Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

Pasar dan Street Food Korea Selatan Lebih Menarik ketimbang Drakornya

Primasari N Dewi oleh Primasari N Dewi
14 November 2021
A A
Pasar dan street food korea selatan
Share on FacebookShare on Twitter

Siapa yang suka ke pasar tradisional di dekat tempat tinggalnya? Di Korea Selatan ada pasar tradisional juga ada, lho. Sewaktu solo traveling, saya sempat pergi ke pasar tradisionalnya. Adegan drakor di pasar itu sangat jarang ada, bahkan kalau pun ada bisa dihitung jari. Tetapi di drakor ada adegan jajan tteokbokki di pinggir jalan pada siang hari atau makan di warung tenda pada malam hari.

Saya mencoba sih jajan kuliner street food ini meski tak berani mencoba makan di warung tenda pada malam hari. Sebab, saya sendirian dan mungkin terlalu berbahaya bagi perempuan asing yang nggak bisa bahasa Korea.

Pasar tradisional

Sebenarnya ekspektasi saya tentang Korea Selatan sebelum jalan-jalan ke sana itu ya negaranya seperti Jepang atau minimal seperti dalam drakornya yang indah. Bersih di setiap sudut jalannya dan nggak ada orang jualan sembarangan di trotoar atau pinggir jalan karena dianggap mengganggu pemandangan kan? Pasti bakal dirazia Satpol PP lah ya.

Namun, kenyataannya nggak seperti itu. Bersih sih terhitung bersih, tetapi ternyata banyak pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan kompleks tertentu. Pemandangan yang tak saya jumpai di Jepang kecuali saat pasar malam atau festival musim tertentu.

Di Korea, pedagang kaki lima berjualan sepatu, jaket, celana, kaos kaki, pakaian, di pinggir jalan. Suasananya mirip dengan sunmor UGM. Di sekitar Myeongdong, selain kosmetik murah, ada juga jualan fashion dan jajanan kuliner murah meriah di sana. Di kompleks Dongdaemun hampir mirip dengan suasana blok M atau pasar Tanah Abang lah ya.

Ada bagian bangunan modernnya dengan kios yang berjajar rapi, tetapi ada juga yang berjualan di sepanjang gangnya. Di jalan juga ada yang berjualan, meski saya yakin kalau kehujanan juga bakal kerepotan. Di sekitar tangga keluar juga terpajang jaket atau baju yang dijual. Pokoknya mirip pasar kita lah. Memang enak buat warga setempat untuk berbelanja dengan harga lebih miring dibanding mall. Tetapi, bagi orang asing macam saya yang nggak bisa menawar dalam bahasa Korea ya sama saja.

Oleh karena saya penasaran, makanya pernah sekali mencoba menawar tas selempang ke ahjussi, tetapi hasilnya nihil karena nggak sepakat harganya. Saya nawarnya kemurahan kayanya. Wah, bisa nawarnya dalam bahasa Korea? Ya jelas nggak dong, saya nawar pakai bahasa tangan. Hahaha. Tetapi, di tempat lain saya akhirnya beli tas gendong kok, di toko yang jelas sudah tertera harganya. Kadang kalau membeli barang dengan menawar itu saya takut kepedean dapat harga murah, ternyata di tempat lain ada yang lebih murah. Hehehe. Pernah begitu juga nggak, Gaes?

Baca Juga:

Menonton Drama Korea Reply 1988 yang Legendaris setelah 10 Tahun Rilis

3 Drama Korea Terbaru yang Sebaiknya Jangan Ditonton demi Kesehatan Mental  

Tetapi, di Korea memang kalau berbelanja ada dua opsi kok, ke pasar tradisional atau ke supermarket/mall sejenisnya. Harganya jelas lebih murah di pasar, apalagi kalau pintar menawar. Sebenarnya saya suka melihat pemandangan jual beli di pasar ini. Seolah-olah kehidupan perekonomiannya sangat bergeliat.

Di tempat saya nyasar, lupa entah di daerah mana, saya juga pernah menemukan pasar bernuansa pasar klithikan. Yang jualan bapak-bapak dan yang dijual cenderung aksesoris bapak-bapak. Saya juga sempat melihat toko buku bekas dan onderdil bekas. Sebenarnya nyasar begini ini ada sisi positifnya karena jadi menemukan hal seru yang tak mungkin direview di buku perjalanan wisata. Tetapi, negatifnya ya berbahaya bagi orang asing apalagi sendirian. Duh kapok deh.

Street food ala Korea Selatan

Selama di Korea Selatan, saya hampir tak ada masalah dengan makan. Saya juga bukan yang ketat banget harus mencari label halalnya. Bagi diaspora saja susah mencari beginian apalagi saya yang cuma datang melancong sebentar. Sempat sih makan ayam halal di restoran daerah Itaewon dekat dengan masjid Seoul, tetapi itupun hanya sekali saja. Sisanya mencari makan di minimarket atau bikin mi sendiri di guest house.

