Pelabuhan Ujung Muncar, Tempat Nyore yang Paling Tidak Kondusif di Banyuwangi

Pelabuhan Ujung Muncar, Tempat Nyore yang Paling Tidak Kondusif di Banyuwangi

Pelabuhan Ujung Muncar, Tempat Nyore yang Paling Tidak Kondusif di Banyuwangi (Pixabay.com)

Kalau mau nyore di Banyuwangi, jangan di Pelabuhan Ujung Muncar deh. Serius, tempatnya mulai nggak asyik

Mencari tempat yang nyaman untuk menikmati sore hari adalah sebuah culture baru di kalangan anak muda jaman sekarang. Tak sedikit sebagian dari mereka yang meyakini bahwa hal ini berguna untuk membantu melepas penat ketika pulang kerja ataupun sekedar untuk kebutuhan instastory belaka.

Di Banyuwangi hal seperti ini pun juga berlaku. Banyak sekali tempat-tempat yang dulunya bukan apa-apa, tapi sekarang mendadak ramai dikunjungi oleh para remaja, terutama pada sore hari. Banyuwangi yang notabene adalah kabupaten yang berfokus pada pariwisatanya pun seolah memfasilitasi culture baru ini.

Namun menurut saya, tak semua tempat nyore di Banyuwangi sekondusif itu. Pelabuhan Ujung Muncar, contohnya.

Pelabuhan yang berada di ujung timur Banyuwangi ini, beberapa tahun terakhir mulai ramai dikunjungi oleh para remaja. Warung-warung kopi pun mulai didirikan di setiap penjurunya. Namun, Pelabuhan Ujung Muncar mungkin hanya cocok dijadikan tempat nyore untuk sebagian orang yang numpang foto aja.

Sedangkan untuk orang-orang yang memang memiliki keinginan untuk menikmati momen senja, saran saya mending cari tempat lain aja deh. Soalnya tempat ini nggak sekondusif yang kalian bayangkan.

Kebersihan Pelabuhan Ujung Muncar kurang terjaga

Jujur saya agak bingung jika harus membahas hal ini. Saking kotornya Pelabuhan Ujung Muncar ini, kadang saya sampai bertanya-tanya tentang keberadaan petugas kebersihan setempat. Kalau emang nggak ada, minimal peraturannya ditegasin lagi dong. Tapi nggak mungkin juga sih, tempat yang sebesar dan seramai ini nggak ada petugas kebersihannya.

Memang salah satu PR dari Banyuwangi adalah tentang kebersihannya, terutama di area tempat wisata. Namun, jika kalian ke tempat ini, mungkin ini udah lebih parah dari apa yang kalian bayangkan. Selain warung kopi, tempat ini juga memfasilitasi area khusus bagi para pedagang jajanan. Masalahnya, titik inilah yang menjadi pusat menumpuknya sampah-sampah itu. Yang antara lain disebabkan oleh para pembeli yang membuang bungkus jajanannya sembarangan.

Bahkan tak jarang beberapa titik sampai memunculkan bau yang tak sedap gara-gara sampah menumpuk. Jangankan mau ngopi, mau nafas aja kesusahan pastinya kalau udah begini.

Memang, memberikan tempat kepada para pelaku UMKM adalah hal yang sangat baik. Tapi, kebersihannya mohon diperhatikan juga dong. Nggak asal ngasih tempat aja, tapi giliran mengedukasi malah lepas tangan. Minimal kasih peraturan yang tegas dong. Sekarang saya tanya, orang mana yang bahagia menikmati senja di antara sampah yang berserakan? Mikir!

Knalpot brong dan premanisme

Biasanya, nyore tuh paling enak jika ditemani dengan lagu-lagu yang kita suka. Tapi coba bayangkan, ketika sedang asyik-asyiknya menikmati senja, tapi terganggu suara knalpot brong.

Untuk hal ini, saya berani jamin seratus persen pasti akan Anda temui di Pelabuhan Ujung Muncar Banyuwangi. Tak jarang beberapa orang yang ke sini pun akhirnya terganggu oleh kelakuan beberapa oknum ini. Yang lebih parahnya lagi, tak menutup kemungkinan, Anda akan bertemu dengan beberapa preman di sini. Kebanyakan dari mereka dalam pengaruh alkohol, sih. Tapi apa pun itu, perilaku ini sangat tidak dibenarkan.

Tak jarang mereka meminta uang secara paksa atau yang lebih sering sih ngajakin berantem sambil teriak-teriak. Kenapa? Mana saya tahu. Ngeselin kan?

Walaupun akhir-akhir ini hal itu sudah jarang terjadi, yang perlu kita garis bawahi adalah bahwa hal itu masih ada. Siapa yang nggak terganggu?

Minimnya penerangan jalan

Masalah yang terakhir juga tak kalah penting untuk segera dibenahi. Masalah ini adalah penerangan jalan, terutama persimpangan jalan menuju ke tepi lautnya. Sebetulnya, jalanan di area Pelabuhan Ujung Muncar Banyuwangi sudah sangat bagus, bagus banget malahan. Bahkan lebih bagus dari jalan poros di Kecamatan Srono yang terkenal dengan lubangnya itu.

Namun bagusnya kualitas jalanan tak dibarengi oleh memadainya penerangan lampunya. Kalau untuk lampu jalan yang ada di tepi lautnya nggak masalah deh. Walau tanpa lampu jalan pun di sana akan tetap terang, karena keberadaan beberapa warung kopi. Yang jadi masalah adalah lampu penerangan yang bahkan tidak dipasang di beberapa area penting. Misalnya, setelah pintu masuk dan area sebelum menuju pintu keluar.

Hal ini tentu sangat krusial jika mengingat bahwa banyak orang yang pulang dari Pelabuhan Ujung Muncar ketika sudah memasuki malam hari. Melihat banyaknya orang yang ingin keluar dari area itu di malam hari, tapi tidak dibarengi oleh banyaknya lampu penerangan, tentu akan sangat membahayakan pengendara yang berlalu lalang di situ. Apalagi di Banyuwangi banyak banget kendaraan bermotor yang penerangannya dibuat minim atau bahkan dihilangkan dengan alasan tren, padahal mah norak.

Jadi saran saya, mending nyore di tempat lain aja deh kalau di Banyuwangi. Jangan di Pelabuhan Ujung Muncar. Masih banyak kok tempat-tempat yang lebih kondusif dan proper dari tempat ini. Di Plengsengan dekat Pantai Boom juga bisa kok, nuansanya juga mirip-mirip dan lebih kondusif tentunya. Tapi kalau emang kalian siap menghadapi beberapa masalah di atas sih, ya silakan aja. Itu hak kalian juga kok.

Penulis: Rino Andreanto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Sebagai Orang Banyuwangi, Saya Merasa Sudah Saatnya Julukan “Banyuwangi Kota Santet” Dihilangkan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version