Pengalaman Tinggal di Kos Per Jam Kediri: Tempat Rapi, tapi Selalu Melihat Maksiat Setiap Hari

Pengalaman Tinggal di Kos Per Jam Kediri: Tempat Rapi, tapi Selalu Melihat Maksiat Setiap Hari

Pengalaman Tinggal di Kos Per Jam Kediri: Tempat Rapi, tapi Selalu Melihat Maksiat Setiap Hari (unsplash.com)

Jika Jogja punya kos LV yang tenar di skena kos-kosan bebas, Kediri juga tidak mau ketinggalan. Ada kos per jam atau kos jam-jaman di sini. Awal perkenalan saya dengan kosan seperti ini pun tak disengaja. Dulu, di awal kedatangan saya ke Kediri, saya sempat meminta tolong pada seorang teman kuliah untuk mencarikan kos. Saya percaya saja dengannya apalagi setelah tahu bangunan kosnya bagus dan harganya cocok di kantong.

Akan tetapi setelah sehari dua hari tinggal di sana, saya baru sadar jika beberapa kamar yang ada di kos saya itu penghuninya selalu berganti. Ada pasangan pelajar yang kalau datang pakai jaket tertutup rapat, padahal celana dan roknya kelihatan sekali kalau mereka memakai seragam sekolah. Ada juga pasangan mbak-mbak dan bapak-bapak yang kalau masuk kos nggak melepaskan helm sama sekali. Bahkan pernah ada ibu-ibu dan mas-mas yang datang pakai dua sepeda motor berbeda tapi masuk ke kamar yang sama.

Usut punya usut ternyata pemilik kos saya memang mengiklankan kamar-kamar yang masih kosong di Facebook jadi kos per jam. Nahasnya, tiap ada pasangan yang menyewa kamar kos tersebut dan kebetulan berpapasan di jalan masuk kos, justru saya yang merasa malu nggak karuan. Alhasil saya hanya bertahan sekitar semingguan di sana sebelum akhirnya memutuskan pindah. Namun pengalaman tinggal seminggu di kos tersebut membuka mata saya mengenai dunia indekos di Kediri.

Kos per jam jadi hal lumrah bagi warga lokal

Bagi saya, kos per jam adalah culture shock pertama saya sebagai perantau di Kediri. Padahal hal itu lumrah bagi warga lokal. Awal mulanya dari industri yang maju pesat di sini. Imbasnya, kebutuhan hunian untuk pekerja yang tak sedikit dari luar kota meningkat. Membangun bisnis kos menjadi upaya warga untuk mendapat rezeki dari para perantau yang datang ke Kediri.

Apesnya saat ini Kediri berada di titik banyak kamar kos tersedia, tapi tak sebanding dengan permintaan yang terus menurun. Akhirnya daripada tak dihuni, pemilik kos mencoba berbagai cara untuk tetap bertahan. Mulai dari perang harga sejatuh-jatuhnya hingga mengambil langkah berani dengan bermain banyak kaki. Misalnya menerima penyewa bulanan, mingguan, dan harian.

Teman saya yang mencarikan kos per jam itu bahkan berseloroh ringan tanpa rasa bersalah saat saya tanyai. Katanya kos per jam di Kediri bak fatamorgana, baru terlihat kalau sudah tinggal di sana. Alasannya ya nggak sedikit kos yang menutup rapi praktik ini. Kos tanpa induk semang, transaksi via transfer bank, dan kunci kamar sudah disediakan.

“Pokoknya asal nggak saling ganggu dengan penghuni kos lain. Ngapain repot,” begitu kata teman saya.

Baca halaman selanjutnya: Menjamur di Facebook…

Menjamur di platform media sosial Facebook

Saat masih tinggal di Banyuwangi, saya termasuk orang yang nggak percaya barang-barang jualan di Facebook jika penjualnya nggak mau diajak COD-an. Nah, setelah pindah ke Kediri, perasaan waswas dan tak percaya itu makin bertambah. Utamanya untuk kamar kos yang ditawarkan di berbagai grup sewa kos Kediri.

Ada saja ranjau yang ditebar pemilik kos untuk menutupi sisi abu-abu dunia kos Kediri. Yah, meskipun banyak juga yang secara jelas menawarkan praktik ini di platform Facebook.

Saking seriusnya saya membuat tulisan ini, saya sampai menghubungi 5 penyedia kos per jam yang menawarkan kamar kosnya di Facebook. Lokasinya tersebar di berbagai tempat, mulai dari kabupaten sampai kota Kediri. Rata-rata menyewakan kamar dengan kondisi bangunan masih baru. Soalnya persaingan bisnis ini tak hanya dari sisi harga, tapi juga aspek kenyamanan, kebersihan, dan keamanan jadi pertimbangan pemesan.

Tak sedikit pemilik kos yang menargetkan pelanggan pelajar. Sebab saat saya mengaku sebagai pelajar SMA dan bilang memakai kos per jam dengan pacar, nyaris semua pemilik kos yang saya hubungi memberikan garansi. Katanya tempat mereka aman dari razia. Bahkan mereka memberikan penawaran khusus harga kamar kos per jam yang masih bisa dinego!

Tarif yang ditawarkan kelima pemilik kos per jam Kediri hampir sama. Untuk 1 jam harganya Rp35 ribu, 2 jam Rp50 ribu, 3 jam Rp70 ribu, 4 jam Rp85 ribu, dan 5 jam 100 ribu. Lebih dari itu dihitung menginap dengan tarif Rp150 ribu per malam.

Menggerus bisnis hotel melati di Kediri

Maraknya kos per jam di Kediri ini bukan tanpa perlawanan. Beberapa kali pihak kepolisian sempat menangkap pemilik kos jam-jaman yang menerima tamu bukan pasangan suami istri. Radar Kediri sempat menulis mengenai upaya Polres Kediri Kota yang menangkap pemilik kos jam-jaman di Kecamatan Pesantren yang membuka praktik ini.

Terbaru pada Maret 2025 lalu, petugas juga menangkap pemilik kos yang menyediakan praktik ini di wilayah Mojo, Kediri. Namun alih-alih bisnis ini tumbang, justru kondisinya malah mirip jamur di musim hujan. Mati satu tumbuh seribu.

Sebaliknya, bisnis hotel melati di Kediri terdampak fenomena kos per jam ini. Tak sedikit kondisi mereka yang memprihatinkan. Sebab kalau saya melihat bangunan hotel dan kondisi pengelolaannya seperti hidup enggan mati tak mau. Ibaratnya hotel melati ini membayar pajak dan mengurus perizinan untuk menyediakan jasa, tapi dikebiri dengan kehadiran kos per jam yang tak ada izinnya.

Akan tetapi begitulah semesta bekerja. Kadang apa yang dianggap baik nggak selamanya baik. Ada juga hal yang buruk ternyata bisa berkamuflase menjadi seolah-olah baik. Pilihannya sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya. Mau tinggal di kos per jam atau bulanan di Kediri, tinggal kekuatan hati kita saja untuk menahan diri. Semoga nggak perlu melihat maksiat setiap hari. Semoga.

Penulis: Fareh Hariyanto
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pengalaman Pertama Ngekos di Kos Campur Jogja: Sebulan Penuh Penderitaan, Isinya Drama Tanpa Ujung.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version