Online Thrifting Bukan Budaya Surabaya, Budaya Surabaya Adalah TP Pagi

Thrifting Bukan Budaya Surabaya, Budaya Surabaya Adalah TP Pagi terminal mojok

Thrifting Bukan Budaya Surabaya, Budaya Surabaya Adalah TP Pagi (Unsplash.com)

Apa yang ada di benak kalian saat mendengar kata TP di Surabaya? Yup, tempat berbelanja. Di Surabaya ada mal paling besar di Indonesia, yaitu Tunjungan Plaza, yang biasa disingkat TP. Lokasinya berada di jantung Kota Surabaya. Di awal berdirinya, tempat ini hanya satu lokasi, yaitu TP 1, tapi sekarang berkembang biak jadi enam. Uniknya, mulai TP 1 sampai TP 6 semuanya terkoneksi menjadi satu area. Bayangkan kalau kalian harus memutari mal sebesar itu. Gempor pasti.

Sebenarnya ada TP lain di Surabaya yang masyhur di kalangan penduduk asli Kota Pahlawan, tapi kurang populer di telinga pendatang atau wisatawan. Namanya TP Pagi, singkatan dari Tugu Pahlawan Pagi. Lokasinya di mana lagi kalau bukan di sekitar Tugu Pahlawan. Jika Tunjungan Plaza adalah mal yang isinya brand kenamaan Indonesia hingga dunia, Tugu Pahlawan Pagi justru kebalikannya. Di sana menjual barang secondhand alias bekas, kalau bahasa gaulnya sih thrifting.

Jauh sebelum kata thrifting populer, warga Surabaya sudah mengenal belanja baju bekas dan berdandan dengan cara memadupadankan barang lawas agar nampak kekinian. Dan TP Pagi adalah pusatnya barang thrifting di Surabaya. Lantaran menempati area seputar Tugu Pahlawan, jam operasional TP Pagi memang hanya di pagi hari. Konsepnya tuh mirip pasar kaget yang dibuka hanya beberapa jam. Biasanya sih mulai dari jam 6 sampai jam 10 pagi saja.

Saya berkenalan dengan TP Pagi saat masih berkuliah. Ada seorang teman yang merupakan warga asli Surabaya mengajak saya ke sana. Kami berangkat jam 6 pagi, saat udara Surabaya masih sejuk dan nggak panas. Begitu sampai di Tugu Pahlawan, betapa terkejutnya saya melihat pemandangan layaknya pasar dengan puluhan penjual baju yang menumpuk begitu saja bajunya di atas terpal.

Belanja di TP Pagi nggak butuh uang yang banyak, melainkan butuh ketelitian di atas rata-rata. Pasalnya kita harus cermat memilih baju yang masih bagus dan nggak cacat. Noda setitik atau robek sedikit saja pasti memengaruhi harga. Oh ya, meskipun beberapa penjual ada yang sudah mematok harga barang, kita masih bisa menawar, kok.

Teman saya yang sudah terbiasa memilih baju dari tumpukan menemukan banyak baju impiannya. Lah, kalau saya yang nggak terbiasa ungkrah-ungkrah ya kebingungan. Buat kalian yang masih newbie dalam urusan memilih baju bekas dan capek kalau harus mencari di tumpukan, mending beli baju yang sudah digantung di hanger oleh penjualnya. Umumnya, baju yang sudah digantung adalah barang pilihan dan memiliki kualitas yang oke. Tapi, harganya jadi sedikit lebih mahal ketimbang yang di tumpukan, ya.

Waktu pertama kali mengunjungi TP Pagi, saya kepincut sebuah jaket bermerek berwarna merah muda. Begitu saya tanya ke penjualnya, harganya Rp20 ribuan saja. Apa nggak salah yang jualan? Harga beli jaket baru di konter aslinya saja berkisar Rp1,5 jutaan, lha ini jaket bekasnya dijual Rp20 ribuan.

Saat saya lihat dengan teliti, ternyata ada noda merah dekat saku jaket. Karena ragu, akhirnya saya bertanya pada penjual apakah noda itu bisa hilang jika dicuci. Penjualnya pun menjawab bisa. Sebenarnya nodanya nggak terlalu besar, sih, tapi kok mengganggu sekali. Saya takutnya itu noda bekas darah yang tertinggal dari korban tawuran Yakuza. Kan ngeri banget, Rek, pakai baju bekas gangster. Apalagi berdasarkan informasi yang beredar, baju bekas yang dijual di TP Pagi tuh diambil dari Jepang, Cina, dan beberapa negara Eropa.

Lantaran pengin punya oleh-oleh dari TP Pagi, akhirnya saya beli jaket itu. FYI, nih, jaket merah muda yang saya beli itu mash ada sampai sekarang, lho. Padahal sudah 5 tahun lalu saya beli. Saya sampai heran, awet banget tuh jaket Yakuza. Sebenarnya memang jaketnya yang awet atau saya yang jago merawat barang, ya?

Selain baju, di TP Pagi juga banyak barang bekas lainnya seperti sepatu hingga perkakas elektronik. Kalau nggak pengin belanja dan cuma mau jajan juga bisa, kok. Di sana ada sate kelopo yang enak banget kalau dijadikan menu sarapan.

Oh ya, sedikit saran nih buat kalian yang belanja baju bekas di TP Pagi, jangan lupa langsung rendam baju yang sudah kalian beli dengan air panas dan cuci beberapa kali, ya. Biar kumannya pada mati. Apalagi sedang kondisi pandemi begini, kita harus ekstra hati-hati.

Gimana? Penasaran? Gaaas ke TP Pagi, Rek!

Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version