3 Kecurangan Penjual Daging Sapi Selama Bulan Ramadan. Saya Tulis Supaya Pembeli Lebih Waspada

3 Kecurangan Penjual Daging Sapi Selama Bulan Ramadan. Saya Tulis Supaya Pembeli Lebih Waspada Mojok.co

3 Kecurangan Penjual Daging Sapi Selama Bulan Ramadan. Saya Tulis Supaya Pembeli Lebih Waspada (unsplash.com)

Ada beberapa kecurangan yang sering dilakukan oknum penjual daging sapi selama bulan Ramadan. Saya benar-benar heran. Bisa-bisanya para oknum itu melakukan perbuatan buruk di bulan yang suci ini. Terlebih dari itu, saya merasa kasihan kepada para pembeli.

Bukannya bermaksud menjelekkan sesama penjual daging sapi, tapi di bulan Ramadan seharusnya mereka mencari berkah dari berjualan. Nggak masalah untung sedikit yang penting uangnya berkah buat keluarga. Sudah banyak lho contoh penjual daging sapi yang bangkrut gara-gara berbohong sama pembeli.

Di bawah ini saya ungkap 3 kecurangan penjual daging sapi di Bulan Ramadan. Silakan disimak supaya kalian lebih waspada ketika beli daging sapi

#1 Penjual daging sapi berbohong soal bagian daging

Sejauh pengetahuan saya sebagai sesama penjual daging sapi, banyak sekali pembeli yang nggak tahu daging yang bagus di tubuh sapi. Mereka tahunya hanya daging has saja, mentok-mentok daging sirloin dan tenderloin. Saya pun yakin betul, mereka hanya tahu namanya, nggak tahu bentuknya seperti apa. 

Nah, di sinilah kesempatan oknum penjual daging sapi melakukan kecurangan. Jika ditanya daging bagian paha, mereka biasanya akan menunjuk daging yang bentuknya mirip paha sapi. Padahal, kalau diteliti lagi daging itu nyatanya bukan paha sapi, tapi bagian lain yang bentuknya agak mirip dengan paha sapi.

Oknum penjual daging sapi juga sering berbohong soal bagian-bagian tertentu dalam tubuh sapi. Tetelan gajih yang lengket-lengket itu kadang disebut untuk tetelan bakso. Padahal ya jauh banget antara tetelan sandung untuk adonan bakso dengan tetelan gajih.

Parahnya, hal-hal semacam itu semakin menjadi-jadi di bulan Ramadan. Di bulan ini kebanyakan pelanggan hanya mencari daging has dan tulang iga sapi. Tetelan gajih, tetelan sandung, dan daging urat biasanya kurang laku. Itu mengapa mereka berbohong supaya daging tetap terjual dan nggak merugi . 

#2 Suka lupa dengan langganan

Langganan atau pembeli tetap adalah aset utama penjual daging sapi. Langganan inilah yang selalu beli apapun situasinya. Mau pasaran daging sedang seret atau ramai pokoknya mereka selalu membantu menghabiskan barang dagangan. Sederhananya, para langganan inilah penentu lancar tidaknya usaha penjual daging sapi. 

Akan tetapi, di momentum menuju Lebaran seperti sekarang ini, para pemnbeli langganan tadi biasanya dilupakan penjual. Mengingat pembeli di bulan Ramadan membludak, para penjual inginnya menjual daging sapi dengan harga tinggi. Nah menjual dengan harga selangit hanya bisa dilakukan ke pembeli-pembeli baru alias bukan langganan. 

Di sinilah letak dosa para oknum. Karena mengejar untung selangit selama seminggu menjelang Lebaran. Para penjual daging pun rela melupakan pelanggan lama demi keuntungan selangit. Padahal, para pelanggan lama lah yang selama ini membantu menghabiskan dagangan. 

#3 Sengaja nggak teliti dengan timbangan

Sebagai penjual, saya selalu kena omel ayah saya kalau menimbang daging secara nggak tepat. Walau hanya meleset sedikit saya, saya selalu diwanti-wanti untuk menimbang dengan lebih cermat. Pokoknya kalau pembeli beli dagingnya 1 kg, maka timbangannya harus pas 1 kg, jangan kurang jangan lebih. Begitu kira-kira nasihat ayah saya.

Namun, di bulan Ramadan seperti sekarang ini, ternyata banyak penjual daging yang sengaja nggak teliti soal timbangan. Mentang-mentang pembelinya membludak, mereka sengaja nggak mau nambahin daging yang masih kurang timbangannya. Padahal mereka itu sadar kalau timbangannya kurang “anget”, tapi tetap saja dibungkus lalu dikasih ke pembeli yang nggak lihat timbangan lagi.

Prinsip saya selama jualan, daging sapi yang dibeli oleh orang-orang itu adalah hak mereka. Jadi sudah sewajarnya penjual memberi apa yang telah menjadi hak mereka. Toh mereka juga membayar. Kalau pelanggan membeli daging sapi 1 kg, maka wajib hukumnya penjual menimbang daging hingga 1 kg penuh. Kalau dikasih lebih ya silakan, tapi intinya jangan kurang karena itu perbuatan dosa.

Di atas beberapa hal yang sering saya cermati sebagai penjual daging. Perilaku-perilaku curang itu memang paling marak terjadi di bulan Ramadan, tapi bisa juga terjadi di luar periode itu. Itu mengapa saya sarankan para pembeli untuk lebih cermat ketika membeli daging. Kalau perlu menambah pengetahuan seputar bagian-bagian daging supaya tidak tertipu. 

Penulis: Muhammad Ridho
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Meneladani Tukang Sampah di Bulan Ramadan: Tetap Bersyukur Sambil Menahan Lapar dan Bau Sampah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version