Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Nyorog: Tradisi Masyarakat Betawi Jelang Ramadan yang Bikin Mertua Tambah Sayang

Suzan Lesmana oleh Suzan Lesmana
26 Maret 2022
A A
Nyorog: Tradisi Masyarakat Betawi Jelang Ramadan yang Bikin Mertua Tambah Sayang

Nyorog: Tradisi Masyarakat Betawi Jelang Ramadan yang Bikin Mertua Tambah Sayang (Eti Supriati B via Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Tradisi Nyorog dilakukan sebagai tanda penghormatan oleh mereka yang masih muda atau pengantin baru yang mulai terpisah dari orang tuanya

Tak terasa, sebentar lagi kita akan memasuki bulan puasa atau bulan Ramadan. Kesibukan masyarakat muslim di berbagai kota dan desa sudah terlihat di sana sini—bersliweran pergi menziarahi kubur keluarganya, orang-orang saleh, atau waliyullah di berbagai pelosok negeri.

Begitu pula masyarakat Betawi, yang sudah sejak Nisfu Sya’ban atau 15 Sya’ban lalu (bertepatan tanggal 17 Maret 2022 waktu Maghrib), sudah melakukan ziarah kubur dan memulai pengajian Rowahan. Sebuah pengajian yang menjadi tanda akan memasuki bulan Ramadan, di mana orang-orang membaca Surat Yasin, tahlil, dan mengirim doa kepada para arwah orang-orang yang sudah wafat. Baik orang tua, sanak saudara, guru-guru hingga Nabi Muhammad SAW.

Mengaji (Pixabay.com)

Selain itu ada sebuah tradisi yang sepertinya mulai jarang terdengar karena sudah tak banyak lagi dilakukan di Kota Jakarta, yakni tradisi Nyorog. Padahal tradisi Nyorog ini bagi masyarakat Betawi mempunyai makna simbolis bahwa bulan Ramadan sudah di depan mata. Kalau di daerah-daerah Jawa Barat tradisi ini disebut munggahan.

Keluarga saya sendiri masih melakukan tradisi Nyorog ini meski sudah tinggal di luar Jakarta. Sementara mertua saya pun sudah pindah dari Jakarta ke Bekasi karena rumahnya pas kena proyek pembangunan jalan tol. Itulah makanya tradisi Nyorog menjadi signifikan mengikat tali silaturahmi antar keluarga yang berjauhan rumahnya. Terutama para menantu. Bikin mertua tambah sayang. Uhuks.

Pada dasarnya, tradisi Nyorog dilakukan sebagai tanda penghormatan oleh mereka yang masih muda atau pengantin baru yang mulai terpisah dari orang tuanya. Mereka akan mengantarkan bingkisan atau antaran kepada sanak saudara yang lebih tua. Mulai dari engkong dan nyai (kakek dan nenek), enyak dan babe (ibu dan bapak), enyak dan babe mertua (ibu dan bapak mertua), encang dan encing (paman dan bibi), mpok dan abang (kakak perempuan dan kakak lelaki) yang sudah tinggal berbeda rumah. Termasuk pula guru-guru agama dan alim ulama panutan serta sesepuh daerah setempat. Antaran dimasukkan dalam rantang susun atau wadah tupperware model kekinian.

Tupperware (Ahmad Nazrol bin Mohamed via Shutterstock.com)

Entah mulai kapan tradisi Nyorog ini bermula. Ada yang memperkirakan mulai tahun 1800-an seperti dicontohkan para wali penyebar agama Islam sebagai bentuk adab dan hormat kepada orang yang lebih tua. Kita pahami bahwa masyarakat Betawi memang sangat dekat para habaib dan alim ulama hingga tradisi Nyorog menjadi salah satu bagian dalam tradisi masyarakat Betawi.

Sesungguhnya tradisi Nyorog tak harus menjelang Ramadan saja, karena masyarakat Betawi pun mengirimkan antaran sorogan jelang Lebaran Idul Fitri. Pun sorogan ini masuk dalam seserahan lamaran dan pernikahan pengantin lelaki Betawi. Yang membedakan paling isi antarannya. Tentu saja disesuaikan dengan maksud dan tujuan serta momentum. Misalnya kalau sorogan pernikahan tentu saja tak lengkap jika tak ada roti buaya.

Baca Juga:

Warak Ngendog, Mainan “Aneh” di Pasar Malam Semarang yang Ternyata Punya Filosofi Mendalam

Preman Pensiun 9 Sebaik-baiknya Sinetron Ramadan, Bikin Saya Nonton TV Lagi 

Lantas apa saja sebenarnya yang menjadi antaran dalam tradisi Nyorog ini, khususnya saat momentum jelang bulan Ramadan. Siapa tahu pembaca ada yang mempunyai pasangan dari Betawi, supaya makin dicinta sama mertuanya. Berikut saya buka isi rantang antarannya. Cekidot, Ngab.

