Bulan Ramadan sering kali dianggap sebagai waktu yang tepat untuk berlomba-lomba dalam beribadah, melakukan kebaikan, serta memperdalam ilmu agama. Salah satu upayanya adalah dengan mengikuti pesantren kilat. Banyak pondok pesantren atau lembaga yang membuka program pesantren kilat ketika Ramadan tiba.
Pesantren kilat ini mengandung dua kata kunci, yaitu pesantren dan kilat. Pesantren secara umum, yaitu suatu lembaga pendidikan Islam yang di dalamnya terdapat kiai yang bertugas mendidik dan mengajar para santri dengan menggunakan sarana masjid, madrasah, dan didukung adanya pondok tempat tinggal santri. Dinamakan pesantren kilat karena dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.
Nah, dalam menyambut bulan suci Ramadan, sekolah biasanya akan menyelenggarakan suatu kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan terkait bulan puasa. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) biasanya menciptakan sebuah aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan ketaqwaan peserta didiknya terhadap Tuhan. Salah satunya dengan kegiatan pesantren kilat.
Idealnya, pesantren kilat diadakan di pondok pesantren atau lembaga keagamaan. Namun, tidak sedikit ditemui sekolah yang melakukan kegiatan pesantren kilatnya di gedung sekolah masing-masing. Tentu menjadi pengalaman yang menarik bisa diberi kesempatan menginap di sekolah. Apalagi ditemani dengan cerita-cerita horor yang… yah hampir selalu ada di sekolah manapun. Namun, bagaimanapun juga, kegiatan pesantren kilat tetap saja memiliki kenangan tersendiri bagi yang mengikutinya.
Acara pesantren kilat biasanya berlangsung selama 2-3 hari. Di samping diisi dengan materi-materi keagamaan juga diisi dengan acara salat Duha, tadarus Alquran, buka bersama, dilanjutkan tarawih berjamaah. Yang mengisi kegiatannya pun kebanyakan guru atau ustaz dari sekolah sendiri, walaupun ada juga pengisi dari luar. Kegiatan pengajian dilaksanakan di masjid sekolah, sedangkan ruang kelas lainnya dijadikan sebagai kamar tidur yang telah dibagi-bagi per kelas.
Kegiatan pesantren kilat pada dasarnya bertujuan baik, walau demikian, kadang dalam pelaksanaannya kurang terkoordinir dengan baik. Banyak siswa yang beranggapan bahwa sanlat (pesantren kilat) tidak terlalu penting, sehingga yang hadir tidak mencapai 100%. Pesantren kilat di sekolah memang terkadang menjadi salah satu alasan guru agama untuk memberikan nilai tambahan. Walaupun pada dasarnya, niat awalnya (mungkin) untuk melatih kemandirian dan meningkatkan pemahaman keagamaan terhadap siswa.
Seorang teman pernah bercerita tentang kegiatan pesantren kilat di sekolahnya yang dilakukan selama dua hari. Dalam dua hari itu siswa memang menginap di sekolah. Untuk tidur pun, mereka membawa tikar dari rumah sendiri-sendiri sebagai alas tidur di kelas. Atau jika tidak membawa, ya tidur di atas meja atau kursi yang ditata sedemikian rupa. Alih-alih belajar prihatin, katanya. Ide-ide kreatif memang sering kali muncul dari keterbatasan.
Namun, yang juga tidak dapat dilupakan adalah kejahilan satu sama lain. Contohnya dengan menggambar wajah dan telapak kaki siswa yang lain ketika sedang tidur. Dan seringnya tanpa disadari, ketika siswa itu keluar kelas coretan tersebut masih ada pada tubuhnya. Hal ini lantas bakal bikin santri lain yang melihat jadi tertawa.
Nah, cerita lain tentang pesantren kilat juga pernah saya dengarkan di pondok pesantren. Sekolah yang mengadakan biasanya setara dengan sekolah menengah pertama (SMP). Aktivitasnya pun mengikuti kegiatan pondok seperti mengaji Alquran dan kitab. Di luar kegiatan harian itu, ada juga kegiatan baksos bersama warga.
Lokasinya biasanya berada di desa yang terpencil, sehingga membuat kebutuhan lain jadi serba terbatas. Bahkan nggak jarang, air pun juga susah untuk didapatkan. Sekiranya begitulah cerita yang daya dengar dari seorang teman.
Beruntungnya, ketika dia masih kelas VII SMP, terdapat seorang siswa yang selalu disambangi (dijenguk) oleh keluarganya selama kegiatan 3 hari pesantren kilat di pondok pesantren. Siswa tersebut juga selalu dibawakan makanan atau jajanan lainnya dari keluarganya yang menjenguk. Jadilah teman-temannya dapat cipratan makanan juga.
Hal lain yang tak kalah seru, jika ada seorang teman yang rumahnya dekat dari pondok pesantren yang ditempati sebagai pesantren kilat. Alhasil, teman-temannya yang lain justru tidak ikut kegiatan, tapi justru main di rumah temannya itu. Yah, kebiasaan melarikan diri sejenak dari sekolah ketika jam pelajaran memang susah dihilangkan.
Selalu ada yang bisa diceritakan ketika mengikuti pesantren kilat. Apalagi kegiatan ini hanya dilakukan setahun sekali. Tentu di luar fakta bahwa kegiatan ini memang kewajiban dari sekolah. Jadi mau tidak mau, siswa harus mengikutinya.
BACA JUGA Esai-esai Terminal Ramadan Mojok lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.