Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Serial

Nunggu Pasien Operasi Ternyata Nggak Sedramatis Adegan di Hospital Playlist

Leni Martiani oleh Leni Martiani
30 September 2021
A A
Nunggu Pasien Operasi Ternyata Nggak Sedramatis Adegan di Hospital Playlist terminal mojok.co

Nunggu Pasien Operasi Ternyata Nggak Sedramatis Adegan di Hospital Playlist terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Bagi penggemar drama Korea Hospital Playlist, tentu familiar dengan adegan-adegan yang biasa terjadi di rumah sakit. Mulai dari adegan konsultasi dokter, tindakan medis di ruang UGD, bangsal, hingga kamar bedah. Selain menampilkan pengetahuan kedokteran yang memberi wawasan baru untuk penonton awam seperti saya, daya tarik lain Hospital Playlist terletak pada drama yang terjadi antar pelakon di dalamnya.

Konflik antara pasien dengan keluarga pasien, pasien dengan paramedis, serta persahabatan dan percintaan antar paramedis terlihat begitu dramatis. Bagi saya yang jarang sekali ke rumah sakit, adegan demi adegan yang ditampilkan Hospital Playlist jadi pembelajaran baru. Namun, benarkah yang terjadi dunia nyata sedramatis itu?

Tak disangka, minggu lalu saya harus membuktikannya karena menemani suami operasi HNP (operasi syaraf terjepit). Ini merupakan pengalaman pertama saya menunggu pasien operasi. Parahnya, saya harus melaluinya seorang diri karena rumah sakit membatasi penunggu pasien selama pandemi. Tak ada yang bisa saya ajak berdiskusi. Mulai awal check in pikiran saya sudah melayang. Saya mulai menerka-nerka adegan yang mungkin terjadi berdasarkan drama yang favorit saya tersebut.

Panggilan lembut perawat diikuti derit kursi roda terdengar mendekat dari pintu kamar bangsal. Seperti dalam adegan-adegan drama, pasien lalu didorong dalam kursi roda menuju ruang operasi. Setelah memastikan semua barang-barang berharga seperti dompet dan telepon genggam masuk ke dalam tas, tak lupa saya selipkan satu kotak kecil tisu ke dalamnya. Pasalnya, dalam banyak adegan drama di depan ruang operasi, keberadaan tisu jadi esensial. Pikir saya, lebih baik bersiap untuk semua kemungkinan.

Saya mendengar bahwa tindakan pembedahan selalu memiliki risiko kematian, meski sekecil apa pun. Di Hospital Playlist, para pemeran utama digambarkan sebagai profesor yang mumpuni sehingga operasi hampir selalu sukses. Namun, hampir selalu ada adegan dramatis penunggu pasien yang menangis, apa pun hasil operasinya.

Sedikit tergopoh saya berusaha mengikuti laju kursi roda yang didorong di depan saya. Meski sebelumnya perawat menjelaskan bahwa operasi akan dilakukan di gedung sebelah, tak saya sangka kami harus melewati lorong yang cukup panjang. Perawat yang menjemput pasien terlihat cukup kepayahan mendorong kursi roda di akhir lorong yang menanjak meski dorongannya telah didahului ancang-ancang. Tak ada adegan semacam ini di Hospital Playlist.

Setelah naik lift dan sampai di depan ruang operasi, perawat mempersilakan saya berpamitan dengan suami. Seharusnya, saya menyiapkan kata-kata manis atau penyemangat. Biasanya, di dalam drama Korea, adegan perpisahan semacam ini jadi momen yang mengharu biru. Namun, yang terjadi di dunia nyata, kami jadi hening dan saling tatap dengan awkward. Saya hanya bilang dengan lirih dan tak meyakinkan, “It is ok, biar cepat sembuh.” Sungguh tidak dramatis.

Setelah suami masuk ruang operasi, perawat mengarahkan saya menuju ruang tunggu yang berada di sisi lain ruangan. Ruang tunggu di drama biasanya identik dengan adegan keluarga pasien yang berjalan modar-mandir dengan gelisah tak karuan atau duduk terisak. Sementara saya, malah mengamati sekeliling ruang tunggu operasi tersebut.

Saya juga baru sadar kalau di kamar operasi tersebut diperuntukkan lebih dari satu pasien. Padahal, di drama yang biasanya saya tonton, satu pintu operasi hanya untuk satu pasien. Dan hanya keluarga dari satu pasien saja yang menunggu di depannya. Lha ini, ada tiga orang lain yang duduk di deretan kursi ruang tunggu.

Apalagi, saya juga tidak berkesempatan bertemu dengan dokter yang menangani suami. Kalau di Hospital Playlist, sih, biasanya dokter akan masuk lewat pintu utama ruang operasi dan menyempatkan diri menemui keluarga pasien sebelum operasi dilakukan. Ini, kok, saya nggak ditemuin dulu, sih? Dan hal ini juga tidak dilakukan oleh dokter setelah proses operasi itu selesai. Tidak ada kalimat dari dokter kayak di sinetron Indonesia, “Kami sudah berusaha keras!”

Setelah lebih dari 3 jam menunggu, seorang petugas menyebut nama suami saya. Di bayangan saya, ia akan mengantarkan saya ke depan ruang ICU tempat pasien diobservasi pascaoperasi. Lalu, saya akan melihat pasien tak sadarkan diri dari balik kaca seperti di drama-drama.

Namun, yang terjadi, pasien yang saya tunggu datang dengan kesadaran penuh ditemani dua orang perawat. Tidak ada dokter yang keluar dari ruangan untuk menjelaskan hasil tindakan. Tak ada adegan menunggu di depan ruang kaca ICU. Dan tak ada adegan saya mengeluarkan tisu dari dalam tas saya.

Menonton drama dengan setting medis memang memberi banyak pengetahuan dasar tentang beberapa tindakan medis yang dilakukan di rumah sakit. Namun, ternyata efek lainnya adalah membentuk pola pikir yang dramatis dan kadang kurang realistis.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 September 2021 oleh

Tags: hospital playlistoperasirumah sakit
Leni Martiani

Leni Martiani

Karyawan swasta, tinggal di Depok.

ArtikelTerkait

Mematahkan Stigma Negatif Soal Perempuan Lewat Chae Song Hwa dan 3 Tokoh Wanita Lain dalam Hospital Playlist terminal mojok

Chae Song Hwa dan 3 Tokoh Wanita Lain di Hospital Playlist Patahkan Stigma Soal Perempuan

21 September 2021
Malas Tes Kesehatan dengan Alasan Takut Ketahuan Penyakitnya Adalah Logika Sesat

Malas Tes Kesehatan dengan Alasan Takut Ketahuan Penyakitnya Adalah Logika Sesat

21 Mei 2024
Hal yang Perlu Saya Kritisi terhadap Setting Rumah Sakit di Sinetron atau FTV terminal mojok.co

Hal yang Perlu Saya Kritisi terhadap Setting Rumah Sakit di Sinetron atau FTV

2 Februari 2021
beragam profesi di rumah sakit mojok

Beragam Profesi di Rumah Sakit selain Dokter dan Perawat yang Perlu Diketahui

15 November 2020
Gaya Parenting Mama Rosa dalam Drama Hospital Playlist Layak Ditiru Orang Tua Zaman Now terminal mojok

Gaya Parenting Mama Rosa Hospital Playlist Memang Layak Diteladani Orang Tua Zaman Now

25 Juli 2021
hospital playlist MOJOK.CO

Hospital Playlist: Belajar Mencintai Diri Sendiri dan Orang Lain

18 Juli 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Emak-emak Cikarang Memenuhi dan Jadi Raja KRL Tujuan Tanah Abang jawa timur

KRL Jabodetabek Bikin Iri Pekerja yang PP Jombang-Surabaya Naik Commuter Line Dhoho Setiap Hari

10 Juli 2025
Kampus Makin Pelit Kasih Uang Saku ke Mahasiswa KKN, padahal Biaya KKN Nggak Murah

Kampus Makin Pelit Kasih Uang Saku ke Mahasiswa KKN, padahal Biaya KKN Nggak Murah

9 Juli 2025
Sinar Jaya Nggak Aman, Safari Dharma Raya Lebih Adem (Foto milik: Muhammad Robith Faizi)

Sinar Jaya Terkenal Cepat Tapi Terasa Tidak Aman, sedangkan Safari Dharma Raya Lebih Lambat tapi Paling Adem di Jalan

7 Juli 2025
4 Oleh-oleh Semarang yang Jarang Dilirik Wisatawan padahal Sangat Layak Jadi Buah Tangan Mojok.co

4 Oleh-oleh Semarang yang Jarang Dilirik Wisatawan padahal Sangat Layak Jadi Buah Tangan

10 Juli 2025
Derita Mahasiswa ITS, Harus Berkali-kali Menjelaskan Kampusnya Bukan Institut Teknologi Surabaya! Mojok.co

Derita Mahasiswa ITS, Harus Berkali-kali Menjelaskan Kampusnya Bukan “Institut Teknologi Surabaya”!

8 Juli 2025
Benang Layangan Melintang di Jalan, Bahaya Mematikan yang Tak Terlihat dan Sayangnya Kerap Diabaikan Mojok.co

Benang Layangan Melintang di Jalan, Bahaya Mematikan yang Tak Terlihat dan Sayangnya Kerap Diabaikan

12 Juli 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=ek8g_0FrLQM

DARI MOJOK

  • Begini Penderitaan Saya Tertipu Polisi Gadungan Jelang KKN: Baru Mau Berangkat Dijadikan Tersangka Pencucian Uang dan Ikut “Sidang PPATK” via Aplikasi Zoom
  • Dosa Besar Pedagang Soto Adalah Merusak Kesegaran Kuah Demi Mempertebal Margin Keuntungan 
  • Iseng Jadi Pengamen Liar di Jogja: Sehari Dapat Cuan Menggiurkan, Tolong Saya saat Luntang-lantung karena Puluhan Kali Gagal Kerja
  • Warga Desa Sebenarnya Kasihan dengan Mahasiswa KKN: Duit Tipis, Hidup Susah, tapi Dituntut untuk “Mengentaskan Kemiskinan”
  • Tiga Tahun Jadi “Calo” Tiket Konser demi Bayar UKT di UNY, Modal Orang Dalam dan Sasar Penonton Kepepet
  • Repotnya KKN sama Mahasiswa Kupu-kupu Tak Paham Organisasi: Bingung Mau Ngapain, Jadi Nggak Guna hingga “Diusir” Warga

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.