Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman Saya Jadi Teman Orang yang Dikucilkan Pergaulan Kampus

Muhammad Rohman oleh Muhammad Rohman
5 September 2020
A A
pengalaman berteman dengan orang yang dikucilkan di kampus mojok.co

pengalaman berteman dengan orang yang dikucilkan di kampus mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau saya ditanya, hal paling heroik apa yang pernah saya lakukan selama kuliah, jawabannya adalah menemani orang-orang yang dikucilkan dalam pergaulan kampus.

Kuliah di Fakultas Ilmu Sosial ternyata nggak menjamin bakal menemukan lingkungan sosial yang sehat. Kepekaan sosial sebagai pembelajar ilmu sosial juga nggak bisa diharapkan. Semua orang hanya peduli circle masing-masing. Parahnya lagi, berkembang stigma bahwa mereka yang nggak punya circle adalah manusia aneh. Jadilah orang-orang yang telanjur nggak punya temen terus dijauhi bahkan sampai dikucilkan.

Bagi saya fenomena seperti itu bukanlah hal baru. Selama sekolah saya sering menemukan pola yang menjurus pengucilan teman. Tapi nggak sekejam realitas kampus. Di sekolah mereka yang nggak bergaul mentok dicengin sana-sini. Untungnya nggak sampai dianggap aneh. Teman yang lain juga nggak sampai merasa malu bergaul dengan dia. Ada jaga jarak, tapi pendek.

Bagaimana saya bisa bersahabat dengan teman yang dikucilkan pergaulan kampus, begini ceritanya….

Saya bukan tipe yang susah nyari teman, juga nggak pernah insecure dengan lingkungan. Beri saya lima menit, saya bisa dapat tiga teman baru. Kalau mau bluffing, kurang lebih kayak gitulah.

Ketika ospek, saya sudah berteman (atau lebih tepatnya kenalan) dengan banyak orang lintas jurusan bahkan fakultas. Begitu pun di awal masa kuliah, saya mudah akrab sana-sini.

Seminggu lebih berjalan, saya mulai sadar ada satu teman mahasiswa yang nggak mendapat tempat dalam pergaulan. Bukan dia nggak mau bergaul, memang nggak ada yang mau bergaul dengan dia. Dia akhirnya minder, sadar diri dijauhi, lalu nggak berani mendekat ke mana-mana. Ia selalu tampak sendiri. Duduk di kursi paling depan. Datang sendiri. Pulang sendiri. Ke mana-mana sendiri. Teralienasi.

Saya pernah membaca pendapat sosiolog Emile Durkheim bahwa ada hubungan antara integrasi sosial dan kecenderungan orang bunuh diri. Durkheim merumuskan empat tipe bunuh diri, salah satunya egoistic suicide. Tipe bunuh diri ini dipengaruhi oleh integrasi sosial yang terlalu lemah, seperti tidak memiliki ikatan sosial di lingkungan, punya perasaan teralienasi dalam waktu yang panjang.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal yang Cuma Ada di Kampus Indonesia, Kampus Turki Nggak Punya

Berangkat dari kesadaran itu, saya jadi berempati dengan orang-orang yang terdisintegrasi di lingkungan sosialnya. Bisa jadi dia bakal bunuh diri. Bisa jadi juga dia bakal berhenti kuliah. Atau bisa jadi dia bakal tersiksa secara psikologis selama bertahun-tahun. Itu hal-hal yang akhirnya mengganggu pikiran saya.

Saya lalu memutuskan untuk membersamai teman yang dikucilkan karena dianggap aneh ini.

Yang terjadi kemudian adalah pertanyaan dan saran dari teman-teman lain. Satu teman memberi nasihat, “Jangan bergaul sama dia (si teman yang dikucilkan), nanti kamu dianggap golongan dia terus dijauhi orang-orang.” Dan memang itu yang terjadi.

Beberapa bulan lalu saya menonton satu drama Korea, Crash Landing on You. Di episode 13, Yoon Se-ri menangis ketika sampai rumah karena mengira Ri Jeong-hyeok sudah pergi, pulang ke Korea Utara. Sebelum itu Se-ri memang sempat mendengar obrolan Jeong-hyeok dengan Man-bok. Se Ri tahu kedatangan Man-bok dan kawan-kawan untuk menjemput pulang Jeong Hyeok karena posisi ayahnya terancam.

Se Ri khawatir itu benar-benar terjadi. Makanya Se Ri tetap menyarankan agar Jeong Hyeok segera pulang.

Dialognya begini: “Ada yang namanya sindrom Bambi. Saat seekor bayi rusa bertemu manusia di gunung, ia akan dibelai karena manis. Tapi, begitu manusia pergi, bayi rusa itu tak bisa kembali ke keluarganya. Karena aroma manusia yang melekat di tubuhnya, keluarganya menolaknya. Bayi rusa itu ditolak kawanannya hingga akhirnya mati.”

Dialog itu menggambarkan kekhawatiran Se Ri jika Jeong Hyeok tetap tinggal di Korea Selatan. Kemungkinan akan dikucilkan oleh keluarganya maupun teman-temannya, lalu mati.

Sering kali kita tidak sadar pengucilan bisa berujung bunuh diri atau hal-hal fatal lainnya. Ketidaksadaran ini akhirnya memicu anggapan bahwa pengucilan itu biasa dan nggak akan berpengaruh apa-apa.

BACA JUGA Dilema Karyawan yang Dikucilkan Bos di Kantor dan tulisan Muhammad Rohman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 September 2020 oleh

Tags: Bunuh DiridikucilkanKampusPertemanan
Muhammad Rohman

Muhammad Rohman

Seorang kakak yang paling bahagia karena diberkahi dua adik lucu. Segera lulus dari Universitas Negeri Semarang. Twitter: @rochman_7610.

ArtikelTerkait

4 Alasan Nggak Enaknya Jadi Mahasiswa UIN Jember terminal mojok.co

4 Alasan Nggak Enaknya Jadi Mahasiswa UIN Jember

30 September 2021
Menganggap Skripsi Sudah Usang Adalah Pendapat Ngawur, Nyatanya Skripsi Masih Banyak Manfaatnya Kok! Mojok.co

Menganggap Skripsi Sudah Usang Adalah Pendapat Ngawur, Nyatanya Skripsi Masih Banyak Manfaatnya kok!

5 Agustus 2024
Jadilah Senior Ormawa yang Tidak Berlebihan, Kampus dan Mahasiswa Sudah Berubah Mojok.co

Jadilah Senior Ormawa yang Tidak Berlebihan, Kampus dan Mahasiswa Sudah Berubah

27 November 2023
Derita Jadi Dosen Muda, Disepelekan Mahasiswa dan Dosen Tua Mojok.co

Derita Jadi Dosen Muda, Disepelekan Mahasiswa dan Dosen Tua 

15 November 2023
Membayangkan Mail "Upin Ipin" Masuk Divisi Danus di Kepanitiaan Kampus, Dagangan Pasti Laris Manis Mojok.co

Membayangkan Mail “Upin Ipin” Masuk Divisi Danus di Kepanitiaan Kampus, Dagangan Pasti Laris Manis

1 November 2024
ISI Jogja Menjelma Jadi Kampus Medioker, Mahasiswa Tambah Banyak tapi yang Merugi Juga Makin Banyak

ISI Jogja Menjelma Jadi Kampus Medioker, Mahasiswa Tambah Banyak tapi yang Merugi Juga Makin Banyak

12 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.