Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Penambahan Masa Jabatan Kepala Desa: Kalau 6 Tahun Dirasa Kurang Maksimal, Mungkin Situ Memang Ampas

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
22 Januari 2023
A A
Ketum PSSI dan Kutukan yang Menyertai, masa jabatan kepala desa elon musk

Megalomania (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Usulan penambahan masa jabatan kepala desa menjadi 9 tahun ditanggapi dengan begitu negatif oleh netizen. Wajar saja, penambahan masa jabatan kepala desa, ditinjau dengan logika sehat mana pun, jelas nggak mashok. Terlebih dengan argumen bahwa makin panjang masa jabatan, makin maksimal kepala desa bekerja. Jelek betul itu argumen.

Saya tak tahu kenapa orang sekelas menteri bisa bicara bahwa jabatan kades selama 9 tahun bisa untungkan warga. Alasannya begini: karena sering terjadi konflik di pilkades, kades yang terpilih tidak bisa bekerja secara maksimal di awal kepemimpinannya. Maka, jabatan diperpanjang agar kinerja mereka bisa maksimal.

Alih-alih memahami realitas, argumen tersebut justru menunjukkan betapa malasnya pemerintah untuk menyelesaikan konflik di akar rumput. Konfliknya dijadikan kambing hitam, tapi nggak mau juga kalau diminta turun tangan. Sebenarnya lumrah saja kalau yang di atas kurang peduli dengan akar rumput, sejarah dunia mengatakan dengan gamblang bahwa bagian terbawah piramida makanan selalu diabaikan, tapi ya nggak gini juga kaleee.

Tapi mungkin kalian bertanya-tanya, memangnya apa efek masa jabatan kepala desa diperpanjang untuk rakyatnya? Can’t be that bad, right?

Tugas kepala desa

Begini, tugas kepala desa itu kalau mau dijadikan satu kalimat sederhana, adalah menyejahterakan warganya. Itu mencakup perbaikan jalan, memastikan akses kesehatan memadai, warga dapat bantuan sebagaimana mestinya, pokoknya yang punya efek langsung ke warga lah. Melihat dari tugasnya, penambahan masa jabatan kepala desa terlihat masuk akal. Iya kan?

Masalahnya, kalau argumen penambahan masa jabatan itu adalah agar kerja lebih optimal karena awal menjabat banyak konflik pasca-pilkades, itu jelas nggak masuk akal jika melihat tupoksi kepala desa. Usaha-usaha menyejahterakan warga itu nggak ada sangkut pautnya dengan konflik. Pun jika ada kepala desa yang sambat bahwa tugas mereka nggak maksimal karena dihadang warga, itu menunjukkan bahwasanya mereka emang nggak kompeten di bidang itu.

Tugas pemimpin salah satunya kan negosiasi. Kalau mencari solusi dari masalah gini aja mereka nggak bisa, apalagi bawa rakyatnya ke arah yang lebih sejahtera. Itu mah sama aja ngarep Luton Town juara La Liga, alias ra mashok!

Lagian perlu disadari juga, masa jabatan yang terlampau panjang rawan penyelewengan. Pembatasan masa jabatan itu ada maksudnya lho, Gaes. Bukan perkara giliran, tapi rawan penyalahgunaan kekuasaan.

Baca Juga:

Elon Musk Memang Bajingan yang Berlindung di Balik Kebebasan Berpendapat

Masa Jabatan Kepala Desa 9 Tahun? Nggak Kapok Punya Pimpinan Nggak Becus?

Maksudnya gini lho, kita kan udah ngalami masa dipimpin oleh satu pemimpin selama 3 dekade. Efeknya ke bangsa ini juga nggak main-main, banyak kerusakan yang butuh waktu begitu lama untuk diperbaiki. Dari satu kasus itu saja kita harusnya belajar dan paham. Lha kok malah diulangi lagi, angel tenan lho kandanane.

Selain itu, penambahan masa jabatan kepala desa ini punya masalah serius dalam penetapannya, yaitu nggak ada (atau sejauh ini yang terlihat) warga desa yang diminta pendapatnya. Padahal ya yang harusnya ditanyain ya orang-orang ini. Yang dijadikan patokan untuk ngegolin atau menolak masa jabatan ya rakyat-rakyat ini.

Silakan Anda tanya ke warga desa gimana impresi mereka ke kepala desanya. Kalau Anda menemui jawaban seperti susah ditemui, urusan nggak kelar-kelar, nggak ada perubahan, itu amat lumrah. Saya yakin yang kayak gitu bukan minoritas. Kalau ada yang jawab kepala desanya sok berkuasa, saya pun nggak kaget. Nyatanya ya, kepala desa itu “raja”, dan rakyatnya tahu betul apa tabiat rajanya.

Kalau jabatan 6 tahun aja bisa bikin orang jadi megalomaniak, imagine 9 tahun per periode, dan bisa dipilih dua periode. Bayangin dipimpin seonggok kayu mati selama 18 tahun. Ketika dunia sudah menikmati mobil terbang, kendaraan tanpa awak, dan teleportasi, bisa jadi Anda masih diminta fotokopi untuk persyaratan berkas.

Gila jabatan itu nyata

Kapan hari, saya menulis tentang ketua RT adalah kunci kebahagiaan. Ketua RT tempat saya tinggal itu sudah menjabat selama lebih dari dua dekade, dari Soeharto runtuh hingga Jokowi mau lengser. Yang dia banggakan saat ketemu saya ya masa jabatan dia dan bagaimana ia bisa ngecor dalan. Kek gitu aja udah dia anggap sebagai pencapaian.

Ketua RT saja, yang ada di bagian paling bawah rantai makanan kekuasaan, bisa sebegitu narsisnya ketika diberi jabatan yang kelewat panjang. Saya nggak bisa bayangin kalau kepala desa, yang punya jabatan lebih tinggi, diberi masa jabatan yang kelewat panjang. Perlu kalian ingat juga, anggaran Dana Desa adalah anggaran yang paling rawan dikorupsi. Pada 2021 saja, ada 154 kasus korupsi anggaran dana desa.

Jabatan yang terlampau panjang bertemu dengan anggaran super besar, apa yang kau harapkan? Dapet TV plasma?

Usulan penambahan masa jabatan kepala desa ini, jujur saja, bagi saya adalah usulan paling aneh. Kalau kau tak bisa menyelesaikan masalah tingkat desa selama 6 tahun, mungkin memang baiknya kau tak jadi pemimpin, dan beralih kegiatan jadi apa saja yang kau bisa. Saran saya sih, baiknya ngingu lele, apa menanam bayam. Apa pun itu, yang penting jauh dari pemerintahan.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Masa Jabatan Kepala Desa 9 Tahun? Nggak Kapok Punya Pimpinan Nggak Becus?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 Januari 2023 oleh

Tags: absurdmasa jabatan kepala desamegalomania
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Founder Kelas Menulis Bahagia. Penulis di Como Indonesia.

ArtikelTerkait

Ketum PSSI dan Kutukan yang Menyertai, masa jabatan kepala desa elon musk

Ketum PSSI dan Kutukan yang Menyertai

25 Mei 2022
Elon Musk Memang Bajingan yang Berlindung di Balik Kebebasan Berpendapat

Elon Musk Memang Bajingan yang Berlindung di Balik Kebebasan Berpendapat

19 November 2023
Masa Jabatan Kepala Desa 9 Tahun? Nggak Kapok Punya Pimpinan Nggak Becus?

Masa Jabatan Kepala Desa 9 Tahun? Nggak Kapok Punya Pimpinan Nggak Becus?

19 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.