Di Vietnam, orang-orang yang namanya Nguyen itu kena stigma problematik nggak sih?
Gara-gara Rizky Billar, semua orang yang awalan namanya “R” jadi kena getahnya. Lebih parah, yang punya nama Rizky. Saya pun kena. Taeeek.
Memang susah rasanya punya nama yang pasaran. Selain bikin kita mempertanyakan kreativitas orang tua, juga bikin orang tersebut kena getah atas perbuatan yang bahkan tak mereka lakukan. Bayangkan ketika kamu diberi nama Rizky, maksudnya agar dapat rezeki yang berlimpah, malah kena cap problematik.
“Kenalin, nama aku Rizky.”
“Duh skip, problematik”
Wo lha jindul.
Sepertinya, tren ini belum terlihat akan berakhir. Ya gimana, nama macam Raditya, Rizky, Rony, Rafi, gitu kan pasaran. Katakanlah, ada 40 juta orang bernama demikian, nggak menutup kemungkinan ada yang problematik dan ra tau adus.
Nah, saya jadi penasaran, kalau di Vietnam, orang yang bernama Nguyen itu apa kena cap yang sama?
Soalnya begini, Gaes, 40 persen penduduk Vietnam itu bernama Nguyen. Ini beneran. Mereka bahkan belum tentu bersaudara, kayaknya sih kebanyakan nggak. Apa mereka janjian? Kayaknya sih nggak.
Ada sejarahnya kenapa orang Vietnam bernama Nguyen, dan tentu saja ini tak berhubungan dengan kreativitas mereka. Tapi, ini semua bermula karena China, pengaruh aseng beneran ini.
Begini. China datang ke Vietnam, dan mereka membawa apa yang Vietnam nggak pedulikan sebelumnya: nama belakang. Bagi China, nama belakang ini penting, sebab untuk pencatatan dan pengaturan pajak.
Yang namanya barang baru kan ya, menarik dong ya, Vietnam langsung mengadopsi hal tersebut. Masalahnya, adopsi tersebut rasanya kepolen. Sebab, penguasa memaksa rakyat mengikutinya, sebagai tanda kepatuhan pada penguasa. Bukan FOMO. FOMO mah, situ dengerin lagu indie biar relevan di tongkrongan.
Jadi, pada saat itu, karena dinasti yang berkuasa adalah dinasti Nguyen, jadi ya semua orang ikutan ganti nama. Penguasa ganti, rakyatnya ikutan.
Jadi bayangin kalau ada penguasa yang punya nama susah, kayak, Xalxulus.
Tapi, kenapa nama Nguyen tetap lestari, meski penguasa sudah berganti berkali-kali?
Sebab, pada 1945, akhirnya metode itu nggak diadopsi lagi. Kebetulan, Dinasti Nguyen lah yang terakhir berkuasa. Jadi ya, akhirnya tetap ada dan berlipat ganda.
Selain itu, penyebabnya adalah… hobi bikin keturunan. Jadi, Gia Long, kaisar Dinasti Nguyen pertama punya 100 selir. S E R A T U S. Minh Mang, dinasti kedua, punya 142 anak. Itu dua orang aja, keturunannya bisa memenuhi Monaco.
Gara-gara tak ada lagi paksaan mengganti nama, dan mungkin udah nyaman, maka nama Nguyen tetap dipakai sampe sekarang. Definisi ada dan berlipat ganda banget ini.
Tapi, apakah mereka kena stigma problematik kayak di Indonesia?
Kalaupun iya, harusnya sih nggak valid karena nama tersebut cukup umum. Ya nama memang punya pengaruh ke sikap, tapi nggak signifikan. Coba bayangin kalau ada yang namain anaknya Legolas, apa ya kalian berharap anak tersebut main panah tiap hari? Tulung.
Ya kayak nama macam Rizky, Raditya, dan R-R yang lain. Harusnya nggak kena stigma. Nama adalah doa, tapi kadang doa kan nggak terkabul wqwqwq. Stigma itu jangan kalian jadikan pegangan hidup. Bayangin Nguyen yang baik, tidur jam 9, sregep ngibadah, eh, dikira fakboi.
Tapi Rizky Billar cen asu sih, jangan ditiru, Gaes. Kalau kalian namanya R dan punya sifat yang nggak baik, berubah sekarang. Belum terlambat. Jadi orang baik itu keharusan, alami, bukan pencapaian.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Nguyen dan Vietnam: Lestari karena Kekuasaan, Berlipat Ganda karena Keturunan