Panleukopenia atau yang biasa juga disebut feline distemper atau feline parvo merupakan salah satu virus kucing yang paling ditakuti. Virus ini menular melalui sentuhan dengan kucing lain, area yang sudah terkontaminasi kucing yang terkena panleu, dan cairan-cairan yang dihasilkan kucing seperti cairan hidung, feses, air seni, dan air liur kucing. Penularannya pun terbilang cepat, sekitar satu sampai dua hari.
Beberapa ciri kucing yang terkena panleukopenia ini adalah kucing biasanya akan muntah-muntah dengan intensitas cukup sering, kotorannya cair seperti diare, tingkah lakunya pun berubah jadi mulai menyendiri. Ciri fisik lainnya adalah bulu di badan kucing akan terlihat lebih lepek daripada biasanya. Beberapa kucing awalnya mengalami gejala suhu tinggi, kemudian disusul menurunnya suhu badan kucing karena dehidrasi. Kucing juga akan kehilangan selera makan sekalipun diberi makanan favoritnya. Untuk kucing dewasa, gejala ini mungkin akan dialami selama 2-3 hari, setelahnya besar kemungkinan kucing tak bisa diselamatkan. Berbeda dengan anak kucing, mereka biasanya hanya akan bertahan 1-2 hari, dan bahkan hanya sampai 12 jam.
Hari Senin kemarin saya baru saja kehilangan seekor anak kucing, saya memanggilnya Aji. Bukan karena terinpirasi dari nama penyanyi favorit saya, melainkan karena kucing saya ini aji mumpung. Ia suka sekali memanfaatkan berbagai situasi untuk mendapatkan makanan. Umur Aji masih 3 bulan, jantan tapi cantik sekali rupanya seperti betina. Bulu-bulunya berwarna putih dan abu dengan corak seperti harimau. Bulunya pun tebal sampai-sampai saat tengah berlari ketika dipanggil, bulunya ikut bergoyang saking lebatnya.
Pada hari Jumat, saya baru selesai memandikan Aji. Saat itu kondisinya masih sehat dan aktif ke sana-kemari. Aji suka bermain di pot bunga, tapi lebih sering bermain di sofa kesayangannya. Namun, keesokan harinya Aji mulai menunjukkan gelagat aneh. Ia muntah di sofa favoritnya, hal yang sangat jarang terjadi. Setelah muntah Aji mulai kehilangan selera makannya. Kucing rakus yang biasa menghabiskan hampir satu bungkus Whiskas basah ini tidak mau menyentuh makanannya sama sekali. Dia juga mulai menyendiri tidak aktif menempel ke kucing saya yang lainnya seperti biasa.
Sore harinya, saya suapkan makanan ke mulut Aji, dia masih merespons. Saat saya pegang, suhu tubuhnya mulai Menurun. Saya beri dia makan, kemudian tidak lupa memberikannya susu dan vitamin. Aji masih merespons makanan dan minuman yang saya berikan. Saya berencana membawa Aji ke klinik dokter hewan keesokan harinya. Melihat kondisi Aji yang masih merespons, saya mulai tenang untuk meninggalkannya. Kemudian di malam hari, Aji mulai muntah-muntah kembali, suhu tubuhnya kian menurun seiring dengan mengalirnya air mata saya.
Malam itu, tak hentinya saya hangatkan tubuh Aji dengan memeluknya, menggulungnya dengan selembar handuk yang biasa dia gunakan saat mandi. Tapi, mau sekeras apa pun saya mencoba, beberapa jam kemudian Aji sudah terbujur kaku. Saya lemas, menangis sejadi-jadinya. Lagi-lagi saya harus kehilangan kucing kesayangan karena penyakit ini. Rasanya pahit sekali sembari mengingat-ingat kenangan saya dengan Aji, kucing saya.
Kehilangan kucing seperti kehilangan teman ngobrol, sahabat, penghibur, dan bahkan keluarga. Begitu berartinya kehadiran makhluk berbulu itu di kehidupan saya.
Meskipun panleukopenia sampai saat ini belum ditemukan obatnya, kucing masih bisa diselamatkan dengan perawatan intensif dengan memperhatikan cairan dan nutrisi pada kucing sampai sistem kekebalan tubuhnya kuat untuk melawan virus tersebut. Jika kucingmu sudah mengalami beberapa gejala seperti yang sebutkan di atas, jangan ragu untuk membawanya ke klinik dokter hewan terdekat. Kamu juga bisa mencegah penyakit ini dengan rutin vaksin kucing dan menjaga kebersihan lingkungan di sekitar kucing. Jika salah satu kucing peliharaanmu memiliki riwayat terkena panleukopenia, segera bersihkan kandang dan peralatan makannya karena virus ini bisa bertahan sampai satu tahun pada benda-benda tersebut.
BACA JUGA 7 Penyakit Serius yang Sering Diderita Kucing Rumahan dan tulisan Fanisa Putri lainnya.