Kata siapa punya rumah dekat fasilitas publik di Jakarta enak? Buktinya punya rumah dekat Stasiun MRT Fatmawati Jakarta bikin menderita.
Membicarakan transportasi umum di Indonesia, jelas Jakarta sudah 1000 langkah lebih maju dibanding kota besar lainnya. Bagaimana tidak, Jakarta sudah banyak berinovasi perihal transportasi untuk mengurai kemacetan yang kian hari kian amburadul. Di Jakarta ada moda transportasi umum seperti KRL, Transjakarta, MRT, LRT dan lainnya.
Tapi khusus kali ini saya akan membahas MRT. Moda transportasi massal yang mulai beroperasi tahun 2019 ini memiliki rute Lebak Bulus-Bundaran HI. MRT sangat membantu warga pinggiran yang komuter ke Jakarta. Total ada 13 stasiun di sepanjang rute yang dilalui MRT ini.
Banyak kemudahan yang didapat warga yang rumahnya berada di dekat stasiun MRT, salah satunya ruang gerak warga dari satu tujuan ke tujuan yang lain lebih mudah dan terhindar dari macet. Namun nggak selamanya punya rumah dekat stasiun MRT itu enak. Contohnya rumah kawan saya yang berada di dekat stasiun MRT Fatmawati Jakarta. Kepada saya, kawan saya menceritakan tiga penderitaan yang dia alami.
Daftar Isi
Jalan kompleks yang juga digunakan untuk umum jadi macet
Stasiun MRT Fatmawati tepat berada di depan pintu masuk dan keluar kompleks perumahan Taman Cilandak Jakarta Selatan. Dulu, sebelum ada stasiun, jalan kompleks hanya dipakai warga kompleks. Tak banyak warga luar yang melintasi jalan itu. Tapi setelah ada stasiun MRT, banyak warga luar kompleks yang menggunakan jalan itu untuk ke stasiun MRT.
Akibatnya, jalanan menjadi macet karena banyak kendaraan yang antre menurunkan penumpang. Dari cerita kawan saya yang rumahnya berjarak 100 meter dari stasiun, antrean kendaraan mengular sampai melewati pintu gerbang rumahnya. Pada jam sibuk seperti pagi hari, kawan saya harus rela ikut antre hanya untuk bisa keluar rumah!
Keluar pagar rumah saja susah, ucapnya. Begitu juga dengan jam pulang kerja, dia akan mengalami hal yang sama. Teman saya seperti tak diakui di rumah sendiri.
Baca halaman selanjutnya: Ada ruginya yang lama-lama bikin kesal juga.
Lahan kosong kompleks dijadikan lahan parkir penumpang yang naik dari Stasiun MRT Fatmawati Jakarta
Sudah dibuat macet sama antrean kendaraan, masih juga dibuat pusing sama lahan parkir yang lokasinya berada di dalam kompleks. Bagaimana nggak pusing, antrean sudah panjang, masih ditambah orang yang antre keluar masuk parkiran. Bunyi klakson sana-sini, sudah polusi udara ditambah juga polusi suara.
Ya, mau bagaimana lagi, pihak Stasiun MRT Fatmawati Jakarta nggak menyediakan lahan parkir bagi penumpang yang mau naik MRT dari stasiun tersebut. Jadi, parkiran dikelola oleh penduduk di sekitar kompleks. Akamsi gitu lah. Lumayan kan cuan.
Jam operasional parkiran yang dikelola akamsi ini sampai sekitar pukul 10 malam. Terkadang masih ada juga orang yang nongkrong di parkiran sambil ngobrol dengan suara yang keras. Yang pasti itu menguanggu kenyamanan warga sekitar. Jam segitu kan waktunya orang beristirahat.
Stasiun Fatmawati menjadi salah satu tujuan akhir penumpang MRT dari arah Bundaran HI Jakarta. Apalagi kalau pulang kerja. Letaknya yang strategis menjadi alasan para penumpang yang bertempat tinggal di daerah Pondok Labu, Cinere, Jagakarsa untuk menggunakan MRT. Karena kalau ke Lebak Bulus, jaraknya terlalu jauh.
Oleh sebab itu, banyak ojek online menaikturunkan penumpang di stasiun Fatmawati. Tak jarang juga para driver ojol itu nongkrong sambil menunggu orderan masuk di seputaran jalan kompleks. Tapi, jalan kompleks yang nggak lebar itu akan menjadi lebih sempit karena dipakai parkir oleh driver ojol.
Nyatanya, punya rumah dekat dengan fasilitas publik, apalagi fasilitas publik di Jakarta, nggak selamanya enak. Ada ruginya juga. Tinggal dari sisi mana kita harus menyikapinya. Yang terpenting kita sama-sama menjaga kenyamanan para pengguna dan warga yang tinggal di sekitarnya. Peace!
Penulis: Jarot Sabarudin
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA MRT Cikarang-Balaraja, Satu-satunya Kemewahan bagi Warga Balaraja yang Masih Jauh dari Kenyataan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.