Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Pekalongan Tak Hanya Kota Batik dan Kota Santri, tapi Juga Kota Darurat Sampah

May Naila Khoiroh oleh May Naila Khoiroh
2 Agustus 2025
A A
Pekalongan Tak Hanya Kota Batik dan Kota Santri, tapi Juga Kota Darurat Sampah

Pekalongan Tak Hanya Kota Batik dan Kota Santri, tapi Juga Kota Darurat Sampah

Share on FacebookShare on Twitter

Pekalongan itu kota yang memesona. Sudah sejak lama disematkan dua gelar kehormatan: Kota Batik dan Kota Santri. Batik Pekalongan sudah melanglang buana sampai ke Paris dan Tokyo. Sementara atmosfer religiusnya tak perlu diragukan. Santri ada di mana-mana. Pondok pesantren tumbuh lebih cepat dari minimarket. Lengkap. Dunia dapat, akhirat dapat.

Tapi sekarang, ada satu gelar baru yang sayangnya belum sempat dibahas di brosur wisata: Kota Darurat Sampah. Ya, betul. Kota yang katanya religius ini sedang dikepung tumpukan sampah yang bikin mabuk darat meski nggak naik kendaraan.

Masalah bermula sejak TPA Degayu ditutup. Bukan karena sudah penuh atau ingin direnovasi jadi taman kota, tapi karena Kementerian Lingkungan Hidup bilang, “Eh, ini TPA-nya nggak sesuai standar, lho.” Masih pakai sistem open dumping yang jelas-jelas sudah lama dilarang. Akibatnya? Ya itu tadi: warga Pekalongan bingung harus buang sampah ke mana. Akhirnya buang ke mana saja. Jalan, got, sungai, pojokan, semak-semak bahkan sampah udah dibiarkan menumpuk di tengah jalan. Pokoknya asal ilang dari depan rumah.

Padahal, spanduk dan papan larangan sudah bertebaran. “DILARANG BUANG SAMPAH DI SINI” katanya. Tapi ya gitu, seperti bau kentut: tercium sebentar, lalu dilupakan. Seolah hanya formalitas, bukan peringatan serius.

Pekalongan kembali ke setelan pabrik

Wali Kota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid, sudah sempat angkat bicara saat jumpa pers Maret lalu. Katanya, “Kita harus ubah pola pikir soal sampah, mulai dari rumah.” Mantap sih. Tapi ya tahu sendiri, mengubah mindset orang Indonesia itu lebih susah daripada ngerjain skripsi sambil PDKT. Perlu waktu, edukasi, dan tentu saja: fasilitas.

Awal-awal sempat adem. Maret sampai Mei masih lumayan terkendali. Tapi masuk akhir Juni sampai sekarang Agustus, boom! Sampah mulai numpuk lagi. Seakan-akan ada yang bilang, “Udah, lupakan imbauan kemarin, kita balik ke habit lama.” Maka kembali Pekalongan jadi museum terbuka segala jenis sampah: plastik, popok, bangkai kasur, bahkan kadang bangkai tikus ikut nyempil. Sampai-sampai sampah beredar di tengah jalan, ganggu indra penciuman banget!!

Masalah makin ribet karena Pekalongan juga langganan banjir. Sampah yang numpuk itu jelas bikin saluran air mampet. Jadilah kombo maut: sampah dan banjir. Ini bukan lagi krisis, ini darurat yang sah secara hukum. Bahkan resmi ditetapkan lewat SK Wali Kota No. 600.4.15/0556 Tahun 2025, masa darurat sampah dari 21 Maret sampai 21 September.

Tapi pertanyaannya, apakah selesai 21 September nanti lalu semua beres? Apakah 22 September pagi kita bangun tidur dan udara sudah segar, jalanan bersih, got mengalir, dan warga sudah tercerahkan soal buang sampah? Jelas tidak. Sampah tidak akan hilang hanya karena SK berakhir. Kalau pola pikir dan sistem pengelolaan tidak berubah, ya ya ya, tahun depan kita darurat lagi.

Baca Juga:

Gerbang Tol Kota Pekalongan, Tempat Nongkrong Favorit Anak Muda Pekalongan

Purwokerto Tak Perlu Dipaksa Jadi Kota Santri, Membangun Pondok Bukan Sekadar Ambisi Dosen UIN

Kebersihan sebagian dari iman, kan?

Pekalongan yang dikenal sebagai kota religius seharusnya bisa jadi contoh. Bukankah kebersihan adalah sebagian dari iman? Jangan sampai slogan itu cuma jadi stiker di angkot atau baliho kampanye. Pemerintah harus hadir lebih aktif, tapi warga juga jangan cuek bebek. Harus ada kolaborasi. Mulai dari edukasi, bank sampah, sistem pengangkutan yang efisien, sampai sanksi yang tegas untuk orang yang buang sampah sembarangan.

Kita semua tahu, mengelola sampah bukan kerja semalam. Tapi membiarkannya juga bukan pilihan. Harum batik Pekalongan harus lebih dominan daripada bau menyengat dari tumpukan sampah. Santri-santri kita berhak atas lingkungan yang bersih. Dan warga Pekalongan tak boleh terus hidup dalam kubangan kecemasan.

Mari kita doakan, semoga Pekalongan segera naik kelas. Dari Kota Darurat Sampah, kembali jadi Kota Batik dan Kota Santri yang bersih, sehat, dan tidak cuma indah di baliho.

Penulis: May Naila Khoiroh
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kota Kreatif, Pembangunan Terbaik, dan Kebohongan Lain tentang Kota Pekalongan yang Harus Diluruskan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Agustus 2025 oleh

Tags: kota batikkota santripekalongansampah di pekalonganTPA Degayu
May Naila Khoiroh

May Naila Khoiroh

Manusia setengah ambis, setengah mager. Gila banget sama dimsum mentai sama mie ayam, itu mah comfort food sejati. Sekarang lagi kuliah di salah satu kampus di Pekalongan, nyari ilmu sambil nyari vibe.

ArtikelTerkait

5 Rekomendasi Kuliner di Jombang yang Wajib Kamu Coba Mojok.co

5 Rekomendasi Kuliner di Jombang yang Wajib Kamu Coba

25 Oktober 2024
Orang INFJ Jangan Tinggal di Perbatasan Batang dan Pekalongan kalau Mau Tetap Waras

Orang INFJ Jangan Tinggal di Perbatasan Batang dan Pekalongan kalau Mau Tetap Waras

23 Juni 2025
Panduan Membedakan Kota dan Kabupaten Pekalongan biar Nggak Salah Lagi! Terminal Mojok

Alasan Kota Pekalongan Layak Jadi Kota Bisnis

30 Desember 2020
pekalongan cheater mojok

Pekalongan (Kota) Cheater: Awalnya Bangga, Lama-lama Kesel Juga

28 Agustus 2021
5 Pilihan Pekerjaan di Pekalongan yang Bakal Sering Kamu Temukan Terminal Mojok

5 Pilihan Pekerjaan di Pekalongan yang Bakal Sering Kamu Temukan

10 Maret 2022
Sauto dan Lengko, Kuliner yang Jadi Sengketa Antara Tegal dan Daerah Tetangga

Sauto dan Lengko, Kuliner yang Jadi Sengketa Antara Tegal dan Daerah Tetangga

17 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.