Ada pepatah yang mengatakan pengalaman adalah guru yang berharga. Dan, melalui tulisan ini, saya akan berbagi pengalaman membeli iPhone di iBox, distributor resmi yang menjual produk Apple di Indonesia.
Saya hampir yakin pengalaman ini akan berguna bagi siapa saja yang akan membeli produk Apple di iBox untuk kali pertama. Sebab, membeli iPhone di iBox tidak hanya membutuhkan uang, tapi juga memerlukan ketelitian agar tidak menyesal setelah membeli.
Daftar Isi
#1 Pengalaman pertama membeli produk Apple di iBox
Saya pertama kali membeli produk Apple (Macbook Pro 15 Inch 2014) dan iPhone 5 di iBox Plaza Marina Surabaya. Waktu itu, distributor resmi produk Apple yang saya tahu hanya iBox, belum ada Digimap ataupun Blibli. Mau tidak mau, kalau ingin membeli iPhone atau produk Apple lainnya saya pasti ke sana atau menggunakan jasa titip beli barang dari luar negeri.
Sejujurnya, pengalaman pertama saya membeli barang di iBox tidak istimewa, tapi juga tidak buruk, biasa-biasa saja. Setelah membeli Macbook dan iPhone tersebut, beberapa tahun setelahnya saya juga kembali membeli iPad dan iPhone di toko yang sama.
Meskipun harga di sana biasanya lebih mahal dari store lain, tapi iBox adalah distributor resmi. Oleh sebab itu, produk yang dijual dijamin original.
#2 Mau beli iPhone 14, tapi dicuekin penjaga tokonya
Pengalaman saya yang awalnya biasa saja tersebut berubah mengecewakan saat awal bulan lalu saya datang ke store iBox yang berada di kawasan Jakarta Selatan. Waktu itu saya ingin membeli iPhone 14, tapi malah dicuekin.
Mungkin, ini mungkin lho ya, saya dianggap tidak mampu membeli iPhone oleh karyawan iBox. Sebab, saya masuk store dengan menenteng Redmi A1 yang fisiknya sudah beret di sana sini. Saya sebenarnya tidak terganggu dianggap miskin.
Akan tetapi, saya mulai sangat tersinggung lantaran saat memanggil karyawan tokonya dan bertanya-tanya tentang produk yang akan saya beli. Karyawan tersebut tiba-tiba pindah/pergi melayani pengunjung lain yang baru datang.
Jadi begini lho, kalaupun saya dianggap sebagai kustomer yang cerewet lantaran bertanya-tanya terlebih dahulu sebelum memutuskan membeli, apa karyawan tersebut tidak bisa berpamitan dulu. Minimal bilang “Kak, saya tinggal melayani pembeli lain dulu.” Bukan langsung meninggalkan saya begitu saja.
Saya akhirnya keluar store dan belum membeli iPhone sampai tulisan ini dibuat karena masih ada perasaan jengkel.
Baca halaman selanjutnya: Terjebak …
#3 Terjebak upselling
Sebenarnya ini bukan pengalaman saya, tapi pengalaman bestie saya. Tahun lalu, dia membeli iPhone 14 Pro 128Gb dengan harga Rp18 juta. Akan tetapi, dia membayar Rp21 juta. Saat saya melihat struknya, ternyata dia tidak hanya membeli iPhone, tapi juga membeli asuransi tambahan, case, dan charger cube (kepala cash).
Teman saya memang tidak teliti. Dia iya-iya saja saat sales tokonya menawarkan aksesoris dan asuransi tambahan. Sebenarnya ini bukan sepenuhnya salah karyawan iBox, tapi pembeli memang harus teliti agar tidak terkena jebakan upselling dan mengeluarkan uang lebih banyak untuk sesuatu yang sebenarnya tidak penting-penting amat.
Apalagi harga aksesoris di iBox itu mahal, silicone case-nya saja dibandrol Rp1,2 juta. Jangan pernah remehkan aksesoris, meski kelihatan kecil, begitu ditotal di kasir, nominalnya bisa mengagetkan jantung.
