Hampir semua dari kita pernah mengalami yang namanya mendapatkan SMS dari nomor yang tidak kita kenal yang tiba-tiba memberi tahu kita bahwa kita mendapatkan hadiah. Biasanya mereka akan mengatasnamakan suatu bank atau perusahaan terkenal. Biasanya SMS dari mereka akan berbunyi, “Selamat, nomor Anda resmi terpilih sebagai pemenang blablabla” atau “Nomor Anda resmi terpilih sebagai pemenang undian berhadiah blablabla”. Di sini, saya akan menceritakan pengalaman saya terkait kejadian tersebut yang bisa dibilang pengalaman “horror”. Kejadian ini saya alami sekitar akhir bulan Ramadhan kemarin. Jadi emang belum terlalu lama kejadiannya.
Pertama, saya mendapatkan SMS dari nomor tidak dikenal yang memberitahu saya bahwa saya menjadi pemenang cek 175 juta rupiah dari Shopee. Bayangin aja, 175 juta guys. Banyak amat tuh, lumayan kan bisa buat beli nasi padang untuk seumur hidup. Atau buat beli persediaan micin seumur hidup juga oke. Wkwkwk. Apasih….
Padahal anehnya waktu itu saya sama sekali belum pernah berbelanja di Shopee. Yaa, meskipun saya punya aplikasinya sebenarnya. Hanya saja gak pernah saya pakai karena memang saya jarang berbelanja online. Dan anehnya lagi saya disuruh transfer biaya administrasi sebesar 500 ribu rupiah sebelum hadiah tersebut saya terima. Padahal biasanya kalau pajak kan bisa dipotong dari hadiah tersebut.
Kemudian karena lagi gabut dan saya ini orangnya suka iseng, maka saya coba mengerjai penipu berkedok SMS hadiah tersebut lewat telepon. Saya telepon penipu tersebut sampai lama kayak orang pacaran lagi teleponan demi ngeyakinin si penipu tersebut. Saya disuruh ini itu segala macam saya turuti, seperti disuruh ke ATM saya nurut, tapi bohong, hiyahiyahiya.
Alhasil, di akhir pembicaraan akhirnya saya coba nasihatin penipu tersebut, wuihh sok bijak. Nggak lah, lumayan juga kan waktu itu lagi bulan Ramadan siapa tau bisa jadi ladang pahala karena udah nasihatin orang. Wkwkwk. Tapi si penipu tersebut malah marah-marah ke saya. Huft, sungguh di luar dugaan. Padahal lumayan kalau sampai penipu tersebut sadar dan kembali ke jalan yang benar setelah saya beri nasihat. Buset dahh.
Setelah selang berapa hari, saya mengalami hal serupa. Saya mendapatkan SMS dari nomor tak dikenal lagi yang mengaku berasal dari PT. Pertamina Persero dan mengatakan bahwa saya menang cek tunai tapi saya lupa nominalnya, pokoknya banyak. Seinget saya uang tersebut bahkan lebih dari cukup kalau buat ngajak pacar makan di rumah makan yang lumayan elit. Jangankan elit, bintang 10 juga bisa tuh, wkwkwk. Dan hampir sama seperti kejadian di atas, saya harus mentransfer uang administrasi terlebih dahulu sebelum menerima hadiah. Hmm…. sungguh mencurigakan.
Kemudian karena jiwa keisengan saya kembali “bergetar”, saya coba kunjungi website yang ada di link dari SMS hadiah tersebut. Di website tersebut, ada nomor hotlinenya dan saya coba hubungi nomor tersebut. Yang benar saja, saya kerjain penipu tersebut. Awalnya saya berbicara layaknya orang ndeso, seperti bertanya bagaimana cara transfer uang dan segala macamnya. Memang, orang tersebut dengan berbaik hati menerangkan saya bagaimana cara ini itu. Tapi di akhir pembicaraan, akhirnya saya bilang kalau saya emang lagi ngerjain dia. Kayaknya dia bener-bener marah sama saya wong dia sampai ngomong kasar ke saya. “Lambemu rek! Jancok!” itu katanya.
Nggak lama setelah kejadian itu, saya mulai dapat teror dari nomor-nomor tak dikenal. Saya dapat SMS tapi SMS nya gak ada isinya. Jadi, cuma kayak kita ngetik spasi terus dikirim gitu aja. Dan itu tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Ya, bukan apa-apa sih, hanya saja hal tersebut cukup mengganggu kan. Bahkan, hampir setiap hari saya diteror sama nomor-nomor itu. Pernah dua kali saya sampai ditelepon, cuma gak saya angkat karena waktu itu saya masih tidur. Wajarlah, masih pagi waktu itu.
Memang ngerjain orang yang mau berbuat jahat sama kita itu asyik. Kita bisa puas setelahnya. Tapi coba bayangin satu hal, nomor yang kita pakai buat ngerjain si penipu tersebut masih ada di riwayat telepon si penipu. Nah, otomatis si penipu jadi tahu nomor kita dan bisa aja nomor kita dilacak sama mereka. Amit-amit dahh.
Pokoknya seperti yang sudah saya alami tadi, saya jadi kapok buat ngerjain penipu lagi. Jadi, buat teman-teman yang berpikiran buat ngelakuin hal tersebut, saran saya jangan lah. Kalaupun mau iseng, saran saya bisa menggunakan nomor telepon palsu atau yang sudah tidak terpakai. Hal itu untuk menghindari nomor kita diketahui oleh penipu tersebut. Tapi aktivitas serupa kan juga nggak berguna. Lagian buat apa sih ngerjain penipu? Toh, kalau misalnya kita udah ngelakuin hal itu kita bakal dapat apa? Gak ada, cuma kepuasan hati belaka. Buset selow bos, wkwkwk.
BACA JUGA Pengalaman Saya Jadi Korban Penipuan Berkedok Hadiah di Mal dan tulisan Luthfi Nur Fadhli lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.