Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pendidikan Akademik Beda dari Vokasi, Ngarep Sarjana Langsung Bisa Praktik ya Jelas Salah

Sofyan Aziz oleh Sofyan Aziz
3 September 2020
A A
sekolah bukan untuk cetak tenaga kerja tiga jenis pendidikan pendidikan akademik pendidikan vokasi dan pendidikan profesi mojok.co

sekolah bukan untuk cetak tenaga kerja tiga jenis pendidikan pendidikan akademik pendidikan vokasi dan pendidikan profesi mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

“Yang menganggur justru pendidikannya yang tinggi, ini ironi,” begitu kata Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah. Wow, ada yang perlu diluruskan nih. Lha, pendidikan akademik dan persoalan dunia kerja tuh sebenarnya dua hal yang tidak selalu berhubungan kok.

Itulah kenapa Kementerian Ketenagakerjaan terpisah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebab, urusan tenaga kerja tidak serta-merta jadi urusan pendidikan. Kalau ada hubungannya, iya. Tetapi terhubung secara utuh menjadi satu kesatuan, tidak.

Jenis Pendidikan Tinggi

Begini, menurut UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan tinggi diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu pendidikan akademik, pendidikan vokasi, dan pendidikan profesi.

Pendidikan akademik menyiapkan para mahasiswanya untuk menjadi seorang akademisi dengan jenjang strata (S-1, S-2, dan S-3). Lulusannya nanti diproyeksikan untuk menjadi seorang ilmuwan dan teoritisi. Hal ini bisa dilihat dari komposisi pembelajarannya dalam silabus kuliahnya yang 60 persen teori dan hanya 40 persen praktik.

Pendidikan vokasi kebalikannya. Komposisinya 40 persen teori dan 60 persen praktik. Jenjang pendidikan ini menyiapkan para mahasiswanya untuk terampil dan menjadi ahli ilmu terapan. Level pendidikan jenis ini disebut dengan program diploma (meliputi D-1, D-2, D-3, dan D-4).

Pendidikan Profesi

Adapun pendidikan profesi adalah kelanjutan dari penerapan Strata-1. Bagi mahasiswa yang telah lulus S-1 dan ingin bergelut dengan profesi yang telah ia dapatkan teorinya dalam perkuliahan sebelumnya, dibutuhkan suatu pendidikan profesi. Sebagai contoh, seorang sarjana hukum bila ingin menjadi notaris, ia harus menempuh pendidikan profesi notaris. Begitu pun profesi lain, seperti akuntan, apoteker, dokter, perawat, dan sebagainya.

Landasan berpikir bagi ketiga model pendidikan tinggi di atas harus ditanamkan terlebih dahulu sebelum membuat kesimpulan atas merebaknya intelektual pengangguran. Sebab, kadangkala angka pengangguran tidak tertulis secara akurat dan semestinya. Bisa jadi ia dilabeli “pengangguran” karena belum bekerja dalam ruangan atau belum terikat waktu, serta bukan pula bekerja dengan “semestinya”.

Para “pengangguran” itu bisa jadi telah menikmati passion-nya dalam beraktivitas. Menjadi ilmuwan independen, peneliti, aktivis LSM, penulis, petani, pedagang, buzzeRp, apa saja. Tapi karena ada tolok ukur “pekerjaan” yang pragmatis, jenis-jenis “pekerjaan” tersebut jadi disebut “bukan pekerjaan”.

Baca Juga:

Realitas Pahit Lulusan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Prodi Laris yang Susah Cari Pekerjaan

Sarjana Agama Jangan Mau Dicap Cuma Bisa Terima Setoran Hafalan, Ini 5 Profesi Alternatif yang Butuh Keahlian Agama Kamu

Hal inilah yang membuat angka pengangguran melonjak drastis. Terlebih, dalam KTP jarang kita menemukan jenis pekerjaan seperti tersebut di atas, paling-paling digeneralisir dengan istilah “swasta” atau “wiraswasta”.

Maka, ketika Ibu Menaker (tidak sengaja?) mengelompokkan ketiga jenis lulusan tersebut dalam satu keranjang yang sama, lantas membenturkannya dengan realitas daya serap tenaga kerja, ujungnya adalah pengambilan kesimpulan yang tidak tepat-tepat amat. Sebab, ketiganya memiliki fungsi dan tujuan pendidikan yang berbeda.

