Ogah Nonton Sinetron Indonesia Tidak Membuatmu Jadi Keren

Ogah Nonton Sinetron Indonesia Tidak Membuatmu Jadi Keren Terminal Mojok

Melalui artikel ini, izinkan saya mengkritik mereka-mereka yang menganggap dirinya keren bermodalkan “nggak suka sinetron Indonesia”. Yaaa, Anda nggak salah baca. Ada loh golongan orang yang langsung merasa dirinya educated, pintar, dan elite lantaran nggak menghabiskan satu hingga dua jam di depan TV setiap hari.

Nggak usah jauh-jauh. Saya dan Ibu saya pun dulu begitu. Kami dulu bangga banget dengan fakta bahwa kami nggak nonton sinetron. Waktu ada Bulik atau tetangga datang dan bertanya soal cerita sinetron yang baru ditontonnya, kami pun menjawab, “Wah nggak nonton sinetron, Bulik! Kami sukanya nonton berita yang intelektual!”

Waktu pun terus berjalan bak jalan sinetron yang episodenya sampai ribuan. Hingga suatu saat ibu saya memasuki usia pensiun, sementara saya memasuki dunia kerja. Pada titik ini, persepsi saya tentang sinetron berbalik 180 derajat!

Kok begitu? Ya iya lah, karena sekarang saya lagi ketagihan nonton sinetron Ikatan Cinta. Ibu saya yang dulu selalu amit-amit sama sinetron Indonesia pun kini tak pernah lupa nonton Andin dan Aldebaran.

Saya nggak bakal memengaruhi siapapun buat suka sama sinetron. Saya cuma mau bilang, berdasarkan evolusi persepsi (ehem) yang saya lakukan, perkara nonton sinetron atau nggak itu nggak ada urusannya dengan kekerenan. Saya merasa bodoh sekali karena dulu mengira bahwa nggak nonton sinetron itu sebuah prestasi.

Biar lebih jelas, izinkan saya memaparkan 3 poin yang mendasari pendirian super idealis tersebut di bawah ini.

#1 Terlalu mudah dilakukan

Merasa keren lantaran juara kelas? Mantap! Merasa keren lantaran aktif di organisasi? Boleh juga.

Merasa keren memang hak setiap orang. Nggak ada hukum yang mengatur soal perasaan diri yang cool kok. Namun, apa jadinya kalau kita merasa keren hanya dengan melakukan sesuatu yang sangat mudah?

Ogah nonton sinetron Indonesia bukanlah sesuatu yang bisa sangat dibanggakan. Kamu bakalan kelihatan lucu kalau mengaku diri intelektual, terpelajar, dan nggak norak hanya dengan nggak nonton sinetron. Lah wong cuma nggak menghabiskan beberapa jam di malam hari nonton TV kok. Apa sih susahnya?

Memang sih kalau sinetronnya jelek dan kamu memutuskan untuk nggak nonton berarti kamu punya selera hiburan yang bagus. Tapi nggak semua sinetron Indonesia bisa digebyah uyah sama jeleknya. Saya kira Preman Pensiun merupakan salah satu contoh sinetron yang nggak klise dan juga lucu. Begitu pula dengan Ikatan Cinta yang belakangan ini lagi hits banget.

#2 Kamu punya privilese dibanding yang cuma bisa nonton sinetron

Seperti yang pernah saya tulis di artikel sebelumnya, beberapa orang nggak punya pilihan hiburan selain sinetron. Mereka mungkin nggak bisa mengakses YouTube karena tinggal di pelosok, atau mungkin mereka nggak punya cukup uang untuk buang-buang kuota nonton vlog yang seru dan edukatif seperti tontonanmu itu. Di hadapan mereka yang nggak punya privilese seperti ini, membanggakan diri nggak nonton sinetron terasa sangat arogan.

Hayo, apa kamu tega ngatain penyuka sinetron yang tinggal di tempat 3T (terpelosok, terluar, tertinggal) sebagai orang kampungan? Padahal, punya TV dan bisa menonton tayangan dari Jakarta saja buat mereka sudah merupakan suatu bentuk kemewahan loh.

Jahat sekali bila kita berperilaku arogan dengan menyamaratakan bahwa semua pencinta sinetron itu bodoh. Padahal banyak dari mereka nggak punya pilihan.

#3 Bukan sebuah prestasi

Sekali lagi, merasa keren karena juara kelas atau aktif di organisasi sih boleh saja. Sebab, selain butuh perjuangan, hal-hal tersebut bisa dibilang adalah prestasi. Nanti ketika lulus kuliah, prestasi-prestasi itu bisa bikin CV kita makin menjanjikan di hadapan HRD.

Lah kalau cuma nggak suka nonton sinetron? Prestasi macam apa itu? Mau ditulis di CV pun, kesannya edgy. Mau dibanggain di depan calon mertua? Nanti malah gagal diterima sebagai menantu.

Jadi, setop merasa keren hanya karena dirimu nggak suka sinetron. Ada banyak cara lain untuk menjadi keren yang lebih valid dan berfaedah. Nggak mainan smartphone misalnya. Sehari saja nggak pegang smartphone merupakan sebuah kekerenan valid bagi manusia zaman now. Bisa?

BACA JUGA 5 Alasan Penonton Sinetron Adalah Kelompok Marjinal yang Perlu Dibantu dan tulisan Ningsih lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version