Sepanjang jalan saya berusaha untuk tetap tenang. Apalagi ketika sopir mulai membuka obrolan dengan topik-topik yang membuat saya tidak nyaman. Dia terlalu kepo soal kehidupan saya di perantauan, khususnya di kos. Bahkan, dia menyatakan tawaran yang benar-benar aneh. Dia bilang untuk menghubungi dirinya kalau saya butuh bantuan seperti jalan-jalan atau kebutuhan hidup lain.
Saya yakin betul tawarannya ini bukanlah hal yang tulus, terlihat dari nada dan ekspresi bicaranya. Betul-betul mengesalkan. Saya ini cuma mahasiswa perempuan Jogja yang ingin pulang dan istirahat di kosan, malah ditawari hal-hal nggak jelas seperti ini.
Apakah benar-benar ada ruang aman untuk mahasiswa perempuan Jogja?
Pengalaman ini hanyalah segelintir contoh pengalaman kurang menyenangkan yang dialami mahasiswa perempuan Jogja. Kalau mau ngulik lebih jauh, masih banyak berita atau cerita tentang pengalaman kurang menyenangkan yang dialami oleh mahasiswa perempuan Jogja lain. Mulai dari kasus di jalanan, ruang perkuliahan, hingga organisasi.
Kadang saya jadi bertanya-tanya, apakah benar-benar ada ruang aman bagi mahasiswa perempuan di Jogja? Dari sisi diri sendiri memang harus memiliki pendirian dan nilai-nilai supaya tidak mudah diombang-ambingkan kehidupan dan lingkungan, apalagi ketika merantau. Tapi, rasa-rasanya, hal itu kurang adil kalau tidak disertai dengan upaya menyediakan ruang aman bagi perempuan, khususnya mahasiswa Jogja, dari berbagai pihak.
Penulis: Nurul Khofifatul Molika
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Perempuan Istimewa Berkumpul di UIN Jogja Perjuangkan Hak dan Kesetaraan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.