Dunia Kerja Pragmatis

Dunia kerja pragmatis seharusnya bukanlah tujuan utama para mahasiswa program sarjana. Mengingat lulusan sarjana, yang oleh para pemangku kepentingan dan institusi pembuat silabus pembelajaran, memang bukan dipersiapkan sebagai lulusan yang siap pakai di dunia kerja. Mereka lebih difokuskan menjadi seorang akademisi, ilmuwan, atau teoritisi.

Kesalahan umum seperti di atas ternyata terjadi juga kepada para penerima manfaat pendidikan. Kita lebih cenderung mengasumsikan ketika sudah lulus dan memperoleh gelar sarjana, otomatis sudah siap kerja.

Kompetensi lulusan sarjana tidak bisa disandingkan apple to apple dengan kemampuan praktis mereka di dunia kerja. Sebab, apa yang diperoleh di bangku perkuliahan berbeda dengan tuntutan dunia kerja.

Gampangnya begini. Sekolah kesarjanaan itu belajar “tentang”. Contohnya, sarjana bahasa Inggris belajar tentang bahasa Inggris dari segi keilmuan, keperluan penelitian, dan seluk beluk abstrak lain.

Jadilah lulusan sarjana bahasa Inggris yang telah kuliah empat tahun bisa kalah lancar bicara dengan orang yang mengikuti kursus di Kampung Inggris Pare, Kediri.

Pengalaman Adalah Hal Berharga

Itulah mengapa belajar paket kilat (atau kalau mau dilembagakan, sejenis dengan diploma) memang hanya menerapkan ilmunya. Mereka tidak diribetkan dengan fondasi keilmuan, tapi langsung praktik.

Contoh lain biar lebih gamblang. Dalam urusan memperbaiki kerusakan sepeda motor, anak SMK otomotif atau mahasiwa teknik otomotif sekalipun akan kalah dari anak yang tidak pernah sekolah formal, tapi telah terjun di dunia perbengkelan lebih lama. Begitu pun untuk profesi lain yang bisa dicari padanannya.

Makanya, di era M. Nuh menjadi mendikbud dulu, sudah digalakkan pendidikan vokasi. Tujuannya untuk menyelesaikan problem salah kaprah ini. Keterserapan lulusan perguruan tinggi diset agar sejalan dengan kebutuhan dunia kerja—kita tak sedang bicara kebijakan ini benar atau salah lho ya. Oleh karena itulah, pendirian SMK dan sekolah diploma dipermudah.

Sayangnya, popularitas dan kesenjangan kualitas antara kuliah diploma dengan dan kuliah sarjana masih terjadi. Disparitas ini gara-gara salah persepsi yang sudah jamak bahwa sarjana akademik lebih mentereng dan prestisius daripada diploma vokasi.

Kecuali kalau diplomanya dari sekolahan kedinasan sih.

BACA JUGA Universitas Terbuka: Masuk Gampang, Keluar Susah, dan Udah School from Home dari Dulu dan tulisan Sofyan Aziz lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 November 2025 oleh

Tags: diplomamojok.copendidikan vokasisarjanatenaga kerjavokasi
Sofyan Aziz

Sofyan Aziz

Esais dan pendidik

ArtikelTerkait

6 Kesalahan Fresh Graduate yang Kerap Dilakukan karena Tidak Diajarkan Waktu Kuliah

6 Kesalahan Fresh Graduate yang Kerap Dilakukan karena Tidak Diajarkan Waktu Kuliah

29 Desember 2023
Kuliah Magister Itu Nggak Seindah yang di Angan-angan. Berat, Bos!

Kuliah Magister Itu Nggak Seindah yang di Angan-angan

15 Februari 2023
Agar Gelar S.Pd Tidak Lagi Jadi Sarjana Penuh Derita

Agar Gelar S.Pd. Tidak Lagi Jadi Sarjana Penuh Derita

13 April 2020
4 Perbedaan Kuliah Jenjang D4 dan S1 yang Perlu Dipahami biar Nggak Salah Pilih

4 Perbedaan Kuliah Jenjang D4 dan S1 yang Perlu Dipahami biar Nggak Salah Pilih

16 Agustus 2025
Stigma Sarjana Matematika yang Bikin Malu Kalau Pamer Gelar terminal mojok.co

Stigma untuk Sarjana Matematika yang Bikin Malu kalau Pamer Gelar

6 November 2020
Sarjana Lulus Kuliah Nggak Harus Cari Kerjaan Enak, Jadi Ketua Karang Taruna pun Nggak Ada Salahnya

Sarjana Lulus Kuliah Nggak Harus Cari Kerjaan Enak, Jadi Ketua Karang Taruna pun Nggak Ada Salahnya

18 Desember 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.