Tapi ya gitu, kadang Nganjuk bikin bosan
Meski tenang dan nyaman, bukan berarti hidup di Nganjuk selalu menyenangkan. Bagi anak-anak muda, terutama yang kreatif dan pengen berkembang di bidang seni, musik, atau teknologi, Nganjuk bisa terasa membosankan. Fasilitas hiburan terbatas. Tempat nongkrong itu-itu aja. Bioskop? Baru ada satu dan itu pun baru belakangan muncul.
Banyak anak muda Nganjuk yang akhirnya merantau ke Surabaya, Jogja, atau bahkan ke luar Jawa untuk mencari tantangan dan peluang yang lebih luas. Tapi lucunya, setelah capek dengan kerasnya kota besar, banyak dari mereka yang akhirnya balik lagi. Ya itu tadi. Nganjuk itu rumah.
Kuliner khas yang sederhana tapi ngangenin
Bicara kuliner, Nganjuk punya banyak makanan khas yang mungkin nggak sepopuler rawon atau soto lamongan. Namun, meski sederhana, tetap punya tempat di hati warganya.
Nasi Becek: mirip gulai kambing, tapi disajikan dengan nasi dan dilengkapi dengan kecambah serta bumbu rempah yang kuat.
Sego Bantingan: makanan murah meriah khas warung-warung pinggir jalan yang cocok untuk kantong pelajar.
Tepo Mbah Umiyat: makanan legendaris dari daerah Rejoso yang mulai naik daun di kalangan warga lokal.
Selain itu, jajanan pasar seperti lupis, cenil, dan klepon juga masih gampang ditemukan. Terutama di pasar-pasar tradisional.
Wisata yang diam-diam menarik
Meskipun bukan kota wisata utama, Nganjuk punya beberapa tempat yang bisa dijadikan pelarian singkat:
Air Terjun Sedudo: ini ikon wisata Nganjuk yang berada di kawasan perbukitan. Airnya dingin, pemandangannya asri, dan cocok buat menyendiri.
Candi Ngetos: peninggalan sejarah dari era Majapahit yang sering dilupakan, tapi punya nilai sejarah tinggi.
Bukit Salju Ngetos: bukan salju beneran, tapi pemandangan kabut pagi yang bikin suasananya seperti negeri di atas awan.
Embung Estetik di Sawahan: cocok buat healing, bawa bekal, duduk, dan lihat pemandangan.
Budaya dan tradisi lokal Nganjuk yang masih terjaga
Nganjuk juga masih menjaga beberapa tradisi lokal seperti tayuban, wayang kulit, dan kirab budaya. Ada juga tradisi bersih desa yang dirayakan setahun sekali, di mana warga ramai-ramai membuat tumpeng, sesajen, dan mengadakan hiburan rakyat.
Upacara-upacara adat seperti ini menunjukkan bahwa kabupaten ini bukan hanya tenang, tapi juga masih punya akar budaya yang kuat. Sesuatu yang sering dilupakan ketika kita sibuk mengejar modernitas.
Anak muda dan geliat kreativitas
Walaupun fasilitas terbatas, anak-anak muda Nganjuk nggak kehabisan akal. Banyak dari mereka yang mulai membangun komunitas. Misalnya, komunitas film indie, musik, fotografi, hingga UMKM kreatif.
Media sosial jadi jembatan buat menyalurkan karya ke luar daerah. Ada juga yang mulai membuat konten khas Nganjuk di TikTok dan Instagram, membuktikan bahwa Nganjuk juga bisa gaul.
Mereka yang dulu merasa bosan, mulai menemukan cara untuk mencintai tanah kelahirannya dengan cara yang berbeda. Bukan dengan pergi, tapi dengan berkontribusi.
Tenang itu perlu, bosan itu manusiawi
Hidup di Kabupaten Nganjuk memang tenang. Adem dan ayem. Tapi juga kadang membuat orang ingin kabur. Dan itu wajar. Karena setiap tempat, sekecil atau setenang apa pun, pasti punya cerita, punya dinamika, dan punya alasan untuk ditinggalkan sekaligus dirindukan.
Nganjuk mungkin bukan kota yang hingar bingar. Tapi justru dalam diamnya, ada banyak hal yang bisa disyukuri. Dan mungkin, itu yang bikin orang-orang akhirnya selalu ingin pulang.
Penulis: Ayu Lestari Sipayung
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Kabupaten Nganjuk, Satu-satunya Tempat di Jawa Timur yang Akan Membuatmu Kaya Raya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















