Kita hidup bersama banyak kepercayaan daerah yang beraneka rupa. Semua itu merupakan bagian dari budaya turun temurun. Berbagai mitos dan legenda ikut mewarnai khazanah kebudayaan kita. Dan itu bagus, menunjukkan jika ada banyak hal yang bisa kita pelajari sebagai orang Indonesia.
Tak semua musti saklek untuk diikuti dan dipercaya. Namun, semua itu harus dihormati. Mitos lahir sebagai bentuk dari interaksi manusia dengan lingkungannya, dan sesungguhnya itu menyenangkan untuk dipelajari. Bukan tidak mungkin, kita bisa mengambil banyak hal baik dari keberadaan mitos-mitos itu. Sebab sebetulnya, ada banyak kepercayaan yang bisa ditelaah dengan nalar logika. Berikut adalah beberapa mitos yang bisa dipahami dengan logika.
Jomblo nggak boleh makan pantat ayam, nanti mengalami penyesalan di belakang
Pantat ayam alias brutu adalah bagian ayam yang lumayan punya penggemar militan. Sayang, ada mitos ini, yang menurunkan nilai dari pantat ayam itu sendiri. Oleh karena itulah, rasanya mitos ini harus ditinjau ulang penggunaanya. Kalau kata orang Jawa, engko getun nang mburi (nanti ujung-ujungnya kecewa, atau kecewa yang letaknya di belakang). Padahal, itu bukan sesuatu yang bisa dihindari dan diatur oleh manusia.
Yang namanya getun atau kecewa, selalu di ujung atau di belakang, tak mungkin belum ngapa-ngapain langsung kecewa. Mungkin lebih tepat jika diartikan sebagai pengingat. Bahwa ada yang namanya rasa kecewa, dan kita harus bersiap untuk hal itu. Yang namanya berusaha, selalu ada dua kemungkinan, bahagia atau kecewa. Tak ada yang senang terus, sesekali harus kecewa juga, biar hidup lebih berwarna.
Nggak boleh berdiri di depan pintu
Mitos ini ada di banyak budaya Indonesia. Kalau ada yang berdiri atau duduk tepat di pintu, pasti disuruh minggir, sembari ngomong ora ilok atau pamali. Kalau dipikir-pikir, orang yang hobi menghalangi jalan orang lain itu memang menyebalkan. Apalagi di depan pintu, otomatis bikin sebel. Makanya, mitos ini tak terlalu perlu dipikirkan soal kesialan dan segala kutukannya. Ya, memang nggak baik saja ngejoglok di pintu, menganggu banget.
Nggak boleh membuka payung di dalam rumah, nanti kena sial
Saya kira mitos satu ini paling mudah masuk logika. Namanya di dalam rumah, ngapain juga pakai payung. Bahaya juga sebenarnya. Bisa kena mata, bisa nyenggol perabot, nyangkut di pintu, dan yang pasti kurang kerjaan banget. Mungkin yang dulu bikin, lagi sebel sama adiknya yang main payung di dalam rumah, terus dia nakut-nakutin adiknya dengan cerita ngeri karangannya sendiri. Ah, namanya juga kemungkinan.
Nggak boleh menghina koruptor, nanti sial
Mitos ini rupanya memang benar terjadi. Pokoknya jangan pernah mengejek dan menghina koruptor, nanti kita yang sial. Kesialan yang menimpa kita adalah adanya diskon hukuman. Sudah duit kita hilang, pelakunya dihukum seadanya dan seenaknya.
Dulu saya nggak percaya sama mitos ini. Saya pikir, koruptor itu wajar dibenci, masa harus dipuji karena mencuri. Nah, rupanya secara keilmuan, ada penjelasan ilmiahnya. Koruptor atau maling rakyat harus dipuji dan dijadikan sebagai contoh dan suri tauladan. Sebab, kita sedang mengikuti hari kebalikannya Patrick dan SpongeBob. Seperti kita tahu, mereka berdua memang agak sengklek. Ilmiah banget, kan?
Kita nggak boleh sambat, nanti diciduk
Mitos satu ini memang sangat gawat. Selain memang masih terjadi di masa reformasi ini, juga merupakan sebuah mitos paling mengerikan. Sambat dikit, ciduk. Sambat banyak, tangkap. Pokoknya berbahaya. Baru juga ngaku lapar ke Tuhan, langsung dihapus dan dicari. Apalagi menjadi petani yang berani sambat ke petinggi, siap-siap diamankan. Sebab, di masa kini, sambat juga diurusin sama negara dan aparat. Demi apa coba? Ya biar sambatnya terarah dan tidak melukai hati. Masak karena antikritik. Ini Indonesia, pemerintahnya mendengarkan kritik rakyatnya dengan baik. Hehehe~