Membaca salah satu utas di Twitter, saya paham mengapa banyak orang takjub tentang kasus penis patah. Barangkali banyak yang berpikir, penis kan nggak bertulang, kok bisa patah? Sebab, memang sebutan ‘patah’ atau ‘fraktur’ dalam dunia medis seringnya diasosikan dengan tulang.
Seorang pria 44 tahun mengalami penis patah saat bercinta dengan posisi woman on top. Tim dokter dari RS Sanglah Bali melaporkannya di jurnal internasional. https://t.co/uJNKUTFRYb
— detikcom (@detikcom) July 9, 2022
Patah tulang wes biasa, lha kalau patah penis? Kok kayaknya nggak kebayang, ya? Kasus penis patah atau yang sering disebut fraktur penis ini ternyata memang beneran ada, lho. Meskipun literally nggak bertulang, bagian tubuh manusia yang satu ini punya struktur anatomi yang memungkinkan adanya fraktur.
Yuk, bapak-bapak dan mas-mas, coba kita pahami “barang keramat” yang amat berharga bagi kaum Adam ini.
Kalau kalian mengulik anatomi penis di mbah Google, kalian bakal mendapati struktur yang menyusun penis itu sendiri. Di dalam organ vital satu ini, ada banyak struktur penting. Struktur-struktur anatomi ini tentunya berkaitan dengan fungsi penis, yaitu berkemih dan bereproduksi.
Kalau kita zoom in pada penampang melintang, penis punya 3 struktur penting. Ada 2 corpus cavernosum, batang penis yang berisi banyak pembuluh darah. Struktur ini biasanya membesar ketika terjadi ereksi. Lalu di bawah corpus cavernosum tadi, ada 1 struktur bernama corpus spongiosum. Struktur ini juga berisikan pembuluh darah dan ditempati jalur uretra (saluran keluar urine saat berkemih dan semen saat ejakulasi).
Gimana? Udah puyeng belum? Lanjut, ya.
Nah, corpus spongiosum yang kaya akan pembuluh darah itu tadi dibungkus sama lapisan bernama tunika albuginea. Robekan pada tunika albuginea inilah yang membuat penis bisa patah.
Lha, tapi kok bisa robek albuginea-nya?
Jadi begini, Gaes, lapisan ini sebenarnya bisa melar mengikuti ukuran melebarnya penis saat ereksi. Lapisan ini bahkan bisa menahan tekanan sampai 1500 mmHg. Nah, kalau ada hal-hal yang menyebabkan tekanan dalam penis lebih dari itu, tunika albuginea bisa robek. Makanya fraktur penis sering terjadi saat dalam keadaan ereksi, entah saat sedang berhubungan seksual atau saat masturbasi.
Beberapa laporan kasus mencatat, fraktur penis saat berhubungan seksual sering terjadi dalam keadaan “woman on top”, persis kayak yang ada di utas Twitter di atas. Sebab, bisa saja penis mengenai tulang panggul wanita sehingga menambah tekanan pada batang itu sendiri.
Nggak beda dari tulang yang patah, penis yang patah juga bisa dilihat dan dirasakan, lho. Bagian tubuh satu ini bakal terasa nyeri secara tiba-tiba dan mendadak nggak bisa ereksi lagi. Terus kalau peka, bisa ada tuh bunyi “pop” atau “krek” yang menandakan robekan lapisan batangnya. Selain itu, lantaran banyak pembuluh darah, penis yang patah juga rentan bengkak berwarna kebiruan. Perdarahan dalam juga bisa kelihatan dari keluarnya air kencing berwarna merah.
Kalau kalian masih penasaran gimana bentuknya penis yang patah, coba tengok “eggplant deformity”. Yup, fraktur penis bikin bentukan organ vital ini jadi kayak terong. Pokoke bengkok gitu, lho. Kombinasi bengkak, nyeri, dan bengkok ini sudah bikin ngilu belum, Gaes?
Meskipun jadi kasus yang jarang ditemui, fraktur penis harus dapat penanganan segera dari tenaga medis profesional, lho, ya. Biasanya bakal ditangani dengan operasi yang sebaiknya dilakukan maksimal 24 jam setelah terjadinya fraktur buat menghindari komplikasi lain. Makanya, fraktur penis jadi salah satu kasus kegawatdaruratan dalam bidang urologi (perkemihan dan reproduksi).
Kalau nggak segera ditangani, bagian tubuh manusia satu ini bisa jadi bakal kehilangan fungsinya, lho. Pasti nggak mau dong kehilangan “masa depan”. Sementara kalau sudah ditangani, outcome setelah operasi juga bervariasi. Ada kok yang bisa kembali ke fungsi semula, baik dalam fungsi berkemih maupun reproduksi.
Wawasan tentang organ vital memang selalu menarik. Karena apa? Ya karena kita punya organnya, tapi masih terkesan tabu untuk didiskusikan. Padahal dengan memahami fungsi dan kelainan pada organ kelamin, justru memberi kita keuntungan tersendiri. Dengan mengetahui bagaimana proses terjadinya suatu kelainan/penyakit, kita jadi aware untuk mencegah terjadinya kelainan/penyakit tersebut. Kalau sudah kejadian, bisa cepat tanggap dan minta pertolongan ke fasilitas kesehatan terdekat.
Gimana, sekarang sudah percaya kan kalau penis bisa patah?
Penulis: Maria Monasias Nataliani
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Mengenang Mak Erot, Jadi Legenda berkat Toxic Masculinity.