Nasib Tukang Ojek Pangkalan di Pedesaan Kian Merana Gara-gara Kredit Motor yang Makin Mudah

Selain Tukang Parkir Liar, Kehadiran Tukang Ojek Dadakan di Tempat Wisata Religi Tak Kalah Menyebalkan tukang ojek pangkalan

Selain Tukang Parkir Liar, Kehadiran Tukang Ojek Dadakan di Tempat Wisata Religi Tak Kalah Menyebalkan (Unsplash.com)

Keberadaan tukang ojek pangkalan di beberapa daerah mulai berkurang. Awalnya, kehadiran jasa ojek online menjadi salah satu penyebabnya. Beberapa mantan ojek pangkalan pun ada yang beralih untuk menjadi tukang ojek online karena penghasilannya jauh lebih mending daripada saat menjadi tukang ojek pangkalan. Terutama bagi tukang ojek yang ada di kota.

Tapi, nasib berbeda diterima tukang ojek pangkalan yang berada di daerah pedesaan. Seharusnya mereka bisa lebih bernapas lega karena ojek online tak sebanyak yang ada di kota. Namun, anggapan tersebut sirna karena banyak masyarakat yang sudah punya motor sendiri.

Jumlah tukang ojek pangkalan di pedesaan semakin hari semakin berkurang karena pendapatan yang tidak seberapa. Masyarakat lebih memilih naik angkot atau mengendarai motornya sendiri. Biasanya, para tukang ojek pangkalan akan mangkal di dekat sekolah atau pos ronda. Barangkali ada guru yang ingin memakai jasa mereka. Tapi apa daya, mereka nyatanya lebih sering melamun daripada menarik penumpang.

Masyarakat di pedesaan rata-rata sudah punya motor masing-masing

Mudahnya akses untuk memiliki motor membuat masyarakat berbondong-bondong kredit roda dua demi memudahkan mobilitas di kampung. Tak jarang banyak dari mereka juga yang membeli motor bekas asalkan masih bisa dipakai untuk kegiatan sehari-hari daripada harus mengeluarkan ongkos lebih untuk naik ojek atau naik angkot.

Fenomena setiap anggota keluarga punya motor sendiri-sendiri kini sudah menjadi hal lumrah yang terjadi di pedesaan agar mudah ke mana-mana. Terlebih akses menuju jalan raya yang cukup jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki. Hal ini tentunya membuat usaha ojek pangkalan di kampung menjadi merana karena pelanggan mereka sudah punya kendaraan pribadi masing-masing.

Para pengemudi ojek pangkalan hanya mengandalkan ibu-ibu yang baru pulang dari pasar di kota menuju rumahnya. Sebab, untuk menuju rumah yang cukup pelosok tidak ada angkutan umum seperti angkot selain tukang ojek pangkalan. Melihat penumpang yang baru turun dari angkot menjadi hal yang paling disenangi oleh para pengemudi ojek pangkalan. Mereka berebut untuk mendapatkan pelanggan demi mengais rezeki.

Tarif ojek pangkalan yang nggak masuk akal jadi penyebab masyarakat ogah pakai jasa mereka

Salah satu hal yang membuat masyarakat ogah menggunakan jasa tukang ojek pangkalan karena tarif yang dipatok sering kali tidak masuk akal alias kemahalan. Masyarakat yang menggunakan ojek pangkalan juga hanya warga biasa yang tingkat pendapatannya rendah. Daripada mengeluarkan ongkos banyak untuk naik ojek, mereka lebih memilih meminta bantuan kepada tetangga atau saudara yang bisa menjemputnya dengan upah ala kadarnya.

Alasan pengemudi ojek pangkalan mematok harga tinggi mungkin saja karena seharian mereka tidak mendapatkan penumpang sehingga meminta harga seenaknya saja. Jadinya ya, lingkaran setan tanpa henti.

Tukang ojek pangkalan, mau tak mau, harus menerima kenyataan bahwa mereka makin tergerus zaman. Dihantam ojol dari kanan, lalu kredit motor dari sisi kiri. Mau maju, sudah terhimpit, mundur, makin tidak mungkin. Mau tak mau, mereka hanya bisa bertahan sebisa mereka. Yah, semoga saja ada cahaya terang. Semoga saja.

Penulis: Erfransdo
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Driver Ojek Online Kabupaten vs Ojek Online Kota Besar, Siapa yang Pelayanannya Lebih Oke? 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version