Naruto Lebih Lama Disiarkan di TV daripada One Piece Bukan karena Ceritanya Lebih Bagus

5 Profesi buat Uzumaki Naruto kalau Pensiun Dini Jadi Hokage terminal mojok.co

Setelah seorang penulis Terminal Mojok membandingkan mana yang lebih baik One Piece atau Naruto, jagat raya Mojok berkecamuk. Jemaah mojokiyah penggemar Naruto marah-marah ketika tahu bahwa ada penulis mengatakan bahwa One Piece lebih baik. Begitu juga sebaliknya ketika muncul balasan dari penulis lain, seorang penggemar Naruto yang mengatakan cerita One Piece bermasalah, jemaah kembali reaktif. Setelah itu datang lagi balasan lagi. Begitu seterusnya tanpa ada habisnya membuat jagat raya permojokan mulai terancam stabilitasnya.

Awalnya saya berpikir hanya jemaah mojokiyah yang terpengaruh untuk ikutan dalam perdebatan nirfaedah. Ternyata tidak. Stabilitas kehidupan rumah tangga sepasang manusia juga terancam oleh perdebatan nirfaedah antara mana yang lebih bagus antara One Piece dan Naruto. Muncullah dialog seperti ini antara pasangan suami istri yang saya temukan di akun media sosial seseorang:

Istri: (Baru selesai baca Mojok) lagi rame loh perdebatan One Piece vs Naruto di Mojok.

Suami: Terus?

Istri: Katanya One Piece lebih baik.

Suami: Ya, memang begitu. Siapa yang nulis sampaikan? Sampaikan respect.

Istri: Hadeh, tapi Naruto tayang di TV, One Piece nggak. Berarti peminatnya kurang.

Suami: (Terlihat emosi) menilainya gak gitu. Cerita One Piece lebih mengena blablabla….

Istri: Loh, tapi kan Naruto bahkan kisahnya sudah sampai punya anak?

Suami: (kepalanya mengeluarkan asap) *#$***#@%*&!!!!

Membaca perdebatan suami istri itu saya tiba-tiba tergugah, iya ya kenapa Naruto sampai bertahan di stasiun TV Indonesia? Apakah penggemar Naruto di Indonesia memang lebih banyak dari penggemar One Piece sehingga Global TV bertahan menayangkan serial Naruto?

Jangan-jangan Naruto memang lebih… eits, sebelum kalian mengatakan sesuatu yang akan jadi penyesalan seumur hidup, mending tahan-tahan dulu. Saya telah meneliti beberapa alasan mengapa Naruto bisa bertahan di stasiun TV nasional dan One Piece tidak bertahan lama, inilah beberapa alasannya.

1# Cerita Naruto lebih dekat di hati pemirsa Indonesia karena mirip kisah cinta remaja

Ceria Naruto tidak terlalu berbeda dari kisah cerita cinta remaja yang sering mewarnai cerita dalam sinetron-sinetron maupun cerita FTV yang sangat digemari penonton Indonesia. Cerita cinta segitiga antara Naruto, Sakura, dan Sasuke mirip sekali dengan cerita-cerita FTV. Bedanya pada cerita FTV seorang yang mencintai dan diacuhkan biasanya akan sadar dan berpaling kepada orang yang selalu ada untuknya. Tidak demikian dengan Sakura yang meski sudah dicampakkan Sasuke masih saja cinta meskipun Naruto telah berkali-kali menawarkan hatinya.

Tidak hanya itu saja, Obito yang sampai membuat perang dunia ninja ketiga hanya karena masalah cewek. Ini kan selera Indonesia banget. Terdengar seorang penggemar Naruto berkata, “Tapi kan cewek itu satu-satunya yang percaya pada mimpi-mimpi Obito?”

Yaelah, baperan amat sih lu. Yang begituan dijadikan alasan.

2# One Piece mengajarkan orang untuk memberontak pada pemerintahan yang korup

One Piece adalah cerita revolusi demi revolusi yang tiada habisnya. Setiap Luffy datang ke suatu negeri yang ada pemerintah korup maka warga dari negeri itu melakukan revolusi yang mengembalikan kekuasaan terbesar kembali ke tangan rakyat. Ini berbahaya bagi pemerintahan negara mana pun, utamanya negara surganya para olirgark yang sudah terlalu nyaman dengan status quo.

Kalau ditayangkan terus di TV nasional takutnya akan mengundang pikiran-pikiran revolusioner yang membahayakan kepentingan segelintir elit negeri. Itulah alasan cerita One Piece di TV hanya bertahan sampai petualangan Luffy di Alabasta. Di Alabasta ini pula revolusi pertama diperlihatkan dari jagat raya anime ini. Mungkin saat itu orang pemerintahan ada yang sadar, lalu diperintahkanlah intelnya memantau mencari tahu kelanjutan kisahnya. Kemudian setelah sadar bahwa ceritanya adalah revolusi terhadap pemerintahan yang korup salah seorang berkata, “Wah ini bahaya kalau dibiarkan.”

3# One Piece membuat kerjaan KPI, utamanya lembaga sensor menjadi lebih berat

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah lembaga berisi orang-orang sangat menjunjung tinggi moral. Utamanya bagi mereka-mereka yang bekerja sebagai lembaga sensor. Lihat saja Shizuka dalam serial anime Doraemon yang tidak lebih dari seorang anak kelas 5 SD yang bakan belum gadis. Tubuhnya belum bisa dikatakan sebagai tubuh perempuan namun ketika menggunakan baju renang kena sensor. Sandi seekor tupai dalam jagat raya Bikini Bottom, kota tempat tinggal SpongeBob ini juga mendapatkan perlakuan yang sama, kena sensor.

Jika anak SD belum puber saja bisa menggetarkan iman lembaga sensor. Jika seekor tupai membuat lembaga sensor kehilangan hafalan ayatnya, jangan heran jika stasiun TV nasional memilih untuk tidak menayangkan One Piece. Kebayang betapa susahnya menyensor setiap karakter perempuan dalam jagat raya anime ini. Karakter perempuan gelis-gelis yang suka berpakaian terbuka. Waduh bisa terdegradasi ini moral bangsa.

Sumber gambar: Viz.com

BACA JUGA No Debat! One Piece Lebih Baik daripada Naruto dan tulisan Aliurridha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version