Panduan Menggunakan Kata “Iya” dalam Bahasa Sunda dari yang Halus hingga Kasar

Panduan Menggunakan Kata “Iya” dalam Bahasa Sunda dari yang Halus hingga Kasar

Panduan Menggunakan Kata “Iya” dalam Bahasa Sunda dari yang Halus hingga Kasar (unsplash.com)

Bahasa Sunda memiliki tingkatan bahasa dari yang halus sampai kasar dan tergantung dengan siapa kita berbicara. Jika berbicara dengan orang lebih tua, tentu perlu menggunakan kata yang halus agar tidak menimbulkan masalah. Begitu pula berbicara dengan orang belum dikenal sampai yang paling dikenal juga memiliki tingkat bahasa yang berbeda.

Untuk mengucapkan “iya”, orang Sunda memiliki beragam kata yang dapat diaplikasikan dalam percakapan sehari-hari. Kata “iya” dalam bahasa Sunda tidak bisa digunakan secara sembarangan, tergantung dengan siapa kita bicara. Berikut panduan menggunakan kata “iya” dalam bahasa Sunda dari yang halus sampai kasar.

Enya: bahasa Sunda halus yang biasa digunakan kepada sebaya atau yang lebih muda

Kita mulai dari bahasa yang halus dahulu, yakni “enya”. Kata “enya” merupakan salah satu kata halus dalam bahasa Sunda. Biasanya kata ini diucapkan kepada teman atau orang yang usianya di bawah kita seperti adik.

Kata “enya” digunakan kepada teman yang tak terlalu akrab untuk menghormatinya karena masih tergolong halus. Hindari mengucapkan kata ini kepada orang yang dihormati atau lebih tua karena kurang cocok. Sebab masih ada kata yang lebih cocok untuk digunakan seperti yang akan saya bahas selanjutnya.

Muhun: digunakan pada orang yang dihormati, lebih tua, atau orang asing

Kata “muhun” bisa dibilang kata paling halus dalam bahasa Sunda untuk menyatakan “iya”. Kata ini sebenarnya bisa digunakan kepada siapa saja. Tetapi lebih afdal jika diucapkan kepada orang yang lebih dihormati, lebih tua, atau orang yang belum terlalu kita kenal seperti pedagang atau orang yang kita temui di jalan.

Saat ada orang tua yang bertanya, “Ujang badé angkat ka sakola?” (Ujang mau berangkat ke sekolah?). Kamu bisa menjawabnya dengan, “Muhun, Pak/Bu!” (Iya, Pak/Bu). Gunakan kata “muhun” juga ketika orang tua atau saudaramu bertanya iya atau tidak.

Jika lawan bicaramu jauh lebih muda darimu dan ingin menggunakan kata yang halus, kamu bisa menggunakan kata “enya” alih-alih menggunakan kata “muhun” karena kurang cocok untuk digunakan. Ingat, bedakan “muhun” dengan “nuhun” karena kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda.

Heueuh: bahasa Sunda kasar namun bisa berbeda makna saat dipakai dengan lawan bicara yang sesuai

Selanjutnya ada kata “heueuh” yang merupakan kata “iya” yang tergolong kasar dalam bahasa Sunda. Hindari penggunaan kata ini kepada orang yang dihormati, lebih tua, dan belum dikenal. Jika kamu menggunakan kata tersebut kepada orang-orang yang telah saya sebut sebelumnya, kamu akan dianggap orang yang kasar dan tidak sopan.

Meskipun memiliki makna yang kasar, sebenarnya kata “heueuh” bisa berbeda arti ketika digunakan dengan lawan bicara yang sudah kita kenal seperti teman, adik, atau yang lebih muda. Jika temanmu bertanya, “Manéh keur geuring?” (Kamu lagi sakit?), kamu bisa menjawabnya “Heueuh euy urang keur geuring” (Iya, nih, aku lagi sakit).

Kata “heueuh” di sini tidaklah kasar, melainkan bentuk keakraban dengan teman. Soalnya jika menggunakan kata “muhun” kepada teman yang sudah sangat akrab, akan terasa asing dan aneh di telinga.

Oleh karena itu kamu harus bisa menempatkan kata “iya” dalam bahasa Sunda sesuai dengan siapa lawan bicaramu. Meskipun terkesan sulit, namun jika belajar perlahan pasti akan bisa.

Penulis: Erfransdo
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 10 Kosakata Bahasa Sunda yang Sering Disalahpahami Orang Jawa.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version