Pantai Indah Kemangi Kendal, Tempat Wisata yang Nggak Salah Urus karena Pemdes Waras dan Kreatif Soal Anggaran

Pantai Indah Kemangi Kendal, Bukti Tempat Wisata yang Nggak Salah Urus. Pemerintah Desa Waras dan Kreatif Soal Anggaran Mojok.co

Pantai Indah Kemangi Kendal, Bukti Tempat Wisata yang Nggak Salah Urus. Pemerintah Desa Waras dan Kreatif Soal Anggaran (disporapar.kendalkab.go.id/)

Seandainya semua pemerintah desa mengembangkan tempat wisatanya seperti Pemdes Jungsemi mengelola Pantai Indah Kemangi Kendal ya.

Kendal sebagai salah satu daerah pesisir di jalur Pantura tentu punya beberapa destinasi pantai untuk berlibur dan berwisata. Dulunya, yang terkenal adalah Pantai Sendang Sikucing. Kemudian, setelah itu muncul Pantai Cahaya yang dikelola oleh pihak swasta.

Belakangan kedua destinasi tersebut jadi terkesan membosankan. Pantai Sendang Sikucing berkembang jadi pantai yang terlalu ramai, penuh sampah, dan kurang rapi. Sementara, Pantai Cahaya terlalu eksklusif dan pricy untuk dijangkau sebagian besar masyarakat Kendal.

Situasi itu kemudian memunculkan beberapa destinasi pantai baru, salah satunya adalah Pantai Indah Kemangi yang terletak di Desa Jungsemi, Kecamatan Kangkung, Kendal. Kehadiran Pantai Indah Kemangi dalam beberapa tahun terakhir jadi oase bagi para pecinta pantai untuk menikmati suasana pantai baru di Kendal. 

Pantai Indah Kemangi menghapus kesan angker

Sebelum dikelola secara serius pada 2018-2019, Pantai Indah Kemangi nggak memiliki infrastruktur pendukung dan terkesan mistis, serta kramat. Itu karena istilah “Kemangi” terkenal sebagai nama sebuah makam yang ada di Desa Jungsemi. Makam yang terletak nggak jauh dari pantai itu memang punya banyak cerita. Konon, dulunya banyak orang yang tersesat dan hilang di area Kemangi. Mereka yang hilang biasanya kembali dalam kondisi pikiran atau kejiwaan yang sedikit terganggu.

Cerita ini kemudian berkembang hingga Kemangi dilabeli sebagai kawasan angker oleh warga Kendal. Bahkan, desas-desus yang lebih horor menyebut bahwa Kemangi adalah pasarnya para Jin. Jadi wajar apabila banyak yang hilang. Kisah-kisah itu membuat Kemangi jadi salah satu destinasi angker yang dikunjungi Tukul dalam Program TV Mister Tukul.

Angkernya Kemangi bermula dari kisah tentang pagar gaib Ki Ageng Kemangi yang melindungi Pantai Indah Kemangi di Desa Jungsemi. Pagar tersebut berbentuk gaib karena digunakan untuk pertemuan oleh beberapa adipati pada masa Kerajaan Mataram Islam. Pertemuan tersebut biasanya untuk membahas berbagai hal perihal kondisi politik atau sosial dan strategi berperang. Pagar gaib tersebut dipercaya masih ada hingga sekarang. Banyak yang meyakini bahwa orang-orang yang melalui jalur Kemangi dengan sikap kurang sopan berpotensi akan tersesat. 

Seiring berjalanya waktu, mitos angkernya Kemangi sedikit demi sedikit pudar dengan hadirnya Pantai Indah Kemangi sebagai objek wisata di Kendal. Pada 2017 Pemdes Jungsemi memulai proyek pembukaan Pantai Kemangi sebagai destinasi wisata ramah dan indah. Kawasan Pantai Kemangi dibersihkan dari semak belukar, akses jalan masuknya mulai diperluas dan diperbaiki.

Wajah pantai sekarang ini

Penataan di dalam kawasan pantai bisa saya bilang sangat baik. Ketika memasukinya, wisatawan yang ingin menikmati pantai tidak terganggu dengan kehadiran gazebo-gazebo yang di bangun rapi di bawah pohon-pohon rindang seperti cemara dan pinus. Gazebo tersebut pun tidak berbayar dan gratis digunakan oleh wisatawan.

Di dalam kawasan pantai juga terdapat persewaan delman dan motor ATV yang bisa dimanfaatkan wisatawan untuk mengelilingi pantai. Selain itu, yang lebih penting adalah kuliner atau jajanan di dalam kawasannya yang murah dan terjangkau bagi semua kalangan.

Poin penting lain yang patut dipuji dari Pantai Indah Kemangi adalah pengelolaan sampah yang sangat baik. Sepanjang bibir pantai, jarang ditemukan sampah-sampah plastic yang biasanya jadi pemandangan lumrah di berbagai destinasi pantai di Jawa.

Pemdes dan masyarakat yang benar-benar bekerja

Gambaran Pantai Indah Kemangi yang indah dan tertata merupakan bukti bahwa peran Pemdes dan masyarakat setempat sangatlah penting. Terutama, soal pengembangan potensi wisata di desa. Pemerintah desa mengambil langkah yang tepat dengan mengalokasikan sebagian dana desa untuk pengembangan wisata. Di sisi lain, masyarakat berpartisipasi dengan mendukung dan mengawasi pengembangan wisata tersebut. Saya rasa pemdes dan warga Jungsemi patut jadi teladan bagi desa-desa lain di Kendal maupun kabupaten lain. 

Dana desa memang jadi alat penting untuk menghadirkan ekosistem pemberdayaan ekonomi. Salah satunya melalui pengembangan desa wisata. Ketika sebuah desa telah mampu menciptakan ceruk ekonomi baru bagi masyarakatnya sendiri, maka dengan sendirinya akan menarik dukungan dana dari luar desa untuk masuk, sehingga pengembangannya tidak berhenti di tangan Pemdes.

Hal ini bisa dilihat dari Pantai Indah Kemangi yang pengembangannya mulai didukung anggaran yang berasal dari luar desa, baik dari Pemerintah daerah maupun pihak lainnya. Tentu kalau sudah begitu, tanggung jawab Pemdes akan lebih besar dan butuh diawasi lebih ketat oleh semua pihak agar tidak terjadi penyelewengan.

Pantai Indah Kemangi jadi destinasi wisata favorit di Kendal

Hingga kini, Pantai Indah Kemangi jadi prioritas destinasi wisata di Kendal. Setiap minggunya pantai ini menerima ribuan pengunjung yang tidak hanya berasal dari daerah Kendal, tapi di area sekitarnya seperti Semarang. Nggak heran sih, di Semarang kan nggak ada pantai yang proper. Ramainya pengunjung tentu membawa berkah ekonomi bagi masyarakat setempat.

Pantai Indah Kemangi ini sekali lagi menjadi gambaran bahwa untuk memajukan sebuah desa, hanya butuh Pemdes yang waras, kreatif, dan tidak tamak. Kalau Pemdesnya miskin kreativitas dan sukanya nyari keuntungan di tiap proyek, yah repot. Apalagi kalau ditambah warga desanya yang apatis dan bodo amat. Ya sudah, mending pindah desa aja lah. 

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Kenyamanan Alun-Alun Kaliwungu Kendal Rusak (Lagi) karena Ulah Pengamen dan Parkir Liar

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version