Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Ngasak, Kegiatan yang Paling Ditunggu-tunggu Ibu-ibu di Banyuwangi

Elisa Erni oleh Elisa Erni
31 Agustus 2021
A A
ngasak beras nasi liwet tradisi ngaliwet sunda mojok

Beras (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Selain para petani yang berbahagia, musim panen padi di daerah Banyuwangi juga membuat sebagian ibu-ibu turut berbahagia. Dua kali musim panen dalam satu tahun oleh para ibu-ibu dijadikan sebagai ajang mengumpulkan sedikit beras untuk membantu memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga. Jika dibilang “sedikit beras” rasanya kurang pas, karena perolehan para ibu-ibu di desa saya sungguh tak main-main, bahkan ada yang melebihi orang yang panen dan memiliki sawah sendiri. Di daerah Banyuwangi kegiatan tersebut sering disebut “ngasak”, yang artinya adalah mengambil sisa-sisa padi yang terdapat pada hasil pembuangan mesin perontok padi.

Jadi, tanaman padi yang telah dipanen dimasukkan ke dalam mesin perontok padi, mesin yang bunyinya cukup memekakkan telinga tersebut dijuluki dengan sebutan “dos”. Ketika dimasukkan dos, biji padi akan terpisah dengan batang serta daunnya. Akan tetapi, tidak semua biji padi bisa terpisah dengan sempurna di dalam mesin tersebut. Pasti akan selalu ada padi yang ikut terbuang bersama limbah batang dan daun padi. Entah karena mesinnya yang kurang optimal atau bagaimana, sampai saat ini saya juga kurang tahu.

Limbah tanaman padi itulah yang menjadi salah satu sumber kebahagiaan para ibu-ibu di musim panen. Mereka berbondong-bondong pergi ke sawah, tak peduli kaya atau miskin, punya sawah atau tak punya sawah, semua ingin memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mendapatkan padi secara gratis tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Jika para petani yang mengangkut tanaman padi tak terlalu jeli, biasanya akan ada tanaman padi yang tak ikut terangkut atau terjatuh saat akan ditumpuk untuk dimasukkan dos. Tanaman padi yang tak ikut terbawa ini biasa disebut “ulen-ulen”. Hal ini akan menjadi keuntungan kedua bagi para ibu-ibu. Mereka akan memungut tanaman padi tersebut dan dikumpulkan, yang nantinya akan dipisahkan dari batangnya saat sampai di rumah.

Dengan berbekal kantong padi dan lembaran glangsing untuk mewadahi limbah tanaman padi, ibu-ibu sudah bisa langsung terjun ke sawah dan mencari-cari petani yang tengah memanen padinya. Saking semangatnya, biasanya para ibu-ibu sudah tau dari mulut ke mulut sawah siapa yang akan panen padi pada esok hari, bahkan untuk hari keesokannya lagi. Dan dalam satu hari, tidak hanya satu sawah yang bisa panen, bisa dua, tiga, empat, bahkan lebih dari lima. Ibu-ibu yang punya tenaga super sudah otomatis bisa melibas habis seharian, bahkan sampai magrib pun dijabanin, berpindah-pindah dari satu sawah ke sawah yang lain, dan jaraknya pun tak jarang sangat berjauhan.

Ngasak sendiri juga bukan pekerjaan yang mudah. Para ibu-ibu yang datang ke sawah yang sedang dipanen biasanya akan duduk berjajar di sekitar mesin perontok padi, dan masing-masing dari mereka menggelar glangsing yang dibawanya. Kemudian ketika mesin mulai dinyalakan, para ibu-ibu bersiap-siap untuk menerima limbah tanaman padi yang dibagi-bagikan oleh petani yang bertugas di sekitar mesin perontok padi. Setiap ibu-ibu akan diberi bagian yang sama secara bergantian. Jika sudah diberi semua, akan diulangi lagi mulai dari orang yang pertama. Begitu seterusnya, sehingga pembagiannya cukup adil.

Segera setelah menerima limbah tanaman padi, ibu-ibu akan memisahkan limbah tanaman padi tersebut dengan biji padi yang masih tersisa, yaitu dengan cara diangkat, dijatuhkan secara perlahan. Padi-padi yang agak berat akan jatuh di atas glangsing terlebih dahulu, dan kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam kantong yang telah dibawa dari rumah. Begitu seterusnya, limbah-limbah yang terlihat masih ada biji padinya akan dipisahkan kembali sedikit demi sedikit.

