Coba kalian tulis tempat wisata Jember di kolom pencarian Google, pasti Pantai Papuma Jember muncul dalam salah satu daftarnya. Pantai yang terletak 40 km dari pusat Kota Jember ini merupakan salah satu destinasi wisata primadona. Bahkan, berkay keindahannya, pantai ini pernah dinobatkan sebagai TripAdvisor Traveler Choice 2015
Bentuk Pantai Papuma Jember yang unik enjadi pesona utamanya. Asal tahu saja, dataran pada pantai ini menjorok ke laut atau lebih dikenal dengan sebutan tanjung. Selain itu, Pantai Papuma punya 7 karang besar yang menambag keindahan pemandangan di sana. Selain menikmati pemandangan, wisatawan bisa bermain ombak hingga camping di pantai yang terletak di Desa Lojejer, Wuluhan, Kabupaten Jember itu.
Informasi di atas saya dapatkan dari internet. Sebagai orang luar Jember, Pantai Papuma alias Pantai Pasir Putih Malika jelas akan saya kunjungi kalau suatu saat berkunjung ke sana. Akan tetapi, ketika saya tanya pada salah satu kawan yang berasal dari Jember, dia justru cerita malas berwisata ke Pantai Papuma. Apalagi di akhir pekan atau musim liburan.
Saya cukup memahami alasan itu. Mungkin bagi warga Jember, Pantai Papuma bak Malioboro bagi orang Jogja seperti saya. Lokasi yang memang punya keindahan tersendiri, tapi lebih baik menghindarinya kalau tidak perlu-perlu amat. Ada banyak alasan yang melatarbelakangi orang Jember kian malas berkunjung Pantai Papuma.
Daftar Isi
#1 Tiket masuk Pantai Papuma Jember tergolong mahal
Kata teman saya, tiket masuk ke Pantai Papuma tergolong mahal. Hal ini membuat orang Jember semakin malas mengunjungi pantai tersebut. Mending memilih tempat wisata lain yang lebih ramah di kantong. Berdasar berbagai sumber, wisatawan akan dikenai harga Rp25.000 saat akhir pekan dan Rp18.000 di hari biasa.
Saya rasa keluhan itu tidak hanya dirasakan oleh kawan saya. Di Terminal Mojok pernah ada tulisan berjudul Pantai Papuma Jember Pantas Dinobatkan sebagai Objek Wisata Termahal di Jawa Timur. Penulis kurang lebih mengeluhkan harga masuk pantai yang kelewat menguras kantong bagi warga Jember.
#2 Fasilitas yang kurang terawat
Hal lain yang membuat teman saya kesal, fasilitas umum di Pantai Papuma tidak terawat. Terutama fasilitas toilet dan musala. Secara kuantitas atau jumlah, fasilitas umum di Pantai Papuma memang mencukupi. Namun, secara kualitas, fasilitas umum tersebut sungguh membuat pengunjung nggak nyaman. Apalagi kalau dibandingkan dengan harga tiket masuknya yang cukup mahal.
Baca halaman selanjutnya: Akses ke pantai …
#3 Akses ke Pantai Papuma yang sulit
Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, Pantai Papuma terletak cukup jauh dari pusat Kota Jember, kurang lebih 40 km. Jarak puluhan kilometer itu penuh tantangan karena berkelok-kelok dan tidak mulus. Terlebih, tidak ada transportasi umum untuk menjangkau Pantai Papuma. Dengan kata lain, wisatawan bisa berkunjung dengan kendaraan pribadi atau menyewa/charter bus.
Gambaran ini sekaligus menjadi gambaran bagi para wisatawan luar kota yang hendak menuju Pantai Papuma. Pemandangan Papuma memang tidak terkalahkan, tapi untuk mencapainya penuh perjuangan.
#4 Tidak bisa puas kulineran di pinggir pantai
Kebetulan teman saya yang orang Jember ini sekarang tinggal di Jogja. Selama di Jogja dia pernah mengunjungi pantai-pantai pasir putih di Gunungkidul. Komentar teman saya, Pantai Papuma masih sangat jauh dibandingkan dengan pantai-pantai di Gunungkidul. Apalagi dalam hal kulinernya.
Di beberapa pantai di Gunungkidul, wisatawan bisa berwisata sambil kulineran aneka macam makanan laut yang segar. Dijamin kenyang dan senang dengan berbagai olahannya. Berbeda dengan Pantai Papuma di Jember yang hanya menyediakan warung-warung kecil dengan pilihan makanan dan minuman seadanya.
Di atas beberapa alasan orang Jember seperti teman saya cenderung malas ke Pantai Papuma, salah satu wisata andalan di sana. Tentu saja tulisan ini sama sekali bukan bermaksud mengajak wisatawan untuk tidak mengunjungi pantai tersebut. Pada dasarnya Pantai Papuma memang salah satu spot terindah di Jember, hanya saja pengunjung tetap perlu mengontrol ekspektasi supaya tidak kecewa berlarut-larut ketika mengunjunginya.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Alasan Orang Jogja Malas Kulineran di Kopi Klotok
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.