Lupakan Kursi Besi Indomaret, Orang Jogja Punya Ringroad untuk Meratapi Nasib

Lupakan Kursi Besi Indomaret, Orang Jogja Punya Ringroad untuk Meratapi Nasib Mojok.co

Lupakan Kursi Besi Indomaret, Orang Jogja Punya Ringroad untuk Meratapi Nasib (unsplash.com)

Jauh sebelum kursi besi Indomaret viral, Ringroad Jogja sudah terlebih dahulu populer sebagau tempat menangis terbaik. 

Kursi besi Indomaret sempat viral karena dijadikan tempat merenung oleh banyak orang. Cukup dengan membeli Kopi Golda atau minuman murah meriah lain, orang bisa meratapi nasib di sana. Saking populernya, tidak sedikit orang yang kemudian bercanda menganggap kursi ini bisa jadi alternatif daripada ke psikolog yang mahal. 

Melihat fenomena kursi besi Indomaret, saya jadi teringat akan Ringroad Jogja. Bagi warga lokal, Ringroad bukan sekadar jalan melingkar. Sudah sejak lama jalan sepanjang 37 km itu jadi pelarian warlok yang lagi mumet. Entah mumet karena patah hati, studi nggak kelar-kelar, hingga persoalan ekonomi karena UMR Jogja yang nggak seberapa itu. 

Persis seperti kursi Indomaret, apapun persoalannya, Ringroad Jogja menerima keluh kesah kalian apa adanya. Persoalan-persoalan itu memang tidak selesai dengan sendirinya. Namun, perjalan mengelilingi jalan melingkar bisa membantu berpikir lebih jernih sehingga bisa kembali bersiasat menghadapi hari-hari. 

Merenungi nasib selama sejam mengelilingi Ringroad

Entah siapa yang pertama kali ngide dan mempopulerkan Ringroad Jogja sebagai tempat menangis terbaik di Jogja. Namun, saya yakin banyak orang akan berterima kasih. Sebab, warga lokal jadi punya pilihan merenungi hidup dengan murah meriah. 

Sekarang bayangkan saja. Jalan melingkar sepanjang 37 km itu bisa ditempuh menggunakan kendaraan bermotor selama 1 jam. Jalannya relatif luas dan lurus doang. Konturnya pun landai dan sudah beraspal mulus. Kondisi jalan semacam ini membuat kalian bisa memacu mesin kendaraan sambil meratapi hidup. Saya rasa, waktu sejam cukup untuk menangis. Kalaupun masih kurang, kalian bisa mengelilingi Ringroad sebanyak yang dibutuhkan. 

Kritik atas minimnya ruang publik

Mungkin Ringroad Jogja memang punya “keajaiban” yang bisa membuat orang-orang lebih tenang. Saking ajaibnya, orang-orang jadi meromantisasi Jalan Ringroad untuk meratapi nasib. Namun, apabila mau melihat lebih jauh, siasat-siasat semacam itu muncul karena kondisi perkotaan yang minim ruang publik.

Memang, di Jogja makin banyak warung dan kafe yang bisa jadi tempat ngobrol atau melepas penat. Namun, hal itu tidak bisa diakses oleh semua orang. Ingat, tidak semua orang punya cukup uang untuk duduk-duduk di warung dan kafe setiap kepala ini pening. Ruang publik yang mudah diakses dan murah meriah seperti taman kota yang dibutuhkan. Sayangnya, tempat seperti ini tak banyak di Jogja. 

Bayangkan saja kalau di Jogja banyak ruang publik seperti ruang terbuka hijau atau taman. Apalagi kalau fasilitas semacam akses kesehatan mental maupun support group berjalan dengan baik. Kursi-kursi di minimarket dan jalan Ringroad tidak akan difungsikan sebagai tempat pelarian dari berbagai masalah. 

Penulis: Yudhi Nur Prasetyo
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Umbulharjo Kecamatan Paling Overpower Se-Jogja, Apa-apa Ada di Sana.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version