Meski terlihat sepele, ibu saya bilang bahwa ngasak juga cukup menguras tenaga. Mengangkat limbah padi tinggi-tinggi, dan menjatuhkannya sedikit demi sedikit cukup membuat tangan pegal-pegal. Padi yang di dapat pun tidak semuanya padi sempurna, kadang banyak yang tidak ada isinya. Namanya juga limbah. Belum lagi ketika yang berpartisipasi untuk ngasak sangat banyak, limbahnya pun harus dibagi-bagi, dan otomatis biji padi yang didapat juga tak terlalu banyak. Bahkan ibu saya bilang, pernah ada 40 orang yang ngasak di satu tempat, luar biasa bukan? Jadi tak heran, ketika pandemi ini pernah ada gerombolan orang yang sedang ngasak dan dibubarkan oleh petugas keamanan desa, karena menimbulkan kerumunan.

Setelah padi hasil ngasak dikumpulkan di rumah, para ibu-ibu biasanya akan menjemur padi tersebut dan memisahkannya dari biji-biji yang tidak berisi beras. Dan jangan ditanya berapa perolehan padi para ibu-ibu tersebut. Untuk ibu-ibu yang punya energi bak Wonder Woman biasanya bisa mengikuti ngasak mulai dari awal musim panen hingga musim panen berakhir, dan itu biasanya bisa sampai satu bulan. Bahkan tetangga saya bisa memperoleh belasan karung padi. Meskipun belum dipisahkan dengan biji padi yang tak berisi, tetap saja perolehan tersebut bukanlah jumlah yang sedikit. Dan sudah tentu jumlah tersebut bisa digunakan untuk makan hingga musim panen berikutnya.

Baca Juga:

4 Kemungkinan Kenapa Banyuwangi Tidak Diajak Kerja Sama oleh Tiga Kabupaten Tetangganya

Pesanggaran, Kecamatan Paling Menyedihkan di Kabupaten Banyuwangi

Ibu saya sendiri yang tidak terlalu rutin berangkat ngasak bisa mendapatkan lima karung padi yang bersih dari “kapak” (padi yang tidak ada isinya). Itu adalah perolehan pada Maret, dan sampai sekarang padi itu masih tersisa dua karung. Yah, meskipun sekali dua kali ibu saya membeli beras, tapi perolehan dari ngasak sangat-sangat membantu. Jadi tak jarang kegiatan ngasak ini diikuti oleh berbagai orang yang datang dari desa lain, bahkan dari kecamatan lain di Banyuwangi.

Meskipun hasilnya tak seberapa dan tak menentu, ibu saya bilang bahwa kegiatan “ngasak” sangatlah menyenangkan. Beliau bisa berkumpul dan ngobrol bersama teman-temannya dan dapat bonus padi gratis pula. Dan bagaimanapun juga, padi-padi yang didapat tersebut, baik sedikit atau banyak, bisa digunakan untuk menyambung hidup.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 31 Agustus 2021 oleh

Tags: BanyuwangiBerasibu-ibumesin perontok padingasakpadipanen
Elisa Erni

Elisa Erni

Penulis puisi, esai, dan apapun.

ArtikelTerkait

Kesan Pertama Mencoba Beras SPHP dari Bulog: Lebih Baik dari Beras Indomaret

Kesan Pertama Mencoba Beras SPHP dari Bulog: Lebih Baik dari Beras Indomaret, Kalah dari Beraskita Premium

28 Juli 2023
4 Kecamatan Penghasil Kopi Terbaik di Banyuwangi

4 Kecamatan Penghasil Kopi Terbaik di Banyuwangi

18 Maret 2022
Sudah Saatnya Membangun Jalan Tol Hutan dari Situbondo Sampai Jember (Unsplash)

Sudah Saatnya Membangun Jalan Tol Hutan dari Situbondo Sampai Jember

17 April 2023
Mustahil Hidup Tentram di Lingkungan Pecinta Sound Horeg Banyuwangi (Pexels)

Mustahil Hidup Tentram di Lingkungan Pecinta Sound Horeg Banyuwangi

17 Maret 2025
Jalur Banyuwangi-Jember Dipenuhi 5 Kendaraan Ini, Hindari kalau Nggak Ingin Celaka

Jalur Banyuwangi-Jember Penuh 5 Kendaraan Ini, Hindari kalau Nggak Ingin Celaka

22 Januari 2025
Jangan Berwisata ke Pantai Pulau Merah Banyuwangi saat Libur Panjang, Cuma Bikin Kesal

Jangan Berwisata ke Pantai Pulau Merah Banyuwangi saat Libur Panjang, Cuma Bikin Kesal

31 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.