• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
Home Pojok Tubir

Jas Merah, Baju Putih, dan Romantisisasi Kengerian PKI

Suwatno oleh Suwatno
30 September 2021
0
A A
PKI Oktober 65 mojok

PKI Oktober 65 mojok

Share on FacebookShare on Twitter

“Maka, yang dibutuhkan adalah semacam buku babon, Kin, tentang apa yang terjadi sebelum dan sesudah Oktober ’65.” Bisik Cak Narto.

Malam ini para pemuda melakukan semacam syukuran di halaman rumah Dhe Kosim, mantan Jagabaya desa yang juga mantan pemain voli kenamaan. Syukuran itu untuk merayakan kemenangan tim bola voli karang taruna kampung pada pertandingan yang diadakan di lapangan belakang Koramil sore tadi. Setelah semua meninggalkan tempat, tinggal Solikin dan Cak Narto yang tersisa di sana.

“Buku tentang itu sudah banyak, Cak. Dari sejarawan lokal seperti Asvi Warman Adam, Nugroho Notosusanto dan Hilmar Farid, sampai yang internasional macam Ben Anderson, John Roosa, dan Rex Mortimer.” Suara Solikin tak kalah lirih.

“Terus?”


“Ya, ngapain kita nyusun buku baru dari sesuatu yang sudah gamblang seperti itu? Apalagi, Cak, kalau yang bikin buku itu pemerintah, nanti narasinya akan didominasi dan disetir oleh mereka. Dan fakta-fakta akan dikaburkan lagi, seperti di buku pelajaran sejarah Orde Baru itu.” 

“Iya, aku tahu, Kin. Tapi gini, bahwa penumpasan anggota PKI dan orang-orang yang yang dituduh sebagai anggota PKI itu terjadi begitu masif, aku setuju. Dan sudah sepatutnya kita mengutuknya. Tetapi, apa yang terjadi pra-65 juga harus dibuka selebar-lebarnya. Dibedah dan dianalisis bersama, sehingga menjadi terang benderang apa yang melatarbelakangi tragedi kemanusiaan itu. Apa yang membuat sesama rakyat dengan mudah saling bunuh.” 

“Propaganda, Cak. Apalagi, coba?” Lempang suara Solikin.

“Propaganda jelas berperan, Kin. Tapi, kan tidak mungkin serta merta membuat apinya membara begitu tinggi, jika sebelumnya tidak ada bara yang mendekam di dalam tumpukan sekam sejarah.”

“Menurut beberapa sejarawan, Cak, tragedi itu memang berkelindan dengan situasi Perang Dingin dan intrik di internal Angkatan Da…”

“Sik, sebentar, jangan ke arah sana dulu…” Cak Narto memotong, “…yang banyak diabaikan adalah fakta bagaimana pola agitasi PKI di tahun-tahun sebelum meletusnya tragedi itu, Kin. Betapa arogan dan serampangannya narasi-narasi PKI di sini, di desa-desa begini…” 

“…itu yang membuat perdebatan tentang ‘65 menjadi mandeg dan tidak pernah klir. Padahal, jika permasalahannya ditelaah lebih detil, jelas akan ketemu alasan kenapa sampai ada sesama saudara sampai tega membunuh hanya karena berbeda pandangan. Apalagi cuma pandangan politik. Menurutmu orang-orang di desa begini apa peduli tentang politik praktis dan situasi internasionalnya?” Cak Narto mulai beretorika.

“Emmm… oportunisme, Cak, dari segelintir orang dan beberapa Jenderal Angkatan Da…”

“Lho, iya…” Cak Narto memotong lagi, “…propaganda, oportunisme dan dendam yang melatari tragedi itu memang nyata adanya, Kin. Tapi gini, balik lagi, ya, bahwa semua itu tidak akan bekerja semengerikan itu kalau tidak ada pemicu-pemicunya. Yang sudah sejak lama tertanam di tataran bawah.”

Solikin bergeming, hanya tangannya yang sibuk mengeluarkan biji kedelai rebus dari kulitnya. Suara kentut mereka berdua sesekali terdengar bersahutan.

“Tapi menurutku, Cak, negara tetap berutang maaf kepada korban tragedi ’65 dan tertuduh simpatisan PKI. Juga kepada keluarga mereka yang harus menanggung beban stigma yang berbuah kesulitan-kesulitan hidup setelahnya…” Solikin menatap kosong ke arah langit malam.

“Jelas itu, Kin. Aku setuju. Agar tidak terjadi repetisi narasi berita tiap tahun menjelang bulan Oktober. Juga agar isu seperti ini tidak lagi digunakan sebagai anak tangga kepopuleran para politisi tengik.” Timpal Cak Narto.

“Repetisi yang mana, Cak?”

“Lho itu tadi, tho… Pak Mantan Jenderal yang tadi kamu bilang sedang nggoreng isu komunisme ke publik. Tiap tahun kan selalu ada, tuh. Kalau tidak dari golongan kanan, ya pasti datang dari mantan jenderal yang sudah mulai nggak relevan di mata publik lagi.”


“Oooo…” Anggukan Solikin diiringi kepulan asap dari mulutnya, “…tapi kok ya ada ya, Cak, orang-orang yang tega menunggangi isu seperti ini untuk sebatas kepentingan popularitas politik?” 

“Ya karena mereka tidak punya kompetensi lain, Kin. Makanya mereka memilih jalan merawat romantisme ketakutan masa lalu. Harapannya dengan begitu dia akan dianggap tetap relevan keberadaannya di mata publik. Dianggap bisa berguna. Dan, itu adalah senista-nistanya manuver seorang figur publik.” Seperti tidak ingin mendengar tanggapan, Cak Narto melengos mengatakan kalimatnya.

