Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pancasilais dan Tidak Pancasilais Itu Gimana Cara Ngukurnya sih?

Muhammad Sabri oleh Muhammad Sabri
11 September 2020
A A
definisi pancasilais sejarah hari lahir pancasila 1 juni 1945 mojok.co

definisi pancasilais sejarah hari lahir pancasila 1 juni 1945 mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Pernyataan Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang berharap Sumatera Barat mendukung negara Pancasila berbuntut polemik. Pernyataan ini disebut sebagian pembela Puan sebagai semata doa. Namun, sebagian orang Sumbar malah marah sampai-sampai Puan sempat diadukan ke polisi oleh Persatuan Pemuda Mahasiswa Minang (PPMM), walau akhirnya ditolak karena kurang bukti.

Wajar masyarakat Sumbar marah dengan “doa” Puan. Soalnya jadi seolah-olah Sumbar belum mendukung negara Pancasila. Apalagi doa tersebut lahir saat Puan mengumumkan pasangan bakal calon gubernur dari PDIP di pilkada besok.

Dengan mengintip ke belakang, kita bisa melihat sudah sejak lama dukungan suara bagi PDIP di Sumbar sangat-sangatlah minim. Apa karena faktor ini doa itu lahir? Berarti cara Puan mengukur Sumbar belum mendukung negara Pancasila ada di suara masyarakat Sumbar kepada PDIP?

Dari lama, urusan siapa yang Pancasilais dan siapa yang tidak Pancasilais emang ribet dan kuat aroma politisnya. Biasa dipakai untuk merangkul dan membabat sekaligus. Padahal kalau ditanya lebih rinci, ukuran Pancasilais atau tidak itu apa, pasti banyak yang tidak mampu dijawab. Mentok-mentok cuma disuruh menyebutkan kelima sila tanpa membaca.

Dalam tulisan Rocky Gerung “Pancasila Ide Penuntun, Bukan Pengatur” (Prisma, 2018), negara memakai istilah “ormas radikal” untuk membubarkan mereka yang dianggap “anti-Pancasila” tanpa menjelaskan, apa sesungguhnya tafsir resmi negara tentang Pancasila.

Ketiadaan tafsir ini, lanjut Rocky, bikin Pancasila jadi “ide penuntun” kehidupan bernegara doang, tapi bukan jadi alat ukur politik pemerintah. Ketimbang sebagai filosofi dalam membuat kebijakan, Pancasila dalam praktek politik sejak Orde Baru justru merupakan alat politik pemerintah untuk menentukan sekaligus meminggirkan lawan politik. Gara-gara itu, Rocky menyimpulkan Pancasila lebih menyerupai “pengatur” daripada “penuntun”.

Absennya tafsir resmi Pancasila membuat orang menafsirkannya secara beragam. Kita bisa menyaksikannya dalam polemik RUU HIP kemarin. Yang merancang punya pandangan A, yang di luar punya pandangan B. jadi gimana dong cara ngukur seseorang pancasilais atau tidak? Nggak tahu juga.

Mungkin lebih mudah jika yang perlu dinilai Pancasilais-tidaknya adalah negara. Misalnya ada orang miskin menafsirkan keadilan sosial di sila kelima sebagai kesejahteraan umum. Lalu ia bertanya, “Kenapa saya miskin, apa pemerintah sekarang tidak Pancasilais?” Kan enak. Pancasila tidak lagi jadi “pengatur” rakyat, tapi “pengatur” pemerintah.

Baca Juga:

Pantai Air Manis Padang, Lokasi Legenda Malin Kundang yang Cukup Dikunjungi Sekali Saja

Cerita Orang Jakarta Selatan di Perantauan: Dicap Anak Gaul, padahal Aslinya Biasa Aja

Ketiadaan tafsir resmi ini bikin saya berpendapat, harusnya yang merasa paling menguasai dan paling ahli di bidang ilmu tafsir Pancasila lah yang mencontohkan rupa-rupa perilaku Pancasilais. Jadi, masyarakat Sumbar tidak perlu membuktikan sudah Pancasilais atau belum, melainkan Puan yang seharusnya membuktikan dirinya, sebagai ketua DPR, sudah Pancasilais.

Lucunya, doa Puan kepada masyarakat Sumbar kemarin bisa dipertentangkan dengan pernyataan Presiden Jokowi di pidato Sidang Tahunan MPR/DPR 14 Agustus kemarin. “Jangan ada yang merasa paling benar sendiri, dan yang lain dipersalahkan. Jangan merasa paling agamis sendiri. Jangan ada yang merasa paling Pancasilais sendiri,” kata Jokowi waktu itu.

Jika sampai seterusnya Pancasila masih jadi jargon yang kita sendiri bingung definisi dan batas-batasnya gimana, mending istilah ini dikeluarkan aja deh dari kamus. Jadi kalau ada orang tiba-tiba nodong, “Hei, kamuh tidak Pancasilais!” bisa dibales dengan, “Kata apa itu? Nggak ada di KBBI!”

BACA JUGA Pancasila Dibumikan Lewat Instagram dan Netflix? Yang Benar Saja Pak Jokowi dan tulisan Muhammad Sabri lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 September 2020 oleh

Tags: PancasilapancasilaisPDIPpuan maharanisumatera barat
Muhammad Sabri

Muhammad Sabri

Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

ArtikelTerkait

Tutorial Cara Ngamuk yang Tepat Guna dari Ganjar Pranowo (Wikimedia Commons:humas.jatengprov.go.id)

Tutorial Cara Ngamuk yang Sehat dan Tepat Guna dari Ganjar Pranowo

26 Juni 2023
Jangan Ngambek Dulu, Inilah Alasan Orang Baca Chat tapi Nggak Mau Bales chat wa whatsapp oke sip jawaban hasto kristiyanto sekjen pdip harun masiku kasus saeful bahri suap pergantian antarwaktu anggota drp ri mojok

Makna Baru ‘Ok Sip’ di Chat WA Terungkap di Persidangan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto

18 April 2020
Pantai Air Manis Padang, Lokasi Legenda Malin Kundang yang Cukup Dikunjungi Sekali Saja

Pantai Air Manis Padang, Lokasi Legenda Malin Kundang yang Cukup Dikunjungi Sekali Saja

18 November 2025
Logo PDIP dan GMNI beda, jangan disamakan terminal mojok

Walau Sama-sama Merah dan Ada Logo Bantengnya, PDIP Beda dengan GMNI. Jangan Salah Paham!

9 Maret 2021
Dari Jogja Pindah Minang, “Dipaksa” Makan Nasi Padang Tiap Hari (Unsplash)

Nasib Mahasiswa Pertukaran dari Jogja ke Padang ketika Setiap Hari “Dipaksa” Menikmati Sedapnya Nasi Padang

29 Maret 2024
puan maharani dpr Pak RT mojok

Puan Maharani, ketimbang Menambah Periode Jabatan Presiden, Mending Lakukan 3 Hal Ini

29 Desember 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.