Nyatanya, Nggak Semua Warga Surabaya Senang Berkunjung ke Pantai Kenjeran

Nyatanya, Nggak Semua Warga Surabaya Senang Berkunjung ke Pantai Kenjeran

Nyatanya, Nggak Semua Warga Surabaya Senang Berkunjung ke Pantai Kenjeran

Ngomongin soal tempat wisata alam yang indah dan mempesona nggak akan pernah relate dengan surabaya. Meskipun, Surabaya bukan kota tanpa wisata alam. Ada kok, tapi, yah begitulah. Dan tempat wisata alam yang saya maksud “begitulah” adalah Pantai Kenjeran.

Sebagai satu-satunya wisata alam di Surabaya, Pantai Kenjeran pasti akan menjadi pilihan utama warga Surabaya saat ingin menikmati suasana alam di kota sendiri. Apalagi pantai adalah wisata yang menggambarkan keindahan, ketenangan, angin sepoi, deburan ombak, halusnya pasir putih, dan urusan-urusan relaksasi lainnya. Benar saja, Pantai Kenjeran selalu menjadi pilihan wisata sebagian besar warga Surabaya. Terbukti, pantai itu selalu ramai saat akhir pekan atau hari libur.

Sayangnya, saya tak pernah menjadikan Pantai Kenjeran sebagai daftar tempat yang akan saya kunjungi untuk berlibur atau sekadar melepas penatnya kehidupan. Ada beberapa alasan pribadi saya yang mungkin bisa mewakili kalian juga.

Bayangan tentang pantai sirna

Kita selalu membayangkan pantai adalah tempat yang menyenangkan karena suasana atau pemandangannya. Pertemuan antara air laut yang biru, pasir putih yang halus, gugusan tebing lebih di sekitar pantai, pohon kelapa, angin sepoi, debur ombak, dan hal-hal lainnya membuat pantai menjadi objek wisata yang menyenangkan.

Tapi lain kisah dengan Pantai Kenjeran. Pemandangan yang kita saksikan di sana seolah tak memenuhi bayangan kita soal pantai. Bayangan soal air laut yang biru sirna, nyatanya malah sedikit keruh. Pasir putih atau setidaknya pasir pantai yang halus nyatanya hanya berupa hamparan lumpur. Semua bayangan indah soal pantai seolah sirna di Pantai Kenjeran.

Pantai Kenjeran terlalu pasar untuk disebut pantai

Selayaknya daerah wisata pada umumnya, perekonomian di Pantai Kenjeran juga turut ditopang dengan perdagangan hasil lautnya. Tentu, itu adalah hal yang sangat bagus. Tapi, saya merasa kalau suasana pantai ini jadi lebih terasa sebagai pasar ketimbang wisata pantai.

Hampir sepanjang jalan menuju pantai ini dipenuhi dengan kios-kios pedagang olahan hasil laut. Ada yang menjual berbagai macam kerupuk/keripik ikan, ikan asin, ikan asap, dan sebagainya. Bukan hanya di luar kawasan wisata pantai, bahkan di dalam kawasan wisata Pantai Kenjeran pun juga masih ditemui pedagang yang serupa.

Hal itu tentu membuat nuansa pantai sedikit berganti menjadi nuansa pasar. Alih-alih mendapat udara pantai yang terkenal khas dengan bau kesegaran air laut, kunjungan ke Pantai Kenjeran justru akan mempertemukan kita dengan aroma ikan asap dan ikan asin. Meskipun demikian, keberadaan pedagang-pedagang itu sangat menarik bagi wisatawan ibu-ibu yang hobi berbelanja.

Opsi kepepet wisata alam di Surabaya

Karena pilihan wisata alam di surabaya sangat terbatas, mengunjungi Pantai Kenjeran adalah opsi kepepet saja. Kalaupun harus berkunjung ke Pantai Kenjeran, saya pribadi juga tidak akan memasuki kawasan wisatanya, melainkan singgah sejenak di kawasan watu-watu di sepanjang bibir pantai. Dengan pemandangan Jembatan Suramadu dan suasana yang sedikit lebih damai, lokasi ini menjadi pilihan alternatif kalau memang harus berkunjung ke Pantai Kenjeran. Oh ya, seingat saya, lokasi ini pernah ditutup, saya kurang tahu juga kondisinya sekarang. Padahal, lokasi ini sebenarnya merupakan alternatif yang paling oke untuk menikmati Pantai Kenjeran ketimbang harus memasuki kawasan wisatanya.

Saya pikir, Pantai Kenjeran ini bisa lebih baik dan menarik jika ada keseriusan dari pihak pemerintah kota dan pengelola dalam mengembangkan potensi pantai ini. Meskipun pantai ini sangat kurang secara daya tarik alamiahnya, tapi saya yakin pasti ada hal lain yang dapat dikembangkan. Salah satunya dapat dijadikan wisata alam yang segmentasinya adalah keluarga dan lansia, tentunya dengan menyiapkan segala fasilitas yang mendukung. Jujur saja, wisata ini sangat kurang menarik untuk anak muda.

Penulis: Rahadi Siswoyo
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Hal yang Bikin Tinggal di Surabaya Itu Perlu Disyukuri

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version