Prinsip utamanya membeli produk Apple di iBox adalah katakan tidak untuk semua penawaran tambahan. Percaya deh, kalian hanya perlu membeli item iPhone-nya saja, untuk case, earphone, dan aksesoris lainnya bisa dibeli di tempat lain dengan harga yang lebih murah.
#4 Asuransi mahal dan kurang berguna
Sebenarnya setiap membeli iPhone baru di iBox sudah include garansi TAM selama 1 tahun. Asuransi tambahan berfungsi untuk memberikan tambahan garansi menjadi 2 tahun. Namun, menurut saya, asuransi tambahan tidak worth it untuk dibeli karena garansi iBox di Indonesia itu ampas banget.
Membeli tambahan asuransi sama dengan membuang-buang uang. Proses klaim garansi iPhone dan Macbook di iBox ribet dan berbelit-belit. Bagian service center seperti memiliki 1001 cara untuk menolak garansi yang kita miliki.
Jadi begini, Macbook saya pernah rusak. Garansinya masih berlaku dan saya juga membeli asuransi untuk Macbook (Applecare) yang harganya menurut saya mahal, sekitar Rp3 jutaan.
Ketika Macbook rusak tersebut saya bawa ke service center iBox. Teknisinya melihat Macbooknya sampe ke goresan dan bertanya macam-macam; apakah jatuh, apakah ketumpahan air, dan banyak hal lainnya. Intinya ingin memastikan apakah kerusakan tersebut berasal dari human error atau tidak.
Singkat cerita, setelah berdebat panjang dengan bagian service, Macbook saya akhirnya bisa diklaim garansi perbaikan, bukan ganti unit baru. Namun, kalian tahu berapa lama saya menunggu proses service-nya? Dua bulan setengah! Ya Allah, selama 2 bulan lebih saya harus bekerja dari tablet karena tidak punya laptop.
Apple memang tidak membuka store resmi di Indonesia, iBox adalah pihak ke-3 (hanya distributor resmi). Oleh karena itu, saat Macbook/iPhone rusak, tidak semuanya diservice sendiri, ada yang harus dibawa ke Singapore (Apple Store resmi terdekat dari Indonesia).
Tidak hanya saya, teman saya memiliki iPhone 13 yang layarnya green screen saat baru dipakai 10 bulan. Seharusnya masih bisa klaim garansi, kan? Tapi ditolak pihak service center dengan alasan mereka tidak menerima service layar rusak dan human error, padahal iPhone tersebut tidak pernah jatuh. Teman saya tidak kuat dengan proses yang berbelit-belit hingga akhirnya membeli baru. Orang kaya mah bebas. Kesimpulan saya, membeli asuransi tambahan di iBox sangat tidak berguna.
#5 Tukar tambah di iPhone di iBox
iBox saat ini memiliki program tukar tambah, yang bekas bisa ditukar tambah dengan yang baru. Saya pernah akan tukar tambah iPhone 11 Pro lama saya dengan iPhone 13, tapi harga yang ditawarkan iBox kelewat murah. Selisihnya bisa 20% persen dari harga di pasaran.
Kalau ingin menjual iPhone mending dijual di e-commerce saja. Jangan langsung ditukar tambah di iBox karena bisa rugi banyak.
Itu tadi pengalaman saya dan juga teman saya membeli produk Apple di iBox. Semua pengalaman buruk yang saya alami memang kasuistik. Di luar sana, tentu saja ada banyak orang yang tidak mengalami kendala.
Namun, pengalaman buruk saya tetap bisa dijadikan pelajaran. Terutama agar pembaca Mojok lebih berhati-hati dan cermat saat membeli produk Apple di iBox.
Penulis: Tiara Uci
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Ribet Pakai iPhone, Setelah 5 Bulan Saya Memilih Pakai Android Lagi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.