Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pendidikan Ideal Menurut Paulo Freire

Nurfikri Muharram oleh Nurfikri Muharram
4 April 2020
A A
Pendidikan Ideal Menurut Paulo Freire

Pendidikan Ideal Menurut Paulo Freire

Share on FacebookShare on Twitter

Pernah suatu waktu saat libur kuliah semester ganjil, Ambo menyempatkan untuk pulang ke kampung halamannya, karena sudah dua tahun ia tak pulang kampung dikarenakan sibuk dengan organisasinya, ia merasa kasihan pada ayahnya yang tiap pagi masih harus ke sawah. Suatu rutinitas baru bagi ayahnya setelah pensiun sebagai pegawai negeri.

“Deh capekku, banyaknya lagi tugas baru hafalan semua” keluh Riri saat baru saja pulang dari sekolah, ia segera merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu dan menaruh tas ranselnya tepat di sampingnya. Ambo yang sedang berada di ruang tengah segera menuju ke ruang tamu setelah mendengar suara khas keluhan adiknya itu, yang sejujurnya merupakan salah satu yang Ambo rindukan selama berkuliah di kota.

“Kenapako Riri? masih muda mengeluh terus, itu bapak tiap hari mencangkul nda pernahji mengeluh” ejek Ambo yang kemudian duduk di sebelah adiknya.

Mendengar ejekan kakaknya, Riri diam saja sambil menghela nafasnya, mungkin sudah terbiasa dengan tingkah kakak sulungnya itu.

Melihat adiknya yang justru tidak merespon ejekannya seperti biasa, Ambo kembali menggoda adiknya itu, “pasti diputuskanko sama pacarmu toh, janganmi khawatir, masih banyakji cowok lain, nanti saya kasi kenalko sama temanku, mandu namanya ”

Riri akhirnya tak tahan dengan ejekan kakaknya, apalagi saat nama Mandu disebutkan, spontan ia terbayang wajah teman kakaknya yang menurutnya lebih mirip buah pepaya dibandingkan wajah manusia, “bukan begitu, kak. Itu guruku sering sekaliki nakasi tugas hafalan, baru kalo mengajarki, buku ji nabaca baru nasuruhki semua catatki yang nabilang, kecilnya tommi suaranya kayak orang bisik-bisik. Seolah naibaratkanki dengan gelas kosong yang harus dituangkan air sampai penuh, padahal kita tauji kalo terlalu penuh tumpah semuaji airnya, pada akhirnya sedikitji terisi ”

Ambo kemudian tersenyum kecil mendengar keluhan adiknya itu, hal yang juga ia keluhkan semasa SMA bahkan hingga sekarang, ia lalu berujar, “begini Riri, saya mengertiji keluhanmu. Nah mauko dengar ceritaku?”

Riri yang awalnya tampak lemas mendadak bersemangat mendengar tawaran kakaknya, maklum meski kakaknya badung, ia sangat pandai bercerita dan ia sejujurnya merindukan itu, “cerita apa kak?”

Baca Juga:

Dosa Jurusan Pendidikan yang Membuat Hidup Mahasiswanya Menderita

Sekolah Swasta Gratis, Ide Gila yang Bisa Bikin Pendidikan Makin Miris

“ Duduk baik-baik ko, kuceritakanko tentang Paulo Freire, lansung ke intinya saja, selebihnya kau cari tau sendiri ”

“ Siap-siap ”

Ambo menghela nafas panjang dan mulai bercerita, “ jadi Freire itu tokoh pendidikan dari Brazil dan salah satu tokoh yang paling berpengaruh di dunia dalam bidang pendidikan. Freire ini sebenarnya lahirki di kalangan masyarakat kelas menengah, tetapi kemudian perekonomian keluarganya merosot, sehingga diceritakan jatuh miskin dan seringki mengalami kelaparan. Tapi bukannya menyerah, Freire justru najadikan pengalamannya ini sebagai usaha untuk mengenali dan membangun ‘solidaritas dengan anak-anak miskin di pinggiran kota dan menyadari bahwa rasa lapar mampu melahirkan solidaritas dan persatuan’ hal itu mi yang menyebabkan Freire menentang adanya penggolongan masyarakat yang berbasis kelas/golongan. Freire bertekadki untuk mengabdikan hidupnya bagi perjuangan melawan kelaparan dan kemiskinan agar anak-anak lain tidak merasakan penderitaan yang pernah na rasakan ”

“Nah si Freire ini bilang bahwa guru kebanyakan berbicara tentang realitas/topik yang statis ki dan jauh dari pengalaman muridnya. Pokoknya tugasnya untuk ‘mengisi’ muridnya saja dengan narasi-narasi dari mereka yang cenderung kosong dan asing. Sifat utamanya pendidikan naratif ini adalah keindahan kata-kata, bukan pada kekuatan untuk perubahan, misalnya dua kali dua adalah empat; ibukota Indonesia adalah Jakarta, tanpa nupahami apa arti dari dua kali dua, atau arti dari ibukota pada kalimat yang kusebutkan barusan ”

