Daftar Isi
Sudah biasa kalau ada yang iri dan salty
Saya jadi ingat dulu pernah ada tren yang menyindir anak-anak ranking atas. Tren ini banyak beredar di video-video TikTok dengan kalimat, “Anak-anak yang dulu ranking 1 sekarang apa kabarnya?”
Video-video ini dipopulerkan oleh orang-orang yang merasa dendam dan sakit hati karena teman-temannya yang dulu ranking pertama nggak pernah mau ngasih sontekan atau meminjamkan hasil PR-nya. Anehnya, banyak banget yang justru pro dengan sindiran ini, seakan-akan satu Indonesia benci sama siapa pun yang pernah menempati ranking satu di kelas mereka.
Ada yang terbalik dari logika ini. Bukankah harusnya yang marah itu anak-anak ranking satu yang dulu dipaksa ngasih lembar jawaban mereka saat ujian, ya? Kenapa malah siswa yang berprestasi yang dianggap jadi penjahat di sini?
Orang Indonesia dan crab mentality-nya
Melihat fenomena orang iri dan salty di acara Clash of Champions Ruangguru menyadarkan saya pada satu fakta. Fakta bahwa Indonesia akan sulit untuk maju kalau masyarakatnya gini-gini aja. Kalau berprestasi saja dianggap nggak menikmati hidup dan orang cerdas dianggap merusak tatanan kehidupan, mau jadi apa negara ini nantinya?
Problematika orang Indonesia ialah punya crab mentality. Dilansir dari The Free Dictionary, crab mentality atau mental kepiting adalah karakter seseorang yang nggak mau orang lain lebih baik atau lebih maju dibanding dirinya. Atau gampangnya, “Kalau aku nggak bisa, kamu juga nggak boleh bisa.”
Mentalitas negatif dan egois ini terinspirasi dari gambaran ketika sekelompok kepiting diletakkan di dalam ember. Ketika salah satu dari mereka berusaha kabur, kepiting lain akan menariknya sehingga nggak ada satu pun yang berhasil keluar.
Banyak orang Indonesia yang seperti ini. Iri dan dengki mereka wujudkan dalam bentuk ejekan dan cemoohan yang menghilangkan semangat orang lain. Banyak yang bermental lebih baik gagal bareng-bareng daripada ada salah satu yang sukses. Sukses sendirian diartikan nggak setia kawan dan pantas dijauhi.
Crab mentality ini beracun sekali. Selain membuat orang yang bersangkutan terus-terusan terjebak di lubang hitam kemalasan, orang lain yang ia rampas semangatnya juga bisa ikut-ikutan terjerumus kalau niat dan kemauannya kurang kuat. Bayangkan kalau di setiap circle ada orang bermental kepiting dan semua temannya terperdaya. Apa bisa kita meraih Indonesia Emas 2045 itu?
Enjoy life boleh, tapi nggak usah ngurusin hidup orang lain
Menurut saya, buat para manusia yang nggak suka lihat orang lain berprestasi, kalau kamu nggak mau berkompetisi dan pengin jadi manusia medioker yang menikmati hidup, itu sah-sah aja. Itu hakmu untuk memilih. Tapi, please, jangan merasa sakit hati kalau orang lain menikmati hidup dengan caranya sendiri dan lewat rute pilihannya.
Jalan yang dipilih para kontestan Clash of Champions Ruangguru adalah berkarya dan berprestasi. Jadi, kalau kamu masih salty dan iri bahkan sama orang yang ambil jalur berbeda, bukannya malah kamu yang nggak menikmati hidup?
Clash of Champions ini bisa menjadi salah satu solusi atas konten-konten media sosial yang kurang mendidik. Seharusnya kita membuat orang-orang jenius jadi viral, menempatkan mereka di posisi-posisi strategis di pemerintahan dan institusi pendidikan, bukannya malah melanggengkan ketololan. Dan yang utama, menjawab warganet yang sebal melihat orang-orang dengan IPK bagus: IPK itu penting, kalau kamu bukan anak presiden.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Ruangguru Adalah Aplikasi Pesaing Acara Upacara HUT RI di TV.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.