Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

One Piece, Manga Terbaik di Dunia, Adalah Tempat Terbaik Belajar Diskriminasi

Royyan Mahmuda Al'Arisyi Daulay oleh Royyan Mahmuda Al'Arisyi Daulay
11 Agustus 2020
A A
scanlation one piece chapter 1011 attack On Titan Lebih Baik dari 'One Piece'? Mabuk, Bos?

Nilai Moral Anime yang Mainstream, tapi Sangat Bikin Terkenang terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Membaca manga One Piece bukan hanya sebuah upaya menghilangkan penat. Membaca manga terbaik di dunia ini adalah sebuah upaya mencari sudut pandang baru dalam menyikapi persoalan kehidupan.

Tidak berlebihan memang jika dikatakan One Piece adalah karya spektakuler yang menyajikan hal-hal “tabu” di dunia nyata, tetapi memiliki makna yang sangat besar bagi kehidupan. Pasalnya ada banyak isu-isu sensitif yang sering diangkat di setiap babaknya.

Misalnya budaya menghakimi seseorang dari kulitnya, fisiknya, bahkan keturunannya. Artinya ada sikap diskriminasi yang sering, bahkan diproduksi, dalam kehidupan manusia yang fana ini. Kita tahu, sebuah karya (sastra) biasanya merupakan cerminan dunia nyata.

Sejak awal cerita kita sudah disuguhi wujud diskriminasi tersebut. Misalnya ketika tokoh utama One Piece, Monkey D. Luffy, dicap sebagai penjahat karena menjadi bajak laut. Apalagi setelah diketahui kalau dia punya “darah pemberontak” dari ayahnya, seorang pemimpin Pasukan Revolusi.

Padahal banyak hal baik yang dilakukan Luffy dan tidak ada kaitannya dengan bapaknya. Tidak perlu saya jelaskan panjang dan lebar. Luffy dan kru bajak laut Topi Jerami sering terlibat dalam revolusi suatu negara. Membebaskan negara itu dari tirani. Namun, kebaikan itu di-framing oleh Pemerintahan Dunia sebagai sebuah tindak kejahatan. Kenapa? Karena merusak “tatanan para tirani”. Luffy dianggap kejam dan bengis.

Hal serupa juga terjadi dengan kakaknya, Portgas D. Ace, yang dianggap sebagai orang berbahaya. Di darah Ace mengalir darah Raja Bajak Laut. Padahal antara mereka dengan bapaknya berbeda dan tidak bisa disamakan. Belum lagi ras-ras yang sering mengalami penindasan dan sikap diskriminatif lainnya, seperti ras manusia ikan yang sering dikucilkan, bahkan diculik untuk dijual di perdagangan makhluk.

Bagi mereka, anak muda, One Piece bisa menjadi alat terbaik untuk belajar diskriminasi. Terkadang, sulit sekali mempelajari tema berat ini dari bangku sekolah. Terkadang, terlalu banyak teori tanpa wujud nyata bukan aksi belajar yang baik.

One Piece menyajikan dengan nyata betapa budaya masyarakat dunia (nyata) memang rasis. Misalnya melihat baik dan buruknya seseorang dari ras (manusia ikan), menganggap para keturunan bangsawan sebagai “hukum tunggal”. Menghakimi para bajak laut dan mengganggap mereka semua sama.

Baca Juga:

Seandainya Masih Hidup, Mungkin Begini Tanggapan Gus Dur terhadap Pengibaran Bendera One Piece

Jika Sidoarjo Saudara Kembar Surabaya, Bangkalan Madura Adalah Saudara Tirinya, yang Disepelekan dan Diperlakukan Amat Berbeda

Bukankah yang seperti itu terjadi di dunia nyata? Anak-anak politikus bisa menghindari hukum dengan mudah. Saudara-saudara dari Indonesia Timur dianggap terbelakang, padahal pada kenyatannya mereka lebih pandai bertahan hidup dan mencintai sesama. Memandang mereka yang pakai cadar dengan pandangan sinis. Menilai mereka yang berbeda agama sebagai kafir.

Ya mohon maaf sebelumnya, agama sering disalahgunakan oleh mereka untuk “menghakimi”. Ketika orang memakai baju atau simbol yang identik dengan pelaksanaan agama lalu dianggap suci seperti malaikat. Padahal, dia sedang menghancurkan rasa kemanusian dengan berlaku kasar kepada mereka yang berbeda pendapat dan punya tata cara beribadah yang berbeda.

Bahkan mereka tidak segan-segan memporakporandakan sesuatu yang menurut mereka salah dengan dalih melindungi agama. Sekali lagi, apa yang tampak belum tentu mencerminkan sifat dan karakter seseorang.

Memberi label pada seseorang karena penampilan sangat tidak tepat. Saya juga punya pengalaman yang tidak enak ketika dihakimi karena penampilan dan fisik. Ketika masa sekolah dahulu, ada senior yang jengkel kepada saya karena dianggap menantangnya. Padahal ya memang kondisi fisik saya yang memiliki bola mata cukup besar.

Sungguh tidak enak jika orang menyimpulkan hanya sebatas penilaian karena fisik dan penampilan. Baik di dunia nyata maupun maya, fenomena diskriminatif sulit sekali dikikis. Parahnya lagi, ketika bentrokan terjadi, baik di dunia nyata maupun maya, banyak orang malah bersorak menikmati perkelahian.

Orang-orang seperti ini perlu membaca One Piece sejak babak awal. Supaya bisa belajar bahwa tidak semua yang tampak buruk di luar tidak mencerminkan isi hati dan sikapnya. Begitu pula sebaliknya, yang tampak baik belum tentu mencerminkan hati yang jernih.

Kemauan untuk menerima siapa saja tanpa memandang identitas adalah cerminan kemajuan manusia dalam berpikir. Oleh sebab itu, terima kasih kepada One Piece, alat belajar mencintai semua makhluk hidup tanpa terkecuali.

BACA JUGA No Debat! One Piece Lebih Baik daripada Naruto atau tulisan Royyan Mahmuda Al’Arisyi Daulay lainnya di Terminal Mojok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2020 oleh

Tags: diskriminasimangamonkey d. luffyone piece
Royyan Mahmuda Al'Arisyi Daulay

Royyan Mahmuda Al'Arisyi Daulay

Penulis alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

ArtikelTerkait

rekomendasi 4 manga terbaik weekly shonen jump mojok.co

Rekomendasi 4 Manga Weekly Shonen Jump yang Menarik Diikuti

9 September 2020
One Piece, dari Liberalisme Bajak Laut Sampai Revolusi

One Piece, dari Liberalisme Bajak Laut Sampai Revolusi

25 Januari 2020
rasanya punya suami penggemar one piece harus keras mojok.co karakter one piece dalam kabinet indonesia kerja

Hal yang Bisa Dilakukan Karakter One Piece Jika Masuk Kabinet Indonesia Kerja II

28 Oktober 2019
scanlation one piece chapter 1011 attack On Titan Lebih Baik dari 'One Piece'? Mabuk, Bos?

3 Ayah Tokoh Utama Anime yang Bikin Kita Penasaran

4 September 2020
rasanya punya suami penggemar one piece harus keras mojok.co karakter one piece dalam kabinet indonesia kerja

Rasanya Punya Pasangan Penggemar One Piece

30 April 2020
bertarung

Siapa yang Akan Menang Jika Son Goku, Naruto, Luffy, dan Saitama Bertarung?

28 April 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.