Bagi orang Indonesia, gorengan sudah seperti identitas yang nggak bisa dipisahkan. Sebagaimana layaknya identitas, kehadirannya selalu melekat dan dapat dijumpai di mana-mana. Di meja makan setiap rumah, di pos-pos ronda, hingga di warung kopi selalu tersedia yang namanya gorengan. Istilahnya, kalau bicara soal gorengan, jelas orang Indonesia yang paling cocok untuk membicarakannya. Paling otoritatif lah.
Namun, di balik itu semua, ada satu kenyataan yang cukup pahit, kenyataan yang kadang sulit untuk kita terima. Kenyataan tersebut berkaitan dengan adanya satu jenis gorengan yang keberadaannya cukup jarang ditemui, pun jarang diakui sebagai gorengan, meski rasanya sangat nikmat. Jenis gorengan tersebut adalah nangka goreng.
Mendengar kata nangka goreng pun sebenarnya telinga kita masih terasa asing. Nangka, yang selama ini kita nikmati begitu saja tanpa diolah atau dicampur ke dalam es teler, ternyata bisa dinikmati dengan cara lain, yaitu digoreng. Nggak serta-merta digoreng begtu saja, tapi selayaknya pisang goreng, nangka goreng dilumuri tepung dulu baru dimasukkan ke dalam penggorengan. Tepung yang dipakai juga sama dengan tepung untuk pisang goreng, jadi nggak ada kesulitan yang berarti.
Rasa yang tercipta dari nangka goreng ini benar-benar spekatakuler, kecuali bagi mereka yang nggak suka nangka. Nangka yang sejatinya manis dan bertekstur agak lembut, jadi semakin manis (tapi nggak enek) ketika digoreng. Gula yang terdapat pada nangka seakan terkaramelisasi dan menjadi kekuatan rasa itu sendiri. Belum lagi rasa khas dari buah satu ini yang semakin keluar ketika digoreng.
Sama seperti gorengan lainnya, nangka goreng juga akan terasa enak jika disajikan dengan segelas kopi panas. Perpaduan antara rasanya yang manis dengan pahitnya kopi melahirkan sebuah kesempurnaan yang tiada tara. Apalagi jika keduanya dinikmati sore hari sambil santai di teras rumah dengan tambahan satu atau dua batang rokok kesukaan, beuh, pasti akan semakin paripurna kenikmatannya. Nggak kalah sama pasangan pisang goreng + kopi lah.
Namun, seperti yang sudah saya bilang, nangka goreng memang belum awam di dunia gorengan. Ini bisa dimaklumi sih sebab mendapatkan buah nangka nggak semudah mendapatkan buah pisang. Nangka adalah buah yang kalau sedang musimnya banyak sekali dijumpai, tapi kalau memang nggak musim, ya susah banget dicari. Wajar jika akhirnya orang-orang jarang menikmati buah satu ini, apalagi sampai diolah jadi gorengan.
Yang juga mengherankan, kenapa saat nangka sedang musim, jarang ada yang mengolahnya jadi nangka goreng, ya? Bahkan nyaris nggak ada penjual gorengan yang memanfaatkan musim nangka untuk menambah jenis jualannya. Padahal saya cukup yakin akan ada banyak orang yang suka dengan panganan satu ini. Mungkin banyak orang yang bakal terkejut dengan keberadannya, “Bukannya dibikin es teler, kok malah digoreng?” Tapi saya jamin, kalau sudah mencoba, bakal ketagihan, deh.
Ayo dong penjual gorengan dan ibu-ibu di rumah yang bingung mau bikin camilan apa buat suami dan anak-anaknya, nangka goreng ini boleh dicoba, lho. Sebagai permulaan, beli saja sedikit nangka di pasar. Kan banyak tuh yang jual setengah atau seperempat potong. Di dalamnya pasti ada cukup banyak buah, tinggal dibelah saja. Bisa lah dicoba untuk dijadikan gorengan.
Demi dunia gorengan yang lebih variatif, mari kita galakkan semangat ini, bahwa nangka goreng juga harus mendapat tempat di dunia gorengan. Saya harap orang-orang bisa sadar bahwa nangka goreng ini potensial sekali untuk jadi untung dan jadi besar. Saya yakin, ketika nangka goreng sudah masuk ke jajaran gorengan lainnya, pasti akan jadi favorit orang-orang. Kalau nggak percaya, silakan buktikan sendiri.
Sumber Gambar: Unsplash