Saya biasanya bangun pagi jam enam sebelum akhirnya jalan-jalan sesuai itinerary. Gayanya saja ada to-do-list-nya tetapi nyasar ke mana-mana. Duh terlalu percaya sama Google Maps juga nggak terlalu baik. Tanya ke orang juga ribet bahasanya. Bahasa Inggris juga susah di sana. Ribet kan jadinya. Saya ingin kirim kartu pos dari Seoul tetapi kantor pos saja nggak ketemu. Padahal kalau di Jepang, saya sering melihat orang asing mengirim kartu pos lewat minimarket atau mampir di kantor pos dekat kos saya.

Sebelum pergi, saya membeli nasi kepal, cemilan, mi cup instan, dan minuman di mini market dekat guest house. Saya menyeduh mi cup dan makan di sana. Pernah bareng oppa-oppa yang mungkin sama kaya saya, ingin sarapan murah tetapi belum ada restoran yang buka. Kalau makan di mini market begini banyak sih adegan drakornya, jadi saya juga agak familiar dengan kebiasaan ini.

Di Jepang, juga banyak minimarket yang menyediakan tempat kecil untuk makan. Nah, berarti paham bahasa Korea dong? Sebenarnya saat memilih makan, saya mengandalkan gambar kemasan. Kalau chicken atau tuna mayones saja, saya sudah percaya itu “aman” untuk dimakan. Padahal kalau secara kehalalan, ya belum tentu 100 persen halal. Bisa google translate juga untuk amannya, tetapi kalau kelamaan memilih juga dikira “aneh dan mencurigakan” oleh penjaga tokonya. Sekali lagi, sendirian itu nggak enak.

Jajanan kuliner street food di Korea banyak yang dijual di pasar tradisional atau kios pinggir jalan, lho. Mereka jualan dari pagi dan kadang menjual menu untuk orang yang mencari sarapan di pagi hari sebelum kerja atau sekolah. Gimbap alias nasi, timun, telor goreng, dll yang digulung rumput laut kering termasuk jajanan populer untuk sarapan. Sekarang katanya isi gimbap bervariasi, lho.

Saya juga sempat makan tteokbokki di pinggir jalan. Juga mencicipi makanan yang ditusuk itu, eomuk namanya. Meski eomuk terbuat dari ikan dan tepung, rasanya mirip oden dan sangat pas dimakan saat musim dingin. Biasanya kulineran pinggir jalan seperti itu juga menjual sundae alias sosis darah babi/sapi. Ada juga kok jajanan macam pisang nutella, egg cake, ayam goreng, dll.

Bagi saya, pengalaman menjelajahi pasar dan makan street food lebih menarik. Drakor memang memberi kita apa-apa yang tak bisa kita wujudkan: percintaan, kekayaan, atau cerita hidup yang menarik. Tetapi, setelah saya mengunjungi pasar, saya rasa apa-apa yang nyata tentu lebih menarik, meski tak selaras dengan ekspektasi. 

Sumber gambar: Pixabay

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 November 2021 oleh

Tags: Korea Selatanpasarstreet food
Primasari N Dewi

Primasari N Dewi

Guru bahasa Jepang tapi suka drakor.

ArtikelTerkait

doa masuk pasar jualan online trik tips strategi marketing laku shopee cara menjaid star seller mojok

Doa Masuk Pasar Itu Harus Dibaca Sebelum Buka Situs Belanja Online

8 September 2020
6 Drama Korea Januari 2024 yang Harus Ditonton, Dijamin Nggak Akan Menyesal Mojok.co

6 Drama Korea Januari 2024 yang Harus Ditonton, Dijamin Nggak Akan Menyesal

31 Januari 2024
Jago Menawar di Pasar Bukan Prestasi, tapi Ketidakberpihakan pada Pedagang Kecil terminal mojok.co

Jago Menawar di Pasar Bukan Prestasi, tapi Ketidakberpihakan pada Pedagang Kecil

9 November 2020
Noryangjin, Surga dan Neraka bagi Mereka yang Mempersiapkan Diri untuk Jadi PNS di Korea Selatan

Noryangjin, Surga dan Neraka bagi Mereka yang Mempersiapkan Diri untuk Jadi PNS di Korea Selatan

17 Juni 2021
8 Perbedaan Kebiasaan Sehari-hari Orang Korea dan Jepang Terminal Mojok

8 Perbedaan Kebiasaan Sehari-hari Orang Korea dan Jepang

27 Maret 2022
Alienoid Blockbuster Fantasi Penuh Aksi dan Komedi dari Korea Selatan Terminal Mojok

Alienoid: Blockbuster Fantasi Penuh Aksi dan Komedi dari Korea Selatan

28 Juli 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.