Antaran dalam tradisi Nyorog dapat berupa bahan mentah maupun bahan matang. Kalau bahan mentah biasanya adalah sembilan bahan pokok yang biasa dikonsumsi sehari-hari. Seperti beras, telur, gula, garam, teh, susu, kopi, minyak goreng, sirup, ikan bandeng, dan daging kerbau yang menjadi ciri khas antaran. Namun, bisa juga makanan matang seperti semur daging kerbau, sayur godog, sayur/ketupat babanci, gabus pucung, tape uli, dan banyak lagi kuliner khas Betawi lainnya.

ngasak beras nasi liwet tradisi ngaliwet sunda mojok
Beras (Pixabay.com)

Ada yang khas lainnya dalam antaran selain daging kerbau, yakni gabus pucung. Ini adalah masakan khas Betawi. Meski namanya pucung, maksudnya bukan berarti ikan gabus yang dibungkus kain mori bisa lompat-lompat. Eh, maaf itu pocong di film, ya, wqwqwq.

Balik lagi ke gabus pucung. Jadi, gabus pucung adalah ikan gabus yang dimasak dengan memanfaatkan berbagai bumbu dapur seperti cabai, jahe, kunyit, dan bumbu-bumbu rempah lainnya, khususnya kluwek yang tak boleh ketinggalan. Mengapa? Karena kluwek inilah yang membuat gabus pucung menjadi hitam seperti rawon. Meski hitam, lezatnya bakal bikin kalian ketagihan, Bestie.

Di awal tulisan saya sempat menyinggung bahwa tradisi Nyorog sudah jarang terdengar di kota Jakarta, ya. Penyebabnya bisa jadi karena faktor ekonomi masyarakat Betawi yang muda-muda tersebut. Kondisi ekonomi pengantin baru yang biasanya masih belum stabil dan masih berjuang dari nol membuat mereka belum bisa melaksanakan tradisi Nyorog. Sehingga belum dapat mengirimkan antaran kepada sanak saudara lainnya yang lebih tua.

Di sisi lain, etnis Betawi juga sudah banyak pindah ke luar Jakarta. Contohnya ibu mertua saya sendiri yang pindah ke Bekasi. Saudara lainnya ada yang pindah ke Tambun, Cikarang, Tangerang, Karawang, Cimanggis, Depok, Cibinong, Bogor, dan sekitarnya. Akibatnya seiring waktu, tradisi Nyorog makin lama makin jarang terdengar di Kota Jakarta.

Ya, mudah-mudahan masyarakat Betawi yang sudah hijrah ke luar Jakarta tetap konsisten melaksanakan tradisi turun temurun ini. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau nggak sekarang, ya kapan lagi, mumpung belum masuk Ramadan. Nggak harus ngasih antaran yang mahal, yang penting silaturahmi bisa jalan terus. Lihat kita datang saja, orang tua sudah senang. Apalagi ada tentengan alias antaran, hehehe.

Kalau nggak sempat ngasih antaran sebelum Ramadan, ya sempatkan jelang Lebaran. Apalagi Lebaran tahun ini Presiden Jokowi membolehkan mudik. Jadi sudah nggak ada alasan lagi nggak nengok sanak saudara di kampung bawa antaran. Eh, bentar-bentar. Klo balik ke Bekasi dari Bogor namanya mudik, bukan ya, meski bukan kampung sendiri? Anggap saja, ya, mudik. Hiks~

Penulis: Suzan Lesmana
Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 Maret 2022 oleh

Tags: betawinyorogRamadan
Suzan Lesmana

Suzan Lesmana

Seorang MC yang suka menulis sejak pandemi

ArtikelTerkait

Sejarah Pantun Betawi dan Aturan Membuatnya

Sejarah Pantun Betawi dan Aturan Membuatnya

7 Februari 2022
Dilema Orang Bogor: Terlalu Betawi untuk Disebut Sunda

Dilema Orang Bogor: Terlalu Betawi untuk Disebut Sunda

27 Juni 2024
Haddad Alwi dan Sulis Tetap di Hati, Meski Lagu dan Album Religi Saban Ramadan Silih Berganti. #TakjilanTerminal27 terminal mojok.co

Haddad Alwi dan Sulis Tetap di Hati, Meski Lagu dan Album Religi Saban Ramadan Silih Berganti. #TakjilanTerminal27

26 April 2021
Resep Bukaan Puasa bagi yang Bosan sama Gorengan Itu-itu Aja

Resep Bukaan Puasa bagi yang Bosan sama Gorengan Itu-itu Aja

24 April 2020
Culture Shock Orang Jawa Makan Soto Betawi, Soto yang Kuahnya Pakai Susu

Culture Shock Orang Jawa Makan Soto Betawi, Soto yang Kuahnya Pakai Susu

31 Agustus 2023
4 Alasan Saya Nggak Kangen Bukber Sama Sekali Tidak Ada Ajakan Buka Bersama Hari Ini bukber ramadan

Tidak Ada Ajakan Buka Bersama Hari Ini

6 Mei 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.