Net TV merupakan salah satu stasiun televisi favorit saya. Terutama pada lima tahun pertamanya mengudara di kancah pertelevisian Indonesia. Banyak acara-acara berkualitas serta out of the box yang dihasilkannya. Salah satunya adalah Net Soccer.
Acara ini pertama kali mengudara pada 2016 hingga akhir 2018. Net Soccer sendiri merupakan suksesor dari ESPN Indonesia yang sudah turun tayang alias tidak disiarkan lagi.
Walaupun ditayangkan pada tengah malam, yakni pukul 00.30 WIB, saya tetap setia untuk menantikan acara ini. Apalagi kalau saya tidak bisa tidur cepat. Acara ini adalah teman nokturnal terbaik saya.
Sebagai penonton setia ESPN Indonesia dahulu, saya pada awalnya belum bisa menerima kehadiran acara ini. Akan tetapi, lambat laun saya mulai menjadi penggemar dari acara ini.
Secara konseptual, Net Soccer adalah acara berita sepakbola terunik yang pernah saya lihat. Dipandu oleh dua host yang kerap bergantian sif, Net Soccer menyajikan pelbagai berita mengenai perkembangan sepakbola internasional (terutama Eropa) dan dalam negeri setiap harinya.
Dalam beberapa kesempatan, terutama saat terdapat pertandingan penting atau seru, Net Soccer akan menghadirkan semacam analis atau yang biasa disebut sebagai expert. Para expert ini biasanya akan menyampaikan analisa atau prediksinya mengenai sebuah pertandingan.
Dari acara ini juga saya mengenal sosok Coach Justin, expert yang beberapa waktu lalu dijadikan bahan tulisan di Terminal Mojok. Ketika Coach Justin hadir, suasana studio seketika menjadi panas. Beliau tak segan untuk mengajak expert lainnya untuk berdebat.
Selain kehadiran para expert, terutama Coach Justin, acara ini juga terasa semakin hidup dengan persona para host-nya. Dari deretan host yang ada, Mas Panji Suryono dan Bung Jebret (Valentino Simajuntak) adalah sosok yang selalu saya tunggu.
Ketika keduanya atau salah satunya hadir, lempar ledekan adalah hal yang lumrah terjadi. Misalnya ketika Manchester United kalah lalu Mas Panji menutupi kepalanya dengan semacam kardus. Atau Bung Jebret yang kerap di-ceng-in ketika Liverpool mengalami nasib sial.
Gimmick–gimmick itulah yang membuat Net Soccer terasa fluid alias tidak kaku. Rasanya seperti saat kita berada di tongkrongan. Menjadikan pendukung tim yang kalah sebagai bahan ledekan. Tapi dalam batasan wajar menurut aturan penyiaran.
Seiring perkembangannya, Net Soccer kemudian bereksperimen dengan menambahkan satu segmen yang terbilang nyentrik. Saya lupa apa nama segmennya. Tetapi yang pasti, segmen ini selalu ditayangkan pada tiap malam Jum’at.
Meskipun dibuka dengan alunan musik menyeramkan, segmen ini jauh dari kata horor. Alih-alih demikian, saya malah terhibur dan bahkan tertawa. Pada segmen ini, biasanya sang pembawa acara akan berpakaian ala mas-mas Jawa. Dia akan membacakan semacam cocoklogi primbon dengan sepakbola.
Bagi saya, segmen tersebut adalah langkah yang cukup revolusioner. Saya sangat mengapresiasi pihak yang mencetuskan segmen tersebut. Meskipun barangkali tidak mampu mendongkrak rating, segmen tersebut adalah bukti sekaligus warisan betapa kreatifnya pihak Net Soccer dalam menyajikan acara ini.
Sayangnya, Net Soccer sudah tidak ditayangkan lagi pada awal 2019. Sebelum resmi turun tayang, Net Soccer sudah memberikan semacam perpisahan melalui unggahan Instagram-nya pada akhir 2018 silam. Meskipun tanda-tanda tersebut tidak terlihat secara gamblang.
Sedih rasanya melihat salah satu teman nokturnal terbaik saya ini menghilang begitu saja. Saya berharap agar hal tersebut hanya berupa gimmick seperti acara Tonight Show beberapa waktu silam. Pergi untuk kembali mengudara di layar kaca. Namun, ekspektasi tak berpihak pada realita.
Kesedihan saya sebagai penikmat sepakbola semakin lengkap dengan menghilangnya Net Sport. Acara yang selalu saya tonton setiap akhir pekan ini juga ikut turun tayang pada periode yang sama.
Dua tahun berselang alias 2020 ini, Net Soccer dikabarkan bangkit kembali. Saya sendiri baru mengetahuinya dari kolom komentar di YouTube. Pada saat itu, saya sempat menulis “Kangen Net Soccer” di channel Youtube milik Coach Justin.
Beberapa saat kemudian, seorang netizen membalas dengan redaksi kalimat seperti ini, “Net Soccer udah ada lagi bro, cuma hostnya dua orang. Senin dan Selasa jam 23.00/24.00 ada”.
Bagai musafir yang menemukan air di padang pasir, saya pun antusias ketika mendengar kabar tersebut. Benar saja, ternyata hal tersebut bukan rumor. Mengingat saya sendiri sudah menemui beragam media sosial milik Net TV, namun tidak menemukan petunjuk apapun soal kebangkitan acara Net Soccer.
Pada saat melihat Net Soccer versi reborn tersebut, saya benar-benar terkejut. Semua berubah 180 derajat. Mas Panji memang masih menjadi host di Net Soccer. Namun, kehadirannya ditemani oleh host baru yang juga merangkap sebagai expert. Beliau adalah Bapak Gita Suwondo.
Meskipun masih memakai konsep host dua orang, acara ini tidak menyelipkan gimmick–gimmick (baca: ledekan) seperti sebelumnya. Meskipun demikian, saya tidak begitu mempermasalahkannya. Lagipula, host pendamping Mas Panji tersebut bukan tipikal Bung Jebret.
Bagi saya pribadi, kembalinya Net Soccer saja sudah membuat hati riang gembira. Yang terpenting, kehadiran mata saya ini di layar kaca bisa membuat rating acara ini bagus. Syukur-syukur kalau ratingnya naik. Terus konsep acaranya kembali seperti sebelumnya.
Akan tetapi, kebahagiaan saya tersebut tak berlangsung lama. Beberapa hari setelahnya, saya kembali tepekur di layar televisi pada jam yang telah ditentukan, yakni pukul 24.00 WIB. Namun, tiada kehadirannya pada jam yang telah ditentukan.
Alih-alih demikian, saya malah mendapati adanya tayangan lain pada jam tayang Net Soccer versi reborn. Dan saya dapati hal tersebut selama beberapa hari. Lalu saya menyerah dan tak lagi menyalakan televisi kembali pada jam tersebut.
Saya berharap agar Net Soccer bisa kembali konsisten mengudara seperti dahulu. Syukur-syukur kalau semua acara Net TV dua tahun silam bisa kembali mengudara. Terutama acara Net Sport yang kerap menjadi nutrisi informasi olahraga saya, khususnya sepakbola, pada tiap akhir pekan. Semoga.
BACA JUGA Tips Anti Baper Saat Hari Ulang Tahun Tiba dan tulisan Muhammad Fariz Kurniawan lainnya.