Pengendara yang Males Nyalain Lampu Sein Enaknya Diapain?

Titik di UNS Solo, ISI, dan Sekitarnya yang Perlu Dihindari karena Bikin Muntab terminal mojok.co

Titik di UNS Solo, ISI, dan Sekitarnya yang Perlu Dihindari karena Bikin Muntab terminal mojok.co

Ragam penggunaan simbol sering kali kita temui di jalan, dibuat guna menciptakan kondisi keteraturan, keamanan, serta kenyamanan saat berkendara. Setiap simbol-simbol ini punya makna tersendiri, semisal: simbol lampu merah punya arti berhenti, lampu hijau punya arti mempersilakan pengguna kendaraan untuk jalan, lampu hazard adalah pemberitahuan untuk berhati-hati kepada pengemudi lain, lampu sein mewakili tanda petunjuk saat belok.

Namun seiring waktu, penggunaan simbol-simbol ini nggak lagi berjalan secara efektif karena beberapa orang seenaknya mengabaikan apa yang sudah jadi konvensi bersama. Nggak sabar, lupa, terburu-buru, kurang fokus adalah ragam alasan yang sering mereka lontarkan.

Nah, salah satu jenis pelanggaran atas simbol berkendara yang paling kerap saya temui ialah pengendara yang nggak menyalakan lampu sein saat pengin belok. Terkesan sederhana, tapi dampaknya fatal. Ujung-ujungnya bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Saya merasa pengendara yang seenaknya mengabaikan penggunaan lampu sein sangat menyebalkan. Coba Anda bayangkan, saat sedang asyik berkendara, tiba-tiba kendaraan yang berada di samping atau di depan Anda berbelok dan memotong jalan tanpa isyarat. Serasa pengen ngumpat sejadi-jadinya karena mereka hampir membahayakan hidup kita.

Ada juga tipe pengendara yang baru nyalain lampu sein, pas udah sampai di belokan. Tindakan itu tentunya bisa mencelakakan pengendara lain. Sebab, telat menyalakan lampu sein membuat pengendara lain nggak punya kesempatan untuk ngelakuin antisipasi lebih dini. Misalnya, mengendurkan tarikan gas, menginjak rem, menurunkan persneling, atau melakukan manuver banting setir.

Sekalinya pakai lampu sein ada pengendara yang pandangannya selalu diarahkan ke spion sebelah kanan. Punten, ini maunya apa sih?

Mau nyelip juga nggak, toh, nggak ada kendaraan di depannya. Ditunggu sekian purnama, belok juga nggak, jalannya lurus-lurus aja. Kami pengendara yang berada di belakang tentu kebingungan. Mau nyerobot, takutnya salah ambil keputusan. Ujung-ujungnya kami juga yang disalahkan jika pas nyerobot tiba-tiba ia belok.

Kalau memang nggak mau belok dan nggak mau nyelip kendaraan di depannya, mbok dimatikan saja, Buos. Nyalain lampu kedip-kedip itu tujuannya buat kehati-hatian, tapi kalau berkedip sepanjang jalan namanya cari perhatian.

Tindakan apatis ini nggak jarang membahayakan diri dan pengendara lain. Ini jadi salah satu peyumbang terhadap meningkatnya angka kematian di jalan. Data yang dihimpun Kepolisian Republik Indonesia menjelaskan bahwa di Indonesia, rata-rata tiga orang meninggal setiap jam akibat kecelakaan di jalan.

Setiap jam, lho. Apa nggak ngeri?

Data menyatakan, besarnya jumlah kecelakaan itu dilatarbelakangi oleh beberapa hal: 61% kecelakaan disebabkan faktor manusia yaitu terkait dengan kemampuan serta karakter pengemudi, 9% disebabkan karena faktor kendaraan, dan 30% disebabkan oleh prasarana dan lingkungan. Faktor manusia ya termasuk penggunaan lampu sein itu sendiri.

Jika dirunut dari sejarah, sebelum 1900, untuk memberi tanda berbelok kepada pengendara lain, orang masih mengulurkan tangan. Tanda ini memang masih digunakan beberapa orang hingga saat ini ketika lampu sein mereka rusak. Namun, cara ini tentu ribet jika mesti digunakan. Memasuki 1914, muncul tanda belok mekanis pertama yang dirancang oleh aktris berkebangsaan Amerika serikat Florence Lawrence.

Kemudian, pada 1927, Max Ruhl dan Ernst, penemu asal Perancis dan Jerman memodifikasi hasil temuan Florence dengan sistem elektrik. Lampu sein berkedip pertama akhirnya dipatenkan oleh Joseph Bell pada akhir 1930-an dan seiring perkembangannya, penyematan LED pada lampu sein muncul pada 1980-an.

Saya sampai heran, apa susahnya menyalakan lampu sein saat mau berbelok? Tinggal dorong tombol atau tuas kecil yang posisinya terlampau mudah dijangkau itu. Masa gitu aja males? 

Okelah, Anda beralasan jika Anda lupa. Namun, itu nggak bisa jadi pembenaran. Soalnya Ini perkara kebiasaan. 

Jika Anda sudah terbiasa menyalakan lampu sein sebelum belok, kebiasaan itu akan bekerja di alam bawah sadar Anda. Kalau lupa setiap hari itu namanya emang nggak niat alias males. Hadeeeh.

BACA JUGA Problem Kekinian yang Menyebalkan: Masker Copot Saat Memakai Helm dan tulisan Munawir Mandjo lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version