Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman Saya yang Pernah Jadi Tukang Baca Surah Yasin “Pesanan”

Nasrulloh Alif Suherman oleh Nasrulloh Alif Suherman
15 Januari 2021
A A
Pengalaman Saya yang Pernah Jadi Tukang Baca Surah Yasin "Pesanan" terminal mojok.co

Pengalaman Saya yang Pernah Jadi Tukang Baca Surah Yasin "Pesanan" terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Salah satu kegiatan yang paling sering saya lakukan saat menjadi santri dulu adalah mencari tempat tahlilan. Tidak hanya sekadar tahlilan, pokoknya yang kira-kira butuh “jasa” santri untuk membacakan surah Yasin. Saat masih menjadi santri, baik di Bogor atau awal-awal ngampus, kegiatan ini rutin saya lakukan.

Saya lupa-lupa ingat bagaimana awal mula kegiatan ini saya rutin lakukan, tapi yang jelas saya masih ingat rasanya, dan tentu saja berkat dan amplop yang diberikan setelah selesai. Aduhaiii, itu yang sebenarnya paling dinanti. Sebab, sebagai seorang yang kere dan butuh duit, saya sadari bahwa saya juga butuh pemasukan. Seenggaknya, berkat dan amplop dari ngaji surah Yasin sangat membantu ekonomi yang lemah.

Pokoknya, kegiatan tersebut sering dilakukan setiap bulannya dan ini tidak tentu. Ini tergantung permintaan warga sekitar, baik itu yang berupa hajatan/tasyakuran sampai yang baca tahlil 7-100 harian. Sebagai santri yang sudah dibekali ilmu tahlilan, tentu saja kami mah senang-senang saja untuk membantu. Apalagi kadang-kadang warga sekitar lumayan awam plus minim masalah soal beginian. Warga senang, santri pun kenyang. Yang penting, “waktunya” sama-sama pas.

Namun, ada alasan spesifik juga mengapa kegiatan macam ini tidak pernah luntur. Bahkan, sepengamatan saya terus berjalan. Saya coba-coba iseng tanya kepada adik-adik kelas saya di pesantren, bahkan katanya masih ada yang rutin melakukannya. Ajaibnya, ternyata teman-teman saya yang berasal dari pesantren berbeda juga melakukan kegiatan tersebut. Ada beberapa alasan spesifik dari hal tersebut sebagai berikut.

Pertama, santri yang membaca surah Yasin itu sangat dihormati. Pokoknya paling enak, deh. Memang kalau ikut yang bareng-bareng warga biasa, berkatnya ikut biasa saja. Namun, lain soal kalau baca surah Yasin “pesanan.” Wah, pokoknya dijamu sedemikian rupa. Makanan ditambah, sajian lebih lengkap, berkat double, jatah rokok beda sendiri.

Kedua, kalau sudah dipercaya, pamor akan berlanjut mulut ke mulut. Warga A puas dengan “kinerja” kita, maka siap-siap untuk dipanggil warga lain. Jangan salah, saat masa kejayaan (woilah) dulu saya pernah selama sebulan lebih dari lima kali, bahkan pernah dua minggu full. 

Ketiga, kadang-kadang bayaran dihitung per-jam! Bayangkan, baca surah Yasin dihitung segitu. Kadang-kadang bisa sampai angka 50K, waduhhh. Makanya, kadang-kadang ada yang bacanya dilamain, walaupun memang kadang-kadang disuruh baca semalaman suntuk, sih. Sudah bayaran cukup lumayan, belum lagi berkat yang mantap. Gimana santri nggak doyan?

Eitss, tapi nggak cuman ada enaknya doang, kok! Sebab, namanya pekerjaan juga punya risiko. Nggak percaya? Ini saya ceritakan juga nggak enaknya. Mungkin kalau dilihat sekilas, menjadi pembaca surah Yasin “pesanan” memang terlihat menggiurkan dan sangat mudah, tapi tetap saja ada risiko pekerjaan yang harus siap dijalani. 

Baca Juga:

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Persamaan Kontroversi Feodalisme Pondok Pesantren dan Liverpool yang Dibantu Wasit ketika Menjadi Juara Liga Inggris

Satu, kadang-kadang kami harus baca surah Yasin di kuburan baru. Asli, serius. Kuburan. Baru. Itu kuburan yang masih hangat tanahnya, dan jasad baru dikubur, lalu malamnya langsung dibacakan surah Yasin, semalaman pula sampai pagi. Mau nggak mau kami harus mau karena sudah diamanahkan. Mending kalau kuburan ramai, kadang-kadang kuburan sepi dan paling pojok, sudah begitu banyak nyamuk!

Kadang-kadang memang bukan di kuburan, tapi langsung di depan mayit. Kalau ini saya belum pernah tapi teman yang pernah. Selama semalaman suntuk ia pernah membacakan surah Yasin di hadapan mayit langsung. Mantap benar, bukan?

Dua, kalau sudah disepakati jadwal, ya harus sepakat. Nggak ada ceritanya bolong hari atau izin. Pokoknya harus tuntas. Kalau tidak tuntas, ya, selamat tinggal. Kepercayaan menurun, kredibilitas (anjay) juga diragukan. Yang parah, kita jadi jarang dipanggil untuk membaca surah Yasin lagi. Entah amplopnya jadi setengah, tidak dikasih berkat, atau yang paling parah tetap dikasih semua tapi dengan muka cemberut. Hadehhh.

Risiko menjadi pembaca surah Yasin “pesanan” memang hanya dua saja yang saya rasakan. Namun, tetap saja namanya risiko itu tidak pernah enak. Akan tetapi, gengsi dan perut kan dua hal yang berbeda. Santri juga butuh makan, butuh udud juga bagi yang melaksanakannya. Makanya, menjadi pembaca Yasin pesanan seperti di atas memang cukup lumayan membantu, sih.

BACA JUGA Sebagai Orang yang Pernah Mondok, Saya Tidak Ingin Disebut Santri dan artikel Nasrulloh Alif Suherman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform Use Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 15 Januari 2021 oleh

Tags: santrisurah yasin
Nasrulloh Alif Suherman

Nasrulloh Alif Suherman

Penulis partikelir. Menulis di selang waktu saja.

ArtikelTerkait

Empat Tingkatan Santri Ndugal di Pondok Pesantren

20 April 2020
Ngaji Kilatan dan Tradisi Melancong Santri di Bulan Ramadan. #TakjilanTerminal30

Ngaji Kilatan dan Tradisi Melancong Santri di Bulan Ramadan. #TakjilanTerminal33

29 April 2021
4 Alasan Jarang Ada Cerita Hantu di Kampus UIN yang Viral

4 Alasan Jarang Ada Cerita Hantu di Kampus UIN yang Viral

4 Agustus 2022
Belumlah AfdStereotip Menyebalkan Masyarakat Awam pada Lulusan Pondok Pesantren terminal mojok.coal Nyantrinya Seseorang Kalau Belum Gudikan santri pondok pesantren gudik terminal mojok.co

Belumlah Afdal Nyantrinya Seseorang Kalau Belum Gudikan

24 September 2020
Mempertanyakan Alasan Santri Suka Ngerokok dan Ngopi Terminal mojok

Mempertanyakan Alasan Santri Suka Ngerokok dan Ngopi

29 Januari 2021
Alasan Alarm HP Nggak Terlalu Ngaruh buat Bangunin Orang

Tips Bangun Pagi ala Santri Biar Nggak Tergiur Tidur Lagi

15 November 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.