“Guru di sini bertindak seolah-olah sebagai narator yang naharuskan murid untuk hafalki isi narasi. Cara seperti ini justru menjadikan murid sebagai ‘wadah’ untuk ‘diisi’ oleh gurunya sehingga timbul anggapan bahwa lebih banyak guru itu mengisi, maka lebih baik guru tersebut dan lebih penuh wadah yang diisi, maka lebih baik murid tersebut”

“Dan pada akhirnya pendidikan kemudian jadi aktivitas menabung ji, di mana murid berperan sebagai celengan dan guru berperan sebagai penabung. Alih-alih melakukan dialog, guru malah mengeluarkan pernyataan dan naharuskan muridnya harus menerima, mengingat dan mengulangnya. Nah ini yang dinamakan pendidikan gaya bank menurut Freire. Dalam gaya pendidikan ini, pengetahuan dianggap sebagai hadiah yang diberikan oleh mereka yang merasa dirinya berilmu (guru) kepada mereka yang dirasa tidak berilmu (murid). Nah gaya pendidikan macam ini yang bisa menimbulkan penindasan, Riri. Karena mereka penganut gaya ini, menolak pendidikan dan pengetahuan sebagai proses pencarian. Guru mengangggap dirinya lawan dari murid dengan menganggap muridnya bodoh. Murid kemudian terasingkan seperti budak dan menerima kebodohan yang disematkan kepada mereka oleh gurunya ”

Riri hanya manggut-manggut mendengar penjelasan kakaknya, kemudian ia berujar “jadi apa alternatif model pendidikan dari Freire, kak?”

Ambo kemudian melanjutkan “ Jadi begini Riri, Freire kan menolak pendidikan gaya bank, kemudian natawarkan yang namanya pendidikan hadap-masalah. Dalam metode ini, tidak adami dikotomi pada aktivitas guru-murid, artinya keduanya sama-sama mengajar sekaligus belajar satu sama lain. Murid tidak lagi hanya jadi pendengar tetapi juga mencari jawaban kritis dalam proses dialognya dengan guru.”

“Pendidikan hadap-masalah ini sangat menekankan pada proses dialog antara guru dan murid sebagai usaha untuk memahami realitas dan menjadikan murid sebagai pemikir yang kritis. Pendidikan ini adalah masa depan yang revolusioner serta bersifat profetik dan penuh harapan. Pendidikan ini melihat manusia sebagai makhluk yang bergerak maju dan melihat masa lalu sebagai satu alat untuk mengerti dengan jelas apa dan siapa mereka, sehingga mereka dapat membangun masa depan yang lebih bijak. Intinya itu pendidikan hadap-masalah ini sebagai sebuah praksis yang humanis dan membebaskan serta menegaskan bahwa manusia yang terkena dominasi harus berjuang untuk emansipasi mereka. Begitu sederhananya Riri, kalo mauko lebih lengkap cari sendirimi bukunya.”

“Langsungka mau jadi guru pas dengar ocehan ta.” ujar Riri

“Mau jadi apa muridmu kalo kau gurunya” balas Ambo. Ia memang terkenal dengan kata-katanya yang sedikit pedis tak terkecuali ke adiknya.

Riri hampir saja menendang mulut kakak nya itu, tetapi suara panggilan makan siang ibunya dari ruang makan menghentikan pertengkaran mereka.

BACA JUGA Menkominfo Orang Flores, Tapi KBM Online di Flores Susah Karena Tidak Ada Jaringan atau tulisan Nurfikri Muharram lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 April 2020 oleh

Tags: paulo freirePendidikanpendidikan kritis
Nurfikri Muharram

Nurfikri Muharram

Mahasiswa Setengah Salmon.

ArtikelTerkait

wanita single kapan menikah mojok

3 Pertanyaan dan Nasihat yang Menjengkelkan bagi para Wanita Single

5 November 2020
Informasi Bayar UKT yang Mepet Adalah Bukti Betapa Jeniusnya Birokrat Kampus perguruan tinggi negeri

Informasi Bayar UKT yang Mepet Adalah Bukti Betapa Jeniusnya Birokrat Kampus

26 Januari 2023
kemenkeu mengajar pendidikan mojok

Sebenarnya Kemenkeu Mengajar untuk Siapa sih?

17 November 2020
smart shaming

Smart Shaming, Perundungan terhadap Orang Pintar yang Blas Ra Mashok!

11 Oktober 2021
4 Hal yang Perlu Diketahui sebelum Menyekolahkan Anak di Sanggar Anak Alam (SALAM) Jogja

4 Hal yang Perlu Diketahui sebelum Menyekolahkan Anak di Sanggar Anak Alam (SALAM) Jogja

22 Desember 2023
Ketika Pendidikan “Layak” Harus Dibayar dengan Luka yang Dalam (Unsplash)

Ketika Pendidikan “Layak” Harus Dibayar dengan Luka yang Dalam

19 Juni 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu
  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.