Mahasiswa semester akhir tentu nggak bosan-bosannya konsultasi skripsi demi segera lulus, tapi…
Barangkali ini berangkat dari sebuah keresahan pribadi atas apa yang pernah saya alami sebagai mahasiswa tingkat akhir. Menyelesaikan skripsi adalah sebuah kewajiban yang harus dikerjakan sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana es satu. Tentu saja dalam proses pengerjaan skripsi itu kamu harus menguras banyak pikiran, tenaga, materi, dan air mata. Ah, cengeng loh.
Namun begitu, pasti ada-ada saja cobaan yang akan menimpa para mahasiswa pejuang skripsi, iya kan? Saya tidak akan menjabarkan panjang lebar tentang cobaan itu karena masing-masing orang akan merasakannya sesuai dengan kadar dosa-dosanya yang pernah ia perbuat semasa kuliah. Sorry, pernyataan ini hanya candaan saja.
Salah satu yang harus kamu taklukkan dalam proses pengerjaan skripsi itu tidak lain dan tidak bukan adalah dosen pembimbingmu sendiri. Draf skripsi yang telah kamu buat dengan berdarah-darah itu, harus kamu konsultasikan terlebih dahulu pada dosen pembimbingmu. Apakah skripsimu sudah dinyatakan layak atau belum?
Setelahnya kamu akan tahu bagaimana rasanya draf skripsimu dicoret-coret. Kamu akan tahu bagaimana rasanya draf skripsimu tersimpan berbulan-bulan di rumahnya, ketika ditanyakan eh ternyata belum diperiksa. Kamu akan tahu bagaimana rasanya draf skripsimu dihilangkan olehnya, entahlah itu karena lupa atau memang ada unsur kesengajaan. Selain itu, kamu juga akan tahu bagaimana rasanya chatmu sering diabaikan, padahal kamu sedang ingin konsultasi dengannya.
Kalau kamu tidak terbiasa dengan hal-hal yang seperti itu, perasaanmu akan selalu teriris-iris terus. Setidak-tidaknya kamu harus menjadi kebal.
Seharusnya memang para dosen yang menuntut mahasiswanya untuk cepat menyelesaikan masa studi. Bukannya malah menjadi penghambat atau mempersulit mahasiswa dalam proses konsultasi skripsinya.
Nah kita kembali pada pembahasan inti. Perkara chatmu diabaikan, sering kali terjadi dan umumnya dirasakan oleh kamu yang mau konsultasi skripsi apalagi dosen pembimbingmu itu bermahzab killer. Dosen begitu sangat peka dengan kesalahan-kesalahan kecil yang kamu lakukan. Kamu lebih sering dapat marah ketimbang ditegur secara lembut.
Pada akhirnya menjadi mahasiswa dituntut harus mengerti pola komunikasi dengan bahasa dan etika yang sopan, baik dan benar untuk berbicara empat mata atau menghubungi dosen pembimbing lewat telepon. Bisa jadi diabaikan terus menerus nanti kalau kamu tidak mengerti tentang hal itu. Perkara ngechat dosen dengan baik selalu menjadi perhatian serius, tidak boleh sembarangan.
Lalu bagaimana caranya kalau kita sudah berupaya ngechat dosen dengan sebaik dan sesopan mungkin tapi tidak dibalas-balas. Malah jadi problem juga kan buat kita-kita anak mahasiswa?
Apalagi kalau sudah terlanjur dicap merah karena pernah melakukan pola komunikasi yang tidak baik. Jalan satu-satunya ketika kamu ingin bertemu dosen pembimbingmu itu khususnya untuk kebutuhan konsultasi skripsi, kamu hanya perlu mencari dan menemuinya saja tanpa harus ngechat beliau terlebih dahulu.
Langsung saja, begini tipsnya:
Pertama, profesi dosen adalah profesi sebagaimana layaknya profesi dalam instansi pemerintahan lainnya yang memilki kantor tersendiri untuk bekerja. Maka sudah pasti kalau dosen pembimbingmu itu memilki jabatan di kampus, ia mempunyai ruangan tersendiri sebagai tempat yang akan selalu ia singgahi pada jam-jam tertentu. Sebagai mahasiswanya hal ini wajib kamu tahu. Agar kamu tahu titik bertemu yang tepat, tanpa perlu janjian terlebih dulu. Yak, langsung menghadap ke ruangannya saja.
Kedua, seorang dosen kan sudah pasti ia akan mengajar pada kelas-kelas tertentu, apabila kamu tidak berhasil menemuinya di ruangannya maka alternatif lainnya kamu wajib tahu kapan dan di mana ia akan mengajar. Seluruh informasi tentang jadwal mengajarnya itu bisa kamu dapatkan dari juniormu sendiri atau pada teman seangkatanmu yang mendapatkan dosen pembimbing itu sebagai pengajarnya.
Bisa juga langsung tanya di sumber yang paling akurat yaitu di kantor jurusan. Kamu bisa minta jadwal mengajarnya yang tersedia di sana. Sehingga dengan berbekal informasi tersebut, ketika ingin menemuinya kamu hanya perlu menungguinya setelah ia selesai mengajar.
Ketiga, misalnya pada cara satu dan dua juga tidak membuahkan hasil, maka cara yang ketiga ini patut dicoba. Saya rasa ini merupakan cara yang paling ampuh karena saya sudah mencobanya. Asalkan kamu harus mengetahui informasi penting tentang dosen pembimbingmu seperti di mana letak rumahnya dan kendaraan yang sering ia gunakan baik itu motor maupun mobil, hafalkan beserta nomor platnya.
Kamu harus menjadi intel sehari, tapi kamu wajib punya kendaraan juga seperti motor. Kalau kamu tidak punya kamu bisa meminjamnya dulu sama temanmu. Lalu bagaimana caranya?
Pagi-pagi buta kamu sudah harus berada di sekitar rumah dosen pembimbingmu itu dengan jarak pandang yang memungkinkan kamu tidak ketahuan dan pastikan ia belum berangkat ke kantor. Ketika semuanya diperkirakan dugaanmu benar. Kamu hanya perlu membuntuti kendaraannya ketika ia keluar, ke mana ia akan pergi dan berhenti. Ini sudah jelas, pasti kamu akan berhasil menemuinya, setidaknya kamu tahu tentang keberadaannya. Ya, walaupun besar kemungkinan “sikap menguntitmu” ini membuatnya merasa tidak nyaman~
Kira-kira seperti itu, semoga konsultasi skripsimu lancar, tidak perlu lagi repot-repot ngechat beliau kalau ujung-ujungnya diabaikan juga.
BACA JUGA Skripsi Itu Baik, Kalau Ada yang Jahat, Mungkin Dia Skripsi yang Tersakiti atau tulisan Syamriadin Samiri lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.