Saya ini cuma kere, Pak Sandiaga Uno, bukan bodoh
Seperti pasangan keluarga muda pada umumnya, urusan ekonomi menjadi salah satu hal yang cukup sering untuk saya dan istri perbincangkan. Terlebih sejak berembusnya desas-desus kenaikan harga BBM, kami sudah cukup bingung mau menghemat pos pengeluaran keluarga bagian mana lagi. Ketika kenaikan harga BBM subsidi beneran diresmikan, saya yakin, saat ini semua harga barang pokok kebutuhan rumah tangga pasti sudah naik semua.
Sungguh saya nggak meragukan keahlian istri saya untuk mengatur keuangan keluarga. Cuma kalau semua harga kebutuhan naik begini. Gimana cara ngatur keuangannya? Wong penghasilan tetap, tapi barang kebutuhan pokok terus merangkak naik. Sekali lagi, GIMANA NGATURNYA?
Untuk meringankan kekalutan saya gara-gara harga BBM naik, saya coba bolak-balik berbagai media sosial untuk mencari meme atau video lucu di internet. Emang sih nggak menyelesaikan masalah yang sedang saya hadapi, tapi minimal bisa sedikit membantu saya menjernihkan pikiran sebelum menyelesaikan masalah.
Baru beberapa saat saya tertawa kecil karena menemukan meme dan video lucu di Twitter, nasib sial menghampiri saya. Sekuat-kuatnya saya menolak dan menghindari takdir, namanya takdir harus dijalani. Saya tertarik ngeklik video dari Pak Sandiaga Uno, mengingat dia adalah salah satu menteri yang seharusnya menjadi oposisi. Mungkin saja, saya menemukan inspirasi atau solusi untuk menyelesaikan masalah saya.
Sayangnya prasangka baik saya kepada video Pak Sandiaga sepertinya kurang tepat (untuk tidak mengatakan salah). Awalnya beliau menceritakan pengalaman kenaikan harga BBM yang sampai 100 persen pada 2005-2006. Katanya pola hidup pengusaha muda di era itu berubah, yang awalnya menggunakan jas untuk berpakaian sehari-hari, sejak kenaikan harga BBM, berubah menggunakan batik.
Yang pertama mau saya tanyakan, apakah maksud Bapak di video tersebut batik adalah substitusi yang lebih murah dan rendah ketimbang jas? Sebab menurut Bapak, pengusaha muda yang sedang dipimpin Bapak saat itu, baru mau mengganti jas dengan batik ketika ekonomi sedang tidak baik-baik saja. Padahal banyak loh, Pak, batik dengan harga sampai jutaan. Ah maaf, Pak, seharusnya saya nggak ngasih tau hal ini karena sandang dengan harga jutaan sudah banyak di lemari pakaian bapak dan keluarga.
Tapi serius ini, Pak Sandiaga, hubungannya jas dan batik sama kenaikan harga bbm apa sih? Bisa dapet logika kek gitu tuh dari mana?
Kemudian saya kasih tau ya, Pak, keluarga saya dan mayoritas rakyat Indonesia itu masih bingung cara memenuhi kebutuhan pangan ketika harga sembako turut naik mengikuti harga BBM. Boro-boro kepikiran untuk mengganti kebutuhan sandang dengan yang baru. Wong, memenuhi kebutuhan perut saja belum tentu cukup. Saya lebih baik pake baju lusuh atau kusam daripada perut lapar. Ingat, Pak, perut yang lapar itu bikin orang jadi berbahaya.
Selanjutnya dalam video itu, Bapak bilang bahwa Bapak dan teman-teman pengusaha muda mengganti mobil-mobil mewah milik kalian dengan mobil yang lebih ramah lingkungan. Saya kok heran ya, Pak Sandiaga Uno, bisa-bisanya bilang begitu. Kayak rakyat itu hidupnya penuh gengsi.
Boro-boro kepikiran ganti mobil dengan yang lebih ramah, punya mobil aja kagak. Hell, kalau pun punya, sekarang mungkin kepikiran untuk jual mobil. Lagipula, saya ini cuma kere, Pak Sandiaga, bukan bodoh, emang harga mobil ramah lingkungan kaya Tesla itu murah apa?
Lagian wong cilik kaya saya ini, mana bisa ganti kendaraan saat zaman lagi susah, Pak Sandiaga Uno? Yang kami lakukan saat BBM naik itu cari cara menghemat bahan bakar untuk kendaraan roda dua di internet. Bukan ngide aneh seperti beli kendaraan baru.
Saya kasih tau ya, Pak Sandiaga Uno, rakyat kecil itu sedang berusaha bertahan hidup sekarang. Mengubah gaya hidup itu bukan pikiran kami. Lha apa yang mau diubah kalau emang udah ngenes?
Saya yakin, Pak Sandiaga Uno adalah salah satu orang paling brilian di Indonesia. Maka dari itu, saya ingatkan lagi kalau rakyat nggak bodoh, dan standarnya jangan disamain kayak Bapak. Sekadar mengingatkan aja sih, Pak, soalnya kalau kelamaan tinggal di menara gading, bisa lupa menapak tanah.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kontroversi Sandiaga Uno: “Sandiwara Uno”, Aksi Playing Victim Mencontoh Ratna Sarumpaet?