Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Derita Pemuda Pekalongan yang Nggak Merantau, Dikira Cupu hingga Nggak Bisa Pamer Gaji

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
29 Juni 2024
A A
Derita Pemuda Pekalongan yang Nggak Merantau, Dikira Cupu hingga Nggak Bisa Pamer Gaji Mojok.co

Derita Pemuda Pekalongan yang Nggak Merantau, Dikira Cupu hingga Nggak Bisa Pamer Gaji (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya pemuda asli Pekalongan yang tidak merantau. Keterangan “tidak merantau” perlu saya tekankan karena sebagian besar kawan saya merantau ke kota besar. Saya menyadari kalau tempat ini memang bukan tempat mencari nafkah yang tepat. UMR pekalongan tergolong rendah dibanding kota-kota besar lain. 

Akan tetapi, saya secara sadar tetap memilih menetap di kota ini. Saya pikir nggak ada salahnya untuk tetap tinggal dan bekerja di Kota Batik  kesayangan ini. Nayatanya, pilihan yang saya ternyata punya banyak konsekuensi menyebalkan. Benar sekali, ketika kawan-kawan saya pulang kampung atau mudik, saya merasa teralienasi. Lebih berat dari itu, keseharian saya jadi berubah total, tidak ada teman main ataupun ngobrol. 

Hari-hari di Pekalongan jadi hampa

Keseharian saya di Pekalongan jadi terasa hampa setelah teman-teman saya merantau. Sebelumnya, main bersama teman adalah hal yang sangat mudah. Sekarang boro-boro main bersama, untuk sekadar bertemu saja sulit, waktunya nggak pernah cocok. 

Selain itu, saya merasa hampa karena jadi nggak punya teman ngobrol.  Kalian tahu sendiri kan, semakin bertambah usia, semakin sulit mencari teman. Begitu pula mencari teman ngobrol yang cocok. 

Terlihat cupu karena nggak merantau

Kebanyakan teman saya yang merantau menganggap anak muda yang tidak merantau itu cupu dan kurang keberanian. Hal itu memang tidak diungkapkan langsung di hadapan saya, tapi saya mengetahuinya dari unggahan salah seorang teman di media sosial X. Intinya, dia menganggap orang dewasa itu mesti mencoba kehidupan sendiri, kalau bisa pergi jauh dari rumah. Dengan cara seperti, seseorang bisa mengerti artinya rindu. 

Melihat status itu saya jadi bertanya-tanya. Artinya, saya yang tetap tinggal di Pekalongan ini belum dewasa dan nggak mengerti artinya rindu ya? Padahal memutuskan tinggal di rumah itu nggak selalu mudah lho. Selain tidak bisa menghindari tuntutan orang tua, saya juga harus aktif di kampung. Belum lagi menghadapi mulut-mulut nyinyir tetangga dan teman-teman. 

Mereka yang merantau mungkin tidak akan menghadapi hal-hal tadi. Namun, tentu saja, jika hal ini disampaikan, saya akan kelihatan makin cupu di hadapan sidang obrolan yang mayoritas anak rantau. Nasib.

Tidak bisa pamer kota lain dan gaji

Teman-teman saya yang merantau kerap memamerkan kota tempatnya tinggal yang sekarang. Lengkap dengan destinasi wisata dan kuliner khas yang ada di sana. Sementara saya yang nggak pernah berpindah barang sejengkal dari Pekalongan hanya bisa membisu. 

Baca Juga:

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Jujur saja, saya terkadang iri dengan teman yang merantau dan punya banyak stok foto di tempat baru. Sementara saya, lagi-lagi mentok di Pantai Pasir Kencana, sangat buruk untuk ketahanan konten di medsos. 

Selain nggak bisa menyombongkan tempat-tempat baru, saya nggak bisa menyombongkan UMR Pekalongan. Tahu sendiri, UMR kota ini berada jauh di bawah kota-kota besar tempat kawan-kawan saya merantau. Mungkin saya baru bisa menyombongkan gaji dihadapan orang-orang yang merantau ke Gunungkidul. Tapi, orang mana yang mau merantau ke sana coba? 

Sindrom menjelek-jelekan Pekalongan

Sembari teman-teman saya pamer tempat dan gaji yang baru, biasanya mereka akan turut membanding-bandingkannya dengan Pekalongan. Ujungnya-ujungnya mereka menjelek-jelekan tempat saya mencari nafkah ini. Bukan hanya sekali atau dua kali, hampir setiap teman saya yang merantau setidaknya akan sekali menjelek-jelekan tempat asalnya. 

Saya suka heran, membandingkan dan menjelek-jelekan tempat asal ini sepertinya sudah menjadi sindrom yang banyak menjangkit para perantau ya. Masalahnya, mereka terkadang membandingkan hal-hal yang nggak setara. Misal, seorang teman yang baru pulang menempuh pendidikan di Jakarta pernah membandingkan Pekalongan dengan Jakarta. Bahkan, bukan membandingkan, tapi juga sedikit banyak menjelekkan kota ini.

Saya hanya bisa membatin, pekalongan kok diadu sama Jakarta, ya jelas beda level! Dilihat dari sudut manapun, Pekalongan tidak bisa disamakan dengan Jakarta. Eh, sebenarnya ada satu hal yang membuat Pekalongan dan Jakarta Selevel: penanganan banjir yang tak pernah beres.

Di atas beberapa hal yang saya rasakan ketika memutuskan tidak merantau dari Pekalongan. Saya menyadari pilihan ini membawa konsekuensi, tapi saya nggak menyangka konsekuensinya semenyebalkan ini. Saya pikir-pikir, pilihan untuk tidak pindah dari Pekalongan akhirnya sama beratnya dengan mereka yang merantau ke kota besar. Setidaknya secara psikis. 

Penulis: Muhammad Arsyad
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Baturraden, Patikraja, Kedungbanteng: Kecamatan di Banyumas yang Lebih Nyaman Dibanding Purwokerto yang Makin Sesak

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 29 Juni 2024 oleh

Tags: cupupekalonganpemuda pekalonganperantau
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Warga Pekalongan. Bisa disapa lewat IG @moeharsyadd

ArtikelTerkait

Andai Pekalongan Punya Banyak Tempat Nongkrong Seperti Jogja tongkrongan

Andai Pekalongan Punya Banyak Tempat Nongkrong Seperti Jogja

21 November 2019
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten yang Sibuk, Serba Ada, dan Cukup Humble, tapi Amat Monoton

4 Hal yang Bikin Perantau Nggak Nyaman Tinggal di Pasuruan, Kabupaten Industri yang Harusnya Nyaman untuk Pendatang

21 Juli 2025
Kopi Tahlil, Kopi Unik Khas Pekalongan Terminal Mojok

Kopi Tahlil, Kopi Unik Khas Pekalongan

23 April 2022
Tulangan Sidoarjo: Daerah Perbatasan yang Nyaman, Cocok Jadi Tempat Pensiunan Mojok.co

Sidoarjo: Surga untuk Pebisnis, Neraka bagi Perantau. Pengeluaran Selangit, Pemasukan Sulit!

20 Maret 2024
5 Kebiasaan Makan Orang Jawa yang Berubah ketika Tinggal di Sulawesi Terminal Mojok

5 Kebiasaan Makan Orang Jawa yang Berubah ketika Tinggal di Sulawesi

10 Maret 2022
4 Perbedaan Mencolok Angkringan di Pekalongan, Jogja, dan Solo

4 Perbedaan Mencolok Angkringan di Pekalongan, Jogja, dan Solo

26 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.