Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Keunikan Dusun Pacitan Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan: Nama Jawa, tapi Ngomong Pakai Bahasa Bugis

Anwar oleh Anwar
4 Januari 2024
A A
Keunikan Dusun Pacitan Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan: Nama Jawa, tapi Ngomong Pakai Bahasa Bugis

Keunikan Dusun Pacitan Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan: Nama Jawa, tapi Ngomong Pakai Bahasa Bugis (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Pacitan adalah nama dusun yang kutinggali. Tapi jika kalian bertanya apakah saya tetangganya Pak SBY, akan dengan tegas saya jawab bukan. Benar, desa saya namanya Pacitan, tapi ini Pacitan di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, bukan Pacitan, Jawa Timur yang kesohor karena Pak SBY dan volinya itu.

Pelafalan Pacitan versi Pinrang juga beda dengan yang Jawa. Saya dan warga Pinrang lain menyebutnya dengan Pacitang, karena ya, kebiasaan warga saja yang menambahkan pelafalan hurug “g” pada kata yang diucapkan. Kan, beda banget.

Tapi meski beda, tetap ada hal yang sama antara Pacitan Pinrang dengan Jawa Timur, sama-sama diisi etnis Jawa. Tetangga-tetanggaku memang masih banyak yang beretnis Jawa. Dari cerita-cerita orang tua, merekalah dulu yang membuka kampung ini. Awalnya kukira kehadiran mereka dilatari oleh program pemerataan yang digagas Soeharto. Tapi dari cerita-cerita para sepuh, jauh sebelumnya mereka sudah bertempat di sini, di tanah Sulawesi.

Tak ada catatan sejarah tentang kapan pertama kali kampung Pacitan ini berdiri. Yang paling mendekati saya temukan dalam jurnal yang ditulis Muhammad Amir; Wonomulyo: Dari Kolonisasi ke Transmigrasi 1937-1952. Dalam jurnal menjelaskan bahwa 1937 adalah tahun awal kedatangan masyarakat Jawa ke Sulawesi, tepatnya di Mapilli yang kemudian berubah nama menjadi Wonomulyo, Sulawesi Barat. Perpindahan penduduk menjadi salah satu bentuk dari program politik etis yang digagas pemerintah kolonial pada waktu itu.

Namanya Jawa, ngomong pakai bahasa Bugis, tapi aksen masih Jawa medok

Masih dari sumber yang sama, pada 1940 program emigrasi dari pemerintah kolonial dilanjutkan. Salah satunya ke wilayah Bungi yang jaraknya hanya sekitar 15 kilometer dari Pacitang. Sebuah fakta yang mempertegas cerita-cerita para orangtua tentang asal-usul bagaimana mereka bisa bermukim di sini. Satu fakta lain yang mempertegas hubungan kedatangan masyarakat Jawa di Wonomulyo yang kemudian menyebar ke beberapa wilayah dan membentuk perkampungan seperti di tempatku adalah banyaknya tetanggaku yang punya hubungan kekerabatan dengan masyarakat Jawa lainnya di Wonomulyo. Namun satu yang masih belum terjawab adalah sebenarnya dari Jawa mana mereka berasal?

Mereka yang tersisa sekarang bahkan sangat sedikit yang masih mengetahui tanah asal nenek moyang mereka. Tak lagi tahu apakah masih ada keluarga mereka yang tersisa di Pulau Jawa. Bahkan, beberapa tak tahu dari daerah mana asal nenek moyang mereka. Rata-rata yang tinggal di Pacitan adalah generasi kedua bahkan ketiga yang sudah sangat lancar berbahasa Bugis. Yang terasa lucu mendengarkan nada medoknya ketika melafalkan bahasa Bugis.

Meski fasih berbahasa Bugis, satu hal yang menarik bagiku adalah para tetanggaku masih menggunakan bahasa ibu dalam berkomunikasi sesamanya. Bahkan anak-anak kecil pun tetap diajarkan bahasa Jawa sedari dini. Namun, tidak dengan aksaranya. Mereka kehilangan pengetahuan beraksara. Aksara Bugis malah menjadi aksara yang lebih dikenal, karena diajarkan lewat mata pelajaran muatan lokal di sekolah.

Meskipun mereka tak lagi mengenal aksara, tapi salah satu identitas yang masih kental dari etnis Jawa yang ada di sini adalah nama yang masih sangat Jawa. Nama-nama seperti Sunarto, Parwono, hingga Sutri dan Sugiyah masih banyak digunakan di Pacitan. Meski belakangan di era kiwari nama-nama itu sudah jarang diberikan kepada anak-anak yang baru lahir. Hal itu tidak hanya berlaku di masyarakat Jawa, tapi juga Bugis. Nama bernuansa bugis seperti Laming dan Sittung digantikan dengan nama-nama yang kearab-araban bahkan kebarat-baratan, atau mengambil nama-nama artis atau tokoh-tokoh di sinetron.

Baca Juga:

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Sop Saudara, Kuliner Makassar yang Namanya Bikin Salah Paham tapi Rasanya Bikin Ketagihan

Sama-sama Pacitan, sama-sama suka dangdut

Tradisi yang masih melekat juga masih menjadi salah satu penanda identitas. Salah satunya tercermin lewat hiburan atau pagelaran. Saya masih bisa mengingat bagaimana acara wayang kulit pernah digelar semalam suntuk di kampung ini. Wayang kulit lengkap dengan sinden dan gamelan didatangkan dari wilayah Wonomulyo. Saya mengingat dua kali menyaksikan wayang kulit dulu saat masih bocah. Tapi mungkin karena hiburan organ tunggal lebih menarik, jadilah pagelaran itu tidak pernah lagi dilakukan.

Hajatan sekarang diisi oleh organ tunggal. Belakangan di era YouTube, ketika koplo dan campur sari hadir dengan format yang lebih bisa diterima, lagu Jawa kembali dinyanyikan di acara hajatan-hajatan yang sebelumnya hanya diisi lagu kenangan, lagu Malaysia, bahkan lagu berbahasa bugis yang fasih mereka dendangkan. Saya pun akhirnya akrab dengan lagu-lagu seperti “Pikir Keri”, “Stasiun Balapan”, hingga “Cidro” yang berjilid-jilid.

Pacitan, Pinrang, bisa dibilang adalah sejumput Jawa yang ada di Sulawesi. Rasanya memang unik, warganya tak bisa aksara Jawa, tapi mahir aksara Bugis. Pintar berbahasa Bugis, tapi dangdutan tetep nyetel “Cidro”. Ah, Indonesia memang penuh keunikan.

Penulis: Anwar
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Salah Paham yang Kerap Terjadi Terkait Pulau Sulawesi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 Januari 2024 oleh

Tags: bugispacitanPinrangSulawesi Selatan
Anwar

Anwar

Penunggu perpustakaan Puscata.

ArtikelTerkait

Kali Cokel Pacitan, “Sungai Amazon” di Jawa Timur yang Wajib Dikunjungi Wisatawan Mojok.co

Kali Cokel Pacitan, “Sungai Amazon” di Jawa Timur yang Wajib Dikunjungi Wisatawan

4 Mei 2025
Hujan di Jalur Ponorogo-Pacitan, Mimpi Buruk bagi Pengendara, Berubah Jadi Jalur Neraka!

Hujan di Jalur Ponorogo-Pacitan, Mimpi Buruk bagi Pengendara, Berubah Jadi Jalur Neraka!

13 Maret 2024
Perantau dari Palembang Bersiaplah Menerima Pertanyaan-pertanyaan Ini Mojok.co

Perantau dari Palembang Bersiaplah Menerima Pertanyaan-pertanyaan Ini

17 November 2023
4 Pantai yang Wajib Dihindari Wisatawan Saat Pertama Kali Berkunjung ke Pacitan, Jangan ke Sini kalau Nggak Siap Mental!

4 Pantai yang Wajib Dihindari Wisatawan Saat Pertama Kali Berkunjung ke Pacitan, Jangan ke Sini kalau Nggak Siap Mental!

16 Juni 2025
Jember dan Banyuwangi Patah Hati 21 Tahun karena Pemerintah (Unsplash)

Jalur Selatan Jember: Mega Proyek JLS Mangkrak 21 Tahun yang Memupus Impian Indah Bersama Banyuwangi

18 September 2023
Kota Palopo, Daerah di Sulawesi Selatan yang Nggak Menghidupi Motonya sebagai Kota Idaman Mojokco

Kota Palopo, Daerah di Sulawesi Selatan yang Nggak Menghidupi Motonya sebagai Kota Idaman

23 Juli 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.