“…agar generasi di masa depan tidak buta terhadap masa lalu memang kita harus mengingat petuah Bung Karno, Kin. Jas Merah: Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah…” 

Langit mulai mendung. Hujan akhir September bersiap menghajar desa. Mereka berdua berdiri.

“…tapi selain itu, Kin, kita juga butuh Baju Putih: Belajar, Maju, Pun Terlatih. Dengan cara rekonsiliasi bangsa yang bertujuan menyusun buku babon sejarah pra dan pasca ‘65. Yang ditulis secara adil dan rendah hati. Supaya sejarah itu dapat dipelajari oleh generasi di masa depan agar mereka tetap bergerak maju dan akhirnya terlatih mempersetankan pihak-pihak oportunis yang tiap tahun rutin menggoreng isu komunisme itu. Dan terlatih membaca arah bandul sejarah, bagaimana harus bersikap dan mengambil keputusan bersama.”

“…aishh, kalimat Sampean ngglambyar, Cak. Sampean emang nggak cocok jadi orator apalagi politisi.” Solikin terkekeh. 

Keduanya meninggalkan halaman rumah Dhe Kosim setelah membantu meringkasi piring, gelas, dan sampah-sampah.

***

Hujan yang reda menjelang subuh menyisakan kawanan kodok sawah yang bersahutan. Diiringi gemericik air dari selokan menuju sawah, mereka berdengkang seolah berdebat.

“Lima ratus ribu jiwa…” suara sumir kodok di ujung pematang.

“Dua juta nyawa…” balas yang lain.

“Disembelih…” suara lain dari tengah sawah.

“Diberondong peluru…” timpal yang lain.

“Nyawa-nyawa…jiwa-jiwa…angka-angka… perbincangan tak pernah bermakna. Para oportunis menjejalkan ketakutan, retorika, dan romantika. Entah sampai kapan akhirnya.” Dengkang lantang seekor kodok hijau yang terlihat putus asa.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 September 2021 oleh

Tags: 65komunisoktoberpki
Suwatno

Suwatno

Penulis adalah bapak (muda) dengan tiga orang anak. Tinggal di Palangka Raya.

Artikel Lainnya

Berbahayakah Kalau Anak PKI Bisa Jadi Tentara Terminal Mojok

Berbahayakah Kalau Anak PKI Bisa Jadi Tentara?

2 April 2022
Pengkhianatan G30S/PKI

Film Pengkhianatan G30S/PKI Memang Layak Diputar dan Ditonton Saban Tahun

30 September 2021
anti-kapitalisme buku kiri komunis oktober PKI Orba Lenin mojok

Saya Anti-kapitalisme, Bukan Orang Gila

14 Januari 2021
anti-kapitalisme buku kiri komunis oktober PKI Orba Lenin mojok

Kenapa Kita Butuh Membaca Buku Kiri?

2 November 2020
Komunisme Berubah Jadi Kapitalisme kalau Soal Mengiklankan Partai terminal mojok.co

Komunisme Berubah Jadi Kapitalisme kalau Soal Mengiklankan Partai

23 Oktober 2020
anti-kapitalisme buku kiri komunis oktober PKI Orba Lenin mojok

Nyatanya, Kita Tidak Lebih Baik daripada PKI

2 Oktober 2020
Pos Selanjutnya
Pengkhianatan G30S/PKI

Film Pengkhianatan G30S/PKI Memang Layak Diputar dan Ditonton Saban Tahun

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Ciumbuleuit Adalah Salah Satu Alasan Mengapa Bandung Harus Berhenti Diromantisasi Terminal Mojok

Ciumbuleuit Adalah Salah Satu Alasan Mengapa Bandung Harus Berhenti Diromantisasi

2 Juli 2022
5 Toko Lumpia Paling Enak di Semarang Terminal Mojok

5 Toko Lumpia Paling Enak di Semarang

29 Juni 2022
Dialek yang Perlu Dipelajari Kalau Merantau ke Kota Kudus Terminal Mojok

Bahasa Jawa Khas Orang Kudus yang Perlu Dipelajari Kalau Hendak Merantau ke Kota Kretek

2 Juli 2022
PKI Oktober 65 mojok

Jas Merah, Baju Putih, dan Romantisisasi Kengerian PKI

30 September 2021
Saran untuk Warga Jawa Tengah yang Daerahnya Mulai Diserbu Pabrik

Saran untuk Warga Jawa Tengah yang Daerahnya Mulai Diserbu Pabrik

28 Juni 2022
3 Perkara yang Bikin Saya Kesal Saat Mengantar Paket COD

3 Perkara yang Bikin Saya Kesal Saat Mengantar Paket COD

4 Juli 2022
Logika Pemerintah 4.0: Bikin Aplikasi Banyak, tapi Nggak Terawat

Logika Pemerintah 4.0: Bikin Aplikasi Banyak, tapi Nggak Terawat

28 Juni 2022

Dari MOJOK

  • ACT Bikin Geger! Petingginya Tilap Miliaran Dana Kemanusiaan, Kepercayaan Publik Berpotensi Koyak
    by Isidorus Rio Turangga Budi Satria on 4 Juli 2022
  • Deputi Baznas Sebut Global Zakat Milik ACT Tak Punya Izin
    by Hammam Izzuddin on 4 Juli 2022
  • Bentrok Antarkelompok di Babarsari, Sri Sultan Minta Polisi Tindak Keras Pelaku 
    by Yvesta Ayu on 4 Juli 2022
  • Masa Jabatan Sri Sultan HB X Habis, DPRD DIY Geber Pembentukan Pansus
    by Yvesta Ayu on 4 Juli 2022
  • Dwi Pertiwi: Legalkan Ganja untuk Medis Segera!
    by Redaksi Mojok on 4 Juli 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=zRFVjZ-vYH0

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In