Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Ngawi Serba Tanggung, Sering Dilewati Orang tapi Tidak untuk Disinggahi

Ayu Lestari Sipayung oleh Ayu Lestari Sipayung
28 Maret 2025
A A
Ngawi Serba Tanggung, Sering Dilewati Orang tapi Tidak untuk Disinggahi

Ngawi Serba Tanggung, Sering Dilewati Orang tapi Tidak untuk Disinggahi (YT Arty via Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Di antara gemerlapnya kota-kota besar di Jawa Timur, ada satu yang sering terlupakan. Bukan karena tidak penting, tapi karena terlalu sering dilewati. Terlalu berada di tengah-tengah. Terlalu tanggung untuk jadi destinasi, terlalu akrab untuk jadi misteri. Ya, Ngawi.

Nama Ngawi sering terdengar, tapi lebih sering hanya sebagai titik persinggahan dalam percakapan: “Kemarin sempat berhenti di SPBU Ngawi pas ke Surabaya,” atau “Lewat Ngawi tuh enak jalannya.” Tapi setelah itu? Lenyap. Tak banyak yang benar-benar menyempatkan diri untuk melihat kota ini lebih dari sekadar tempat transit.

Ngawi ini semacam kota yang selalu ada, tapi jarang dianggap ada. Seolah-olah ia hanya disisipkan di peta demi kerapihan tata letak Jawa Timur. Padahal kalau mau jujur, kota ini punya banyak hal yang layak dibicarakan, bukan sekadar dilewati.

Ngawi, kota yang serba tanggung

Ngawi berada dalam posisi geografis yang membuatnya seperti anak tengah dalam keluarga besar Jawa. Diapit oleh Solo di barat dan Madiun di timur, Ngawi serba tanggung. Mau disebut kota besar, ya belum. Dibilang desa, kok sudah terlalu ramai. Mau dibilang pusat ekonomi, ya belum sampai. Tapi dibilang nggak penting, kok jalur truk-truk ekspedisi raksasa tetap lewat sini setiap hari.

Kondisi ini membuat Ngawi seperti kawan lama yang sering kita temui di perempatan jalan, tapi tak pernah kita ajak ngobrol. Padahal kalau mau mampir barang sebentar, kota ini punya sisi lain yang tidak kalah menarik dari kota-kota tetangganya yang lebih sering jadi bahan konten reels atau vlog-vlog bertema hidden gem.

Alun-alun yang selalu hidup

Jantung kota Ngawi tetap berdetak di alun-alunnya. Bukan karena ada kafe kekinian atau wahana wisata dengan tiket mahal, tapi karena di sanalah warga bersilaturahmi. Tempat paling demokratis di kota ini. Semua kelas sosial campur aduk. Dari tukang cilok sampai pengendara moge, dari bocah SD sampai bapak-bapak bersarung, semua menyatu.

Tak perlu kopi seharga dua digit untuk menikmati malam. Cukup jagung bakar, segelas wedang jahe, dan obrolan ngalor-ngidul soal panen atau jalan rusak yang tak kunjung diperbaiki. Semuanya cair, santai, dan tak perlu kamera mirrorless untuk membuktikan bahwa suasana kota kecil juga bisa hangat.

Benteng yang diam-diam tua dan terlupa

Ngawi punya Benteng Van den Bosch, atau yang lebih akrab disebut Benteng Pendem. Bangunan peninggalan kolonial yang mestinya bisa jadi andalan pariwisata, tapi sampai sekarang masih belum terlalu diurus serius. Ia berdiri megah sekaligus muram, menjadi saksi bisu zaman penjajahan, sambil menunggu giliran jadi bahan konten sejarah di YouTube para travel vlogger.

Baca Juga:

3 Fakta Menarik tentang Kota Batu yang Jarang Dibicarakan Orang, Salah Satunya Pernah Terkenal dengan Perkebunan Kina

Sebagai Orang Surabaya, Saya Lebih Memilih Study Tour ke Malang ketimbang Jogja

Benteng ini punya aura klasik, cocok untuk pemotretan prewedding sampai sesi foto estetik ala vintage. Tapi yang datang ke sana masih kalah ramai dibanding warung angkringan depan alun-alun. Ironis? Ya. Tapi juga khas. Ngawi memang bukan kota yang suka menyodorkan dirinya di depan kamera. Ia lebih nyaman menjadi latar, bukan sorotan.

Ngawi dilewati, tapi tidak disinggahi

Fungsi utama Ngawi bagi banyak orang luar tampaknya adalah sebagai penanda waktu tempuh: “Kalau udah sampai Ngawi, berarti Surabaya udah deket.” Tapi kapan terakhir kali orang benar-benar berniat liburan ke Ngawi?

Padahal dari sudut pandang logistik, kota ini strategis luar biasa. Jalur nasional melintas, jalan tol menyambung, dan terminal bus masih berdenyut. Tapi tetap saja, jarang yang mau berhenti. Ngawi seperti halte yang baik hati. Memberi tempat untuk transit, tapi tak pernah diminta jadi tujuan.

Anak muda yang belajar bertahan

Di balik wajah tenangnya, Ngawi juga menyimpan realitas sosial yang tak kalah kompleks. Anak-anak mudanya tersebar ke berbagai kota besar untuk kuliah dan bekerja. Mereka pulang saat lebaran, membawa cerita tentang gaji UMR kota besar, lalu kembali lagi ke perantauan dengan motor matic dan koper besar.

Ngawi masih jadi tempat pulang, tapi belum sepenuhnya jadi tempat tinggal yang ideal. Lapangan kerja terbatas, ruang kreativitas masih sempit, dan fasilitas digital belum terlalu merata. Tapi bukan berarti anak-anak mudanya pasrah. Banyak yang mulai berani membangun bisnis lokal, membuat komunitas kecil, dan menciptakan ruang sendiri agar kota ini tak terus-menerus tertinggal.

Ngawi tak butuh sorotan, tapi layak diingat

Ngawi mungkin tidak viral. Tidak punya pusat perbelanjaan mewah, tidak punya wisata yang mendunia, dan belum punya bandara internasional. Tapi ia punya kehidupan yang jujur, punya tempo yang santai, dan punya masyarakat yang tidak neko-neko.

Kota ini tidak menawarkan mimpi-mimpi tinggi. Ia tidak menjanjikan kehidupan metropolitan, tapi justru menyuguhkan kehangatan sehari-hari yang mulai langka di kota besar. Ngawi bukan kota yang memamerkan diri, tapi juga bukan kota yang patut diremehkan.

Mungkin karena itulah ia tetap berdiri teguh. Menjadi simpul penting dalam jalur tengah Jawa, menjadi rumah bagi ribuan cerita kecil yang tidak pernah masuk berita, tapi nyata dan hidup setiap hari.

Ngawi, kota biasa yang tak pernah benar-benar biasa

Ngawi adalah kota yang sering terlupakan, tapi selalu ada. Ia seperti jeda di tengah lagu, seperti titik koma dalam paragraf panjang kehidupan Jawa Timur. Tidak mencolok, tapi penting. Tidak ramai, tapi berdenyut.

Dan mungkin, suatu saat nanti, ketika orang-orang sudah bosan dengan hiruk pikuk kota besar, mereka akan mencari tempat yang tenang. Tempat yang tidak memaksa untuk dikagumi, tapi perlahan membuat nyaman. Dan ketika itu terjadi, mungkin mereka akan sadar bahwa Ngawi, yang dulu hanya dianggap tempat lewat, ternyata pantas untuk disinggahi.

Penulis: Ayu Lestari Sipayung
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Ngawi Menyimpan Surga Dunia Bernama Kebun Teh Jamus.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 19 Mei 2025 oleh

Tags: jawa timurkabupaten ngawingawi
Ayu Lestari Sipayung

Ayu Lestari Sipayung

Menulis adalah hobi.

ArtikelTerkait

Bondowoso Tape, Kopi, dan Konser Dangdut di Tengah Sawah (Unsplash)

Bondowoso dalam 3 Rupa: Tape, Kopi, dan Konser Dangdut di Tengah Sawah

5 Desember 2024
Bus Sugeng Rahayu, Si Lumba-lumba Jalanan Andalan Warga Nganjuk Utara yang Merantau ke Surabaya

Bus Sugeng Rahayu, “Si Lumba-lumba Jalanan” Andalan Warga Nganjuk Utara yang Merantau ke Surabaya

24 November 2023
Ngawi Punya Surga Dunia Bernama Kebun Teh Jamus (Pexels)

Ngawi Menyimpan Surga Dunia Bernama Kebun Teh Jamus

26 Februari 2025
Malang Masa Kini Berpotensi Tidak Enak Ditinggali seperti Jakarta (Unsplash) hidup di malang

Malang Dulu Ramah untuk Tempat Tinggal tapi Kini Sudah Hampir Mirip Jakarta Berkat Kemacetan dan Parkir Liar yang Menjadi Penyakit

11 Mei 2025
Kabupaten Jember Harusnya Belajar dari Surabaya Soal Transportasi Umum, Bisa Jadi Solusi Kemacetan dan Promosi Pariwisata

Kabupaten Jember Harusnya Belajar dari Surabaya Soal Transportasi Umum, Bisa Jadi Solusi Kemacetan dan Promosi Pariwisata

17 Desember 2023
Tanpa Tol Ngawi, Perjalanan Warga Timur Jateng Bisa Jadi Mimpi Buruk

Tanpa Tol Ngawi, Perjalanan Warga Timur Jateng Bisa Jadi Mimpi Buruk

22 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Saya Sudah Menyerah Recook Resep Viral TikTok dan Instagram. Mending Beli, Jelas Lebih Murah dan Enak!

Saya Sudah Menyerah Recook Resep Viral TikTok dan Instagram. Mending Beli, Jelas Lebih Murah dan Enak!

6 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.