Saya teringat pengalaman ketika masih mengerjakan skripsi. Jadi, saya memiliki dosen pembimbing skripsi yang kebetulan merupakan pengelola, bahkan pemimpin redaksi dari suatu jurnal akademik kampus. Selaku pemimpin redaksi, tentunya ketika mengoreksi skripsi mahasiswa bimbingannya, blio nggak hanya mengoreksi substansi isi skripsi, melainkan turut mengoreksi secara detail tata penulisan skripsi mahasiswanya. Bayangkan saja, mikir substansi skripsi saja sudah puyeng, apalagi nulis skripsi yang ratusan halaman itu dengan tata penulisan yang sesuai PUEBI.
Salah satu yang disoroti oleh dosen pembimbing skripsi saya adalah perihal typo, alias salah ketik. Setelah substansi isi skripsi menurutnya sudah benar, blio akan mengoreksi secara detail perihal tata penulisan yang benar, termasuk soal typo.
Syarat mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing saya untuk mengajukan skripsi ke sidang adalah tidak ada typo melebihi tiga kata. Jika ditemukan typo lebih dari tiga kata, maka dosen pembimbing saya tersebut tidak akan menyetujui skripsi mahasiswanya untuk maju ke sidang. Blio akan mempersilakan mahasiswa untuk revisi lagi sampai typo benar-benar ditemukan tak lebih dari tiga kata.
Untungnya dosen pembimbing saya tersebut hanya menemukan dua kata typo dalam skripsi saya. Meski typo-nya di ujung tanduk, setidaknya saya dapat bersyukur lantaran tidak perlu revisi berulang kali dan langsung gas sidang skripsi. Berdasarkan pengalaman tersebut, tentunya perihal penulisan skripsi, ada beberapa tips bagaimana menumpas typo dalam kegiatan tulis-menulis.
#1 Jangan terburu-buru dalam menulis
Salah satu faktor terbesar hadirnya typo dalam sebuah tulisan adalah terburu-buru dalam menulis. Kalau sudah profesional dalam menulis secara benar, sih, tidak masalah menulis dengan cepat. Namun, ketika masih pemula dalam tulis-menulis, maka alangkah baiknya pelan-pelan saja saat menulis. Jangan seperti orang yang dikejar hantu hingga lari terbirit-birit, bahkan tersandung-sandung.
Menulis dengan metode pelan ini—alias tidak terburu-buru—adalah strategi paling dasar untuk mencegah typo. Seperti yang kita ketahui bersama, mencegah lebih baik dari pada mengobati.
#2 Baca kembali tulisan
Manusia adalah tempat salah dan dosa, sehingga typo menjadi sesuatu yang amat manusiawi dalam kegiatan penulisan. Typo dapat hadir secara sadar maupun tidak sadar dalam melakoni tulis-menulis. Bahkan ketika tulisan ini dibuat, tak dimungkiri pula pasti adanya typo. Oleh karena itu, alangkah baiknya membaca kembali tulisan yang telah ditulis.
Membaca sekali saja tidak cukup, minimal baca kembali tulisan yang telah ditulis dua hingga tiga kali. Pasalnya, mencari typo dalam tulisan sendiri ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami, uangel tenan.
Nah, kalau membaca tulisan orang lain, tentu lebih mudah menemukan typo-nya. Pasalnya, ketika membaca tulisan orang lain, kita cenderung lebih detail membacanya untuk memahami maksud dari tulisan orang lain.
Berbeda dengan tulisan sendiri yang cenderung mengedepankan ego percaya dirinya dulu dari pada ketepatan menulisnya. Makanya mencari typo dalam tulisan sendiri itu lebih sulit dibandingkan mencari typo di tulisan orang lain. Bacalah kembali tulisan kita berulang-ulang untuk menemukan typo di dalamnya.
#3 Pahami bentuk baku sesuai KBBI
Terkadang, saking yakinnya dengan tulisan sendiri, tulisan yang tidak baku justru kita anggap baku, sehingga jatuh pada jurang salah ketik. Misalnya kata tak baku “amandemen”, yang seharusnya ditulis “amendemen”. Contoh lain seperti kata “antri” yang seharusnya ditulis “antre”. Dan masih banyak contoh kata tidak baku lainnya yang kita yakini sebagai kata baku.
Oleh karena itu, kita perlu memahami, bahkan menghafalkan kata baku sesuai KBBI. Kalau tidak bisa menghafal, setidaknya harus siap KBBI online agar dapat langsung mengecek setiap kata yang dicurigai tidak baku. Sehingga kita dapat menghindari kesalahan dalam mengetik kata tertentu.
Oh ya, tips yang saya berikan ini dapat melatih keterampilan kalian dalam kepenulisan secara benar sesuai dengan kaidah PUEBI, terutama perihal salah ketik. Sehingga kepiawaian kita dalam tulis-menulis setidaknya berkembang.
Meskipun sebenarnya, saat ini banyak aplikasi maupun web yang menawarkan untuk mendeteksi typo dalam sebuah tulisan sekaligus memperbaikinya secara instan. Namun, jika kita mengandalkan kemajuan teknologi tersebut, saya rasa keterampilan kita semakin tumpul dan akan terus dininabobokan oleh kemajuan teknologi.
BACA JUGA Melawan Typo dengan Sebaik-baiknya, Sehormat-hormatnya dan tulisan Mohammad Maulana Iqbal lainnya.