliskan sepuluh eksemplar buku harian yang berisi puisi kegalauan masa-masa jomblo jaman masih kuliah. Namun, sekarang saya sedang berada di posisi yang tak punya pilihan. Keseharian hanya diisi kegiatan jaga balita dan mencuci piring, yang jelas tidak ada pekerjaan stabil yang perlu dipertaruhkan seperti milenial lain, sehingga kembali menyukai menulis seperti dulu kala adalah peluang baik satu-satunya yang bisa saya pilih.

Seperti biasa, bicara tentang passion harus dihubung-hubungkan dengan orang-orang terkenal macam Steve Jobs yang punya kata-kata mutiara pembangkit semangat. “Jalan satu-satunya untuk benar-benar puas adalah melakukan apa yang anda yakini sebagai karya besar. Dan ,satu-satunya jalan untuk melakukan karya besar adalah dengan mencintai apa yang anda kerjakan.” Netizen Indonesia membalas dengan kata-kata mutiara yang sama menggugahnya namun sedikit kontradiktif, “Dunia tidak seindah cocot Steve Jobs” Netizen Indonesia memanglah makhluk paling realistis.

Berangkat dari sini, sebenarnya sebelum berpikir apakah passion itu penting atau tidak, yang lebih susah adalah menentukan apa sebenarnya passion kita. Zaman SD, passion saya adalah menjadi pahlawan pembela kebenaran macam Power Ranger, waktu SMP dan sedang tergila-gila dengan serial komik detektif Conan, cita-cita saya jelas menjadi detektif macam Shinichi atau minimal jadi pencuri berlian yang keren seperti Kid. Dan, saya berhenti bercita-cita saat menginjak bangku SMA. Menjadi tua sepertinya adalah cara untuk berhenti bermimpi. 

Tapi sekarang, mungkin saya berani bilang kalau menulis akan menjadi passion saya (sementara ini). Sebenarnya mencari passion tak cukup hanya sekedar bertanya, “Apa yang kita sukai?”, tapi juga berkaca apa yang orang lain sukai sekaligus kita sukai. Konsepnya, passion haruslah memiliki beberapa nilai ikigai, yakni sesuatu yang kita sukai sekaligus kita hebat dalam melakukannya, sesuai dengan apa yang dibutuhkan orang lain, dan juga sesuatu yang bisa dibayar untuk diri kita. Kira-kira bisa membayangkan profesi apa itu? Yap, betul! Menjadi tester tempat tidur.

Mungkin inilah hobi yang bisa jadi menghasilkan sekaligus cita-cita seluruh umat manusia. Sejauh ini, hobi tidur masih jadi peringkat yang paling tinggi, maka profesi sebagai pencicip kasur mahal masih jadi bahan ledekan sekaligus muara segala hasrat serta keinginan manusia, terutama netizen Indonesia tentunya.

Baca Juga:

Cari Kerja Memang Susah, tapi Bertahan di Lingkungan Kerja Toxic Juga Nggak Ada Gunanya

Begini Jadinya Kalau Upin Ipin Dewasa Berubah Pikiran Tak Ingin Jadi Astronaut

Terpaut dari perihal itu, ada lagi beberapa hal yang harus menjadi bahan pikiran, yakni mengevaluasi rasa. Mungkin cita-cita sebagai penyanyi yang selama ini digembor-gemborkan hanya sebuah angan-angan agar mendadak kaya, cantik, dan terkenal macam Raisa. Mungkin, passion saya untuk jadi penulis juga begitu, hanya mimpi untuk menjadi terkenal tanpa membawa sebuah misi, hanya obsesi buta untuk sebuah kesenangan duniawi. Lalu, apa arti rasa suka kalau begitu?

Agaknya, passion tak ubahnya seperti pasangan hidup. Ketika belum dinikahi, belum ijab kabul, ia begitu berkilau, mirip berlian mewah yang sering dijadikan bahan arisan ibu-ibu Girlsquad. Tapi, begitu sah, sudah diniatkan dalam hati dan pelan-pelan dijalani, kita mulai mengerti betapa tinggi gunung yang harus didaki. Rasanya, memang tidak ada satupun pilihan yang mudah. Pilihan untuk selamanya tidur dan menganggur juga pilihan yang susah dan penuh resiko, seperti pegal punggung dan selamanya jomblo karena tidak ada calon mertua yang bakalan mau merestui.

Saya pernah membaca bahwa penting untuk memiliki pekerjaan yang stabil sembari merintis sebuah passion. Karena tanpa beban finansial, kita bisa mengembangkan kreativitas tanpa batas. Namun, ada juga yang memberi saran sebaliknya. Alasannya justru di saat tergenting,  kreativitas akan bertumbuh liar. 

Pada akhirnya semua pembahasan passion adalah tentang cara menikmati sebuah proses dengan disiplin diri. Jadi, jika ada tawaran seratus miliar ditukar dengan passion, bersediakah? Saya masih bersedia kok~ (*)

 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2022 oleh

Tags: cari kerjacita-citamasa kecilMasa SekolahPassionpower ranger
Rian Andini

Rian Andini

ArtikelTerkait

pelamar kerja wawancara kerja lamaran kerja calon karyawan surat lamaran cv copas melamar kerja mojok.co

Berhati-hati Terhadap Penipuan Berkedok Wawancara Kerja

27 September 2019
puasa setengah hari

Puasa Setengah Hari, Baju Baru Setengah Porsi

30 Mei 2019
peternak ikan

Apa Salahnya Punya Cita-Cita Sebagai Peternak Ikan?

11 Oktober 2019
Alasan Romantisasi Passion Tidak Relate bagi Orang-orang Dusun Terminal mojok

Romantisasi Passion Bukan untuk Orang-orang Dusun!

9 Februari 2021
Nama Panggilan Nyeleneh Itu Bukan Ejekan, tapi Simbol Keakraban terminal mojok.co

Apakah Kita Sudah Benar dalam Berteman?

19 Juli 2019
one piece

Belajar dari One Piece: Tak Semua Orangtua Mengerti Passion Anaknya

15 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.