Orang Kediri, terutama yang berdomisili di kotanya, pasti familier dengan Pasar Pahing Kediri. Apalagi anak mudanya. Siapa sih yang nggak tahu pasar satu ini? Saya jamin warga Kediri pasti tahu pasar ini.
Kalau kalian mahasiswa baru yang kebetulan kuliah di kampus sekitaran Kediri, bacalah tulisan ini sampai akhir. Mungkin saja—mungkin lho ya—suatu hari nanti kalian kebingungan mau nongkrong dan mencari makan di mana. Tulisan ini bisa menjadi referensi yang tepat buat kalian.
Ketika masa peralihan Covid ke new normal dulu, area depan Pasar Pahing selalu ramai dengan anak-anak muda yang nongkrong di sana. Hampir setiap angkringan yang ada di sana tak ada yang sepi pembeli. Saya sendiri beberapa kali nongkrong di salah satu angkringan di sana.
Pasar Pahing Kediri, pasar tertua di Kota Kediri
Siapa sangka, ternyata Pasar Pahing merupakan pasar tradisional tertua di Kota Kediri. Menurut info yang saya dapatkan, pasar ini mulai beroperasi sebelum kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tahun 1930. Selain itu, dulu ketika jalur kereta Kediri-Jombang masih beroperasi, di Pasar Pahing pernah ada halte pemberhentian kereta dari Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM).
Sayangnya saat ini jejak halte itu sudah tak bisa kita temukan lagi. Hanya ada bekas rel kereta yang masih terlihat di dekat Rumah Sakit Baptis yang dulunya di sana juga berdiri halte Bangsal.
Pada malam hari, area Pasar Pahing Kediri menjelma menjadi surga bagi pencinta kuliner. Berdasarkan pengamatan saya, di Jalan HOS Cokroaminoto, jalan depan pasar pas, berjejer banyak pedagang. Mulai dari jajanan hingga makanan berat semuanya ada di sini. Bahkan, saat saya datang kemarin, ada tujuh orang pedagang wedang ronde dan cemoe di sana.
Kalau kalian suka jus buah, main-main ke jalanan di depan Pasar Pahing Kediri ini juga sangat saya rekomendasikan. Penjual jus juga sama banyaknya dengan pedagang wedang ronde.
Kalau kelaparan di malam hari tapi nggak mau makan nasi gimana? Tenang, di ujung Jalan HOS Cokroaminoto, tepatnya di depan Pondok Pesantren Assaidiyah Jamsaren, banyak berkumpul pedagang roti keliling yang stand by sampai larut malam.
Di depan Pasar Pahing Kediri, seperti yang saya singgung di awal, ada lebih dari 9 angkringan yang berjualan di sana. Area ini memang menjadi favorit anak muda Kediri untuk menghabiskan malam. Hampir setiap angkringan selalu penuh dengan pembeli yang duduk di selasar pasar, trotoar, dan bagian depan pertokoan yang sudah tutup.
Saran untuk Pemkot
Pemkot Kediri mungkin bisa mulai mempertimbangkan area Pasar Pahing Kediri ini sebagai destinasi baru selain Jalan Dhoho. Menurut saya, apabila Pemkot serius menggarapnya, area ini akan menjadi salah satu penunjang perekonomian UMKM di Kota Kediri karena di siang hari pun area ini sangat ramai.
Saran saya, Pemkot bisa memulai dengan memperbaiki trotoar di sekitar Pasar Pahing Kediri. Trotoar yang sudah ada saat ini, sepanjang penelusuran saya pada malam hari, masih banyak yang rusak dan nggak nyaman bagi pejalan kaki.
Minimal trotoar di sekitaran pasar diperbaiki. Nggak usah bagus-bagus banget kayak di Jalan Dhoho. Setidaknya nyaman untuk dilalui. Sebab, jajan di sepanjang Jalan HOS Cokroaminoto enaknya sambil berjalan kaki.
Setelah asyik kulineran di Jalan HOS Cokroaminoto, lanjut nongkrong di angkringan depan Pasar Pahing Kediri. Peh, kalau dibayangkan ya romantis. Apalagi kalau sama doi. Habis jalan-jalan cari makan berat, terus nongkrong dan ngobrol ngalor ngidul di angkringan. Syahdu cah!
Penulis: Achmad Syafi’i
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Hal-hal yang Saya Rindukan dari Jogja dan Nggak Bisa Saya Jumpai Saat Merantau